Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, March 26, 2014

Me, Sincere and Simple Heart and Mind

Minggu pagi.. Horee! Si Vincent datang!

Sunday morning.. Yippee! Vincent came!

Dia selalu muncul diruangan saya setiap hari Minggu jam 7 pagi. Kadang malah sebelum jam 7 sudah datang. Itu dilakukannya karena ingin mengunduh game ke hp-nya dengan memakai jaringan internet wifi diruangan saya.

He comes to my room at 7 am every Sunday . Sometimes before 7 am. He does it because he wants to download online games to his cellphone using the wifi internet line in my room.

Dia datang ke ruangan saya. Masuk, duduk dan langsung ngoceh tentang banyak hal kepada saya, membuat saya terheran-heran dan terkagum-kagum melihat kepercayaan diri dan keluwesannya.

So he comes to my room, take a seat and talk about many things to me, pretty much puzzles and amaze me seeing such confident and flexibility.

Maksud saya, berapa banyak sih anak usia 13 tahun yang bisa dengan pede, santai dan luwes memulai pembicaraan yang kemudian berlanjut menjadi obrolan seru dengan orang dewasa yang tidak dikenalnya dengan baik dan juga tidak akrab dengannya?


I mean, how many 13 year olds can confidently, at ease and in such an easy going way start and gain an adult whom he/she does not know too well and not close in a conversation?

Biasanya orang dewasa yang memulai percakapan dan itu pun percakapannya agak-agak satu arah karena lebih banyak si orang dewasa yang bicara sementara si remaja cenderung malu-malu dan pasif.

Usually it would be the adult who starts the conversation and more likely to turn into a one way conversation as the adult who mostly do the talking while the teenager tend to shy and passive.

Vincent kebalikannya. Dia yang aktif bicara dan dia punya cara serta berbagai cerita menarik sehingga tanpa sadar saya sudah terlibat dalam obrolan seru dengannya.

Not Vincent. He is the talker and he has such an interesting way and stories that he has gained me in a merry conversation without me realizing it.

Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat saya merasa bisa bebas dan lepas menjadi diri sendiri.

Something in him makes me feel I can freely and completely be myself.

Sesuatu itu adalah ketulusan dan kesederhanaan hati serta pikiran.

That something is sincere and simple mind and heart.

Dunia kami boleh jadi jauh berbeda karena usianya baru 13 sementara saya hampir 43, tapi kami berdua memiliki kesamaan yaitu ketulusan serta kesederhanaan dalam hati dan pikiran. Itu membuat kami cepat melebur dalam kekawanan yang akrab seakan tidak ada perbedaan di antara kami.

We may be a world apart because he is only 13 while I will turn 43,  but we both have something in common and that is our sincere and simple mind and hearts that unite us in friendship and the differences between us become nothing.

Orang dewasa umumnya jaim (jaga image), terikat oleh kesadaran akan senioritas dan junioritas, superioritas dan inferioritas yang pada akhirnya membuat mereka sulit menjadi spontan, sukar untuk menyatu dan melebur karena takut sikap atau kata-katanya di anggap tidak sopan atau tidak hormat terhadap satu dengan lainnya.

Adults are pretty much concern about their image, bound by junior and seniority, superiority and inferiority awareness that it is difficult for them to be spontaneous, hard for them to blend in for they have this fear that they behave or say things which may be seen as impoliteness or disrespect toward one another.

Vincent dan saya tidak merepotkan hal-hal itu.

Vincent and I do not bother ourselves with those stuff.

Orang lain mungkin melihat gaya Vincent sebagai sesuatu yang tidak sopan, tidak hormat pada orang yang lebih senior darinya.

People may see his behavior as impolite and disrespectful toward people who are older than him.

Tapi Vincent tidak memiliki hati yang jahat. Dia hanya lugu, tulus dan spontan.

But Vincent does not have an evil heart. He is just being innocent, sincere and spontaneous.

Jadi ketika dia dengan santainya berjongkok di sisi saya dan menyenderkan lengannya ke paha saya, di lain waktu dia bersandar ke saya atau menepuk pundak saya ketika lewat di dekat saya, bahwa kami saling membahasakan diri dengan 'gue-elu' dan dia memanggil saya ‘Keke’..

So when he kneeled beside me and put his arm on my tigh, when he leaned himself to me or when he casually tapped my shoulder as he passed me, that we use informal language when we are addressing each other and that he just called me Keke..

FYI, in my country we speak in formal language to people who are older than us and the junior should not address someone who is older than him/her by that persons first name or nickname. The junior should thus addressed the senior ones with sir, maam, sister or brother. I have been breaking this rule by deliberately asking Vincent, my younger cousins, niece, nephews and my younger friends to just call me Keke.

Saya tidak mempermasalahkan semua itu, saya tidak tersinggung, tidak melihatnya sebagai kelakuan tidak hormat atau tidak sopan.

None bothers me, none offends me, as I do not perceive it as disrespect or impoliteness attitude.

Karena saya tahu hati dan pikirannya tulus dan sederhana. Buat saya itu lebih penting dari pada kalau dia bersikap dan berkata-kata dengan sangat sopan dan penuh hormat tapi tanpa ketulusan. Saya tidak menginginkan dan tidak membutuhkan satu lagi manusia yang tidak tulus.

Because I knew he has a sincere and simple heart and mind. It is more important for me than to have him behave and speak very polite and respectful but all without sincerity. I do not want nor need one more insincere person.

Saya tidak mengatakan orang dewasa adalah orang-orang jahat.

I am not saying adults are bad people.

Saya hanya kecewa karena menemui kenyataan bahwa hati dan pikiran orang dewasa terlalu banyak dicemari oleh berbagai aturan, batasan, ketakutan, kecemasan, kecurigaan serta berbagai macam pertimbangan yang pada akhirnya mengurangi kebebasan, kegembiraan dan spontanitas dalam interaksi mereka dengan orang lain.

I am just disappointed to meet the fact that their hearts are contaminated by various rules, limitation, fear, worries and consideration that eventually make them have less freedom, happiness and spontaneity in their interaction with other people.

Contoh; ketika saya dan beberapa orang lainnya sedang berkumpul, mengobrol dan nyemil diruangan saya, masuklah seorang senior saya. Karena sedang terlibat dalam obrolan yang seru maka saya tidak menyadari kehadirannya sampai dia mengejutkan saya dengan.. “Ke, itu tahu goreng?”

image: resepmasakan.com

One example; when I was in my room, talking and snacking with some people, a senior came in. I did not realize he was there because I was too into the conversation and it is why I was surprised when I heard his voice.. Keke, is that fried tofu?

Saya berhenti bicara. Menatapnya dan melihat sepertinya dia berminat sekali pada tahu goreng yang sedang saya pegang.

I stopped talking. Glanced at him and saw how he wanted the fried tofu I was holding on my hand.

“Iya. Mau?” adalah reaksi spontan saya dan dengan seluruh ketulusan “Ini, pak”

Yes. Do you want this? was my spontaneous reaction and with all my sincerity Here, sir

Soalnya itu adalah tahu goreng terakhir.

It was the last fried tofu.

“Belum saya gigit kok” kata saya ketika melihatnya mundur “Dan tangan saya bersih. Ini, pak, kalau mau..”

I have not took a bite on it I said when I saw him shied away And I have washed my hand. Here, sir, you can have it..

Tahu goreng itu memang sudah saya ambil tapi belum saya makan karena kemudian terlibat dalam obrolan yang seru dengan beberapa orang. Saya rela memberikannya kalau senior saya memang kepinginnya makan tahu goreng. Saya bisa mengambil gorengan lainnya.

I have taken that fried tofu but I have not eaten it because I was deep in a conversation with some people. I did not mind to give it to my senior if he wanted it. I could take another fried snacks.

Tapi yah.. itu kan pikiran saya. Tulus dan sederhana.

But well.. that was my thought. Sincere and simple.

Namun senior saya mengambil gorengan lain tanpa berkata apa-apa pada saya, meninggalkan sejuta pertanyaan dan keheranan dalam hati saya..

But my senior took another fried snack without saying anything to me, left me with millions of question and confusion..

Bandingkan dengan yang terjadi antara saya dan Vincent.

Compare it with what Vincent and I had.

Suatu saat dia masuk ke ruangan saya sambil mengunyah sesuatu.

One time he came to my room, chewing something.

“Makan apa lu?” tanya saya.

What are you eating? I asked him.

“Coklat” dia menunjukkan sepotong coklat ditangannya, yang separuh ada di dalam mulutnya “Mau?”

Chocolate he showed me a piece of chocolate in his hand, half of it was already in his mouth Want some?

“Mau” jawab saya “Bagi dikit ya”

Yep was my answer Just a tiny bite

“Nih” dia mengulurkan coklat itu.

Herehe held out his chocolate to me.

Saya pegang tangannya dan bersiap untuk menggigit coklat yang sedang dipegangnya itu ketika tiba-tiba saya teringat “Eh, elu lagi pilek kan? Waduh, sori, bro.. kagak jadi deh. Ntar virus elu pindah ke gue”

I held his hand and was about to take a bite on the chocolate he was holding on his hand when something struck me Bro, you are having cold, right? Gosh, sorry, man.. I can not have this. You will pass me your virus

Dia nyengir. Sama sekali tidak tersinggung.

He grinned. Totally unoffended.

Hari Minggu kemarin ini (23/3) seorang senior saya membawakan sebotol sirop untuk kantor. Menjelang siang..


Last Sunday (March 23rd) a senior brought a bottle of syrup for the office. As noon approached..

“Gimana rasanya ya tu sirop” Vincent tiba-tiba bertanya.

How does that syrup taste? Vincent suddenly asked.

“Ada di kulkas” jawab saya “Bikin sendiri gih kalau mau”

It is in the fridge I told him Serve yourself

Ketika saya kembali ke ruangan saya, Vincent sedang duduk, sibuk dengan games di hp-nya. Segelas sirop ada di meja didepannya.

When I returned to my room, I found Vincent was sitting, busy playing games on his cellphone. A glass of syrup was on the table infront of him.

“Gimana rasanya?” tanya saya “Enak ga?”

How does it taste?I asked himIs it good?

“Belon gue minum” dia nyengir.

I have not drink ithe grinned.

“Gue cicipin ya?” saya mengambil gelas itu. Kali ini aman, dia sudah sembuh dari pilek.

“Y'mind if I taste it?I took the glass. This time I did not hesitate because he has recovered from cold.

“Minum aja”

Go ahead

Saya minum seteguk “Rasanya agak aneh.. tapi enak juga”

I took a sipIt tastes a bit strange.. but quite good

“Mana?” Vincent mengambil gelas itu dan meminumnya “Hmm.. iya ya.. rasanya mirip apa ya?”

Yeah? Vincent took that glass and drank it Hmm.. yes.. it tastes like something..

Bergantian kami minum dari gelas itu sampai siropnya habis.

We took turn drinking from that glass until we drank all the syrup.

Itu satu dari sekian banyak hal yang indah dalam persahabatan antara saya dan Vincent. Hal-hal indah hasil dari ketulusan dan kesederhanaan hati serta pikiran kami berdua.

That is one of the many beautiful things in the friendship we have. Beautiful things that is the result from our sincere and simple heart and mind.

Saya berdoa ketulusan dan kesederhanaan hati serta pikiran itu akan tetap ada dalam dirinya sekalipun tahun-tahun ditambahkan dalam hidupnya.

I pray those sincerity and simple heart and mind shall remain in him despite the years that will be added into his life.

No comments:

Post a Comment