Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, March 21, 2013

Animal Song


Kecintaan saya pada anjing dimulai tahun 1980an sewaktu ayah saya menghadiahi saya seekor anjing spaniel. Anjing itu kami miliki dari tahun 1983 sampai tahun 1989.


My affection for dogs started in the 1980s when my father gave me a Tibetan spaniel. We had that dog from 1983 to 1989.

Kesedihan melihat anjing itu sakit dan kemudian meninggal membuat kami agak kapok memelihara anjing lagi.

The sorrow watching the dog got ill and later died made us felt we didn’t want to have another dog.

Kemudian kami pindah ke Bogor tahun 1998 dan kami menemui lingkungan yang amat sangat berbeda dengan lingkungan tempat tinggal kami di Jakarta. Di Bogor ini kami tinggal di kompleks perumahan yang ternyata banyak anjingnya. Pada waktu itu seorang tetangga memelihara 3 ekor anjing.

We moved to Bogor in 1998 and we found out that our neighborhood is so much different with the one we lived in Jakarta. There are many dogs here. We even had a neighbor who owned 3 dogs.

Dan anjing-anjing itu kadang membawa atau diikuti oleh anjing-anjing dari blok lain sehingga akhirnya blok tempat tinggal kami selalu ramai dengan kehadiran berbagai macam anjing.

And those dogs seemed to have brought other dogs so our block had always had many dogs.

Lama-lama kami, terutama saya dan ayah saya, bersahabat dengan anjing-anjing ini. Di depan pagar rumah, kami menaruh kaleng berisi air untuk minum anjing-anjing itu dan kami selalu menyisihkan makanan untuk mereka tanpa peduli apakah mereka anjing peliharaan atau anjing liar. Tapi yang diutamakan tentunya yang terlihat lebih kurus dan tidak terawat.

Soon enough my father and I made friends with those dogs. We even had a can of water in front of our gate for them to drink and we spared some leftovers to feed them. Those who looked neglected had our special attention and care.

Tapi ibu saya mengatakan tidak mau memelihara anjing lagi. Takut rumah jadi kotor. Takut tanamannya diacak-acak. Jadi karena itu akhirnya seekor anjing milik tetangga kami itu menjadi anjing kesayangan saya dalam artian saya memeliharanya seperti memelihara anjing sendiri tanpa si anjing benar-benar menjadi milik saya karena dia selalu pulang ke rumahnya sendiri.

Still, my mother said she didn’t want us to have another dog. She didn’t want the house would be dirty or the dog would dig her plants out. So it made me sort of half owned our neighbor’s dog.


Untungnya tetangga kami itu tidak keberatan berbagi anjingnya dengan saya. Anjing itu sendiri juga menganggap dia memiliki dua tuan, dua rumah dan juga dua nama… hehehe… ya, karena saya memberinya nama Totol karena tidak tahu nama aslinya. Anehnya Totol mengenali nama pemberian majikannya dan nama pemberian saya.

Luckily that neighbor didn’t mind to share his dog with me. The dog itself seemed to accept that it had two masters, two houses and two names.. lol.. yes, I named it Totol because I didn’t know its real name. Strange is Totol recognized the name given by its real owner and the name I gave it.

Sayangnya Totol meninggal saat melahirkan anaknya yang sungsang dan bikin saya menangis setiap malam selama beberapa minggu. Kesedihan saya lebih karena rasa menyesal tidak mengetahui malam itu adalah malam terakhir saya melihat Totol masih hidup, dia masih dengan gembira menyambut saya pulang dari kantor, padahal perutnya sudah sangat besar dan malam itu sedang hujan. Siapa kira kalau malam itu dia mengalami proses kelahiran yang akhirnya membuat dia kehilangan nyawa. Seandainya saya tahu, kami pasti akan membawanya ke dokter hewan.

Unfortunately Totol died while it was in labour process. It made me cried every night for several weeks. My sorrow came from regret for not knowing its labour would come that night. I didn’t know that night would be the last time I saw it alive, it was raining and still it looked so happy to see me got home from work, jumped around with big belly. If only I knew, we would bring it to the vet.

Saat itu saya merasa tidak sanggup untuk memelihara anjing lagi.

I thought I would never want to have a dog again.

Beberapa bulan kemudian anjing-anjing di kompleks perumahan kami menghilang. Yang hilang ini adalah anjing yang berkeliaran di jalan. Ini termasuk anjing-anjing milik tetangga kami itu. Tidak seorang pun dari kami mengetahui apa yang terjadi pada anjing-anjing itu. Apakah dibunuhi oleh orang yang tidak suka anjing atau di bunuh untuk di makan?

Several months later the dogs in our housing complex went missing. Including our neighbor’s dogs. We never knew what happened to those dogs. Would anyone kill them or caught, killed and ate them. Yes, some people in Indonesia like to eat dog.

Saya berpikir Totol terhindar dari semua itu dan hanya dia yang setidaknya ketahuan dimana tubuhnya berada karena dia di kubur tidak jauh dari rumah kami. Sementara anjing-anjing yang lain hilang lenyap tidak ketahuan kemana rimbanya.

I thought Totol, being had died before it happened, were spared and it is the only dog whose body, or the remains of it, can still be found because it was buried not too far from my house.


 Doggie adalah hadiah ulang tahun saya yang tidak direncanakan.

Doggie was my unexpected birthday present.

Adik ayahnya menemukan seekor anjing berkeliaran di jalan dan memutuskan untuk membawanya pulang. Sayangnya (atau untungnya) anjing-anjing dirumahnya tidak bisa menerima kehadiran pendatang baru itu. Karena selalu berkelahi akhirnya Doggie diberikan kepada ayah saya.

My father’s sister found Doggie on the street. She brought it home only to find out that her other dogs didn’t welcome it. They were constantly fighting with Doggie.

Sudah 6 tahun Doggie tinggal bersama kami. Menjadi kesayangan kami semua, termasuk ibu saya yang tadinya tidak mau menerima kehadirannya. Terbukti Doggie adalah anjing yang tahu diri, gampang untuk dididik dan diajar. Cuma kadang-kadang saja dia menggali-gali tanah untuk ditiduri kalau udara terlalu panas atau barang-barang gombrang gambreng kalau dia sedang berburu tikus, cicak atau kadal.. hehe..

It has been 6 years Doggie lives with us. We love it, including my mother who at first couldn’t accept it. But Doggie is a nice, polite, easy to teach and discipline dog. It only occassionaly dug up a hole in our yard as a place to lie down when the weather was hot or sometimes it made a little mess when it was having mouse or lizzard hunt.

Punya anjing banyak untungnya. Baik untuk jadi teman, penjaga rumah, menyingkirkan binatang hama (tikus dan ular) dan juga untuk menenangkan, menyenangkan atau menyibukkan murid-murid les saya karena kebetulan juga Doggie menyukai anak-anak kecil. Dan anak-anak itu juga menyukai Doggie. Buktinya Doggie selalu berada di samping mereka saat mereka sedang belajar. Sekali-sekali mereka atau saya menyempatkan diri untuk mengelus-elus, menepuk kepalanya atau malah memeluk serta menciumnya. 

Having a dog in the house bring many benefit. It can be a friend, a guard, keep away unwanted animals (mouse and snake) and to calm the nerve. My tutoring students like Doggie and the dog itself like to be around children. I allow it to present when I tutor the kids so they or myself sometimes give it a hug, kiss, caress or patting its head in the middle of tutoring.

Eh, saya pernah baca cerita tentang seorang dokter gigi yang sengaja membiarkan anjing peliharaannya berada di ruang prakteknya karena hal itu membuktikan pasiennya menjadi lebih tenang saat sedang menjalani pengobatan. Kemudian ada juga rumah sakit yang melibatkan anjing sebagai alat terapi bagi pasien-pasiennya.

Actually, I read a story about a dentist who brings his dog to his practice because the dog presence helps calming down his patients while they are undergoing medication. And there is hospital that uses dogs as a therapy for their patients.

Sementara saya memiliki Doggie, Andre memiliki Max. Senang juga punya pacar yang menyukai anjing karena mantan-mantan saya yang lain tidak seorang pun yang suka anjing.

And so while I have Doggie, Andre has Max. It is actually very nice to have a boyfriend who likes dog because my former boyfriends never share my fondness for dogs.

“I will buy a house if you agree to move in with me” saya akan beli rumah kalau kamu setuju untuk tinggal sama saya kata Andre “a house that has wide back and front yard so it is convenient for us to have more than one dog” rumah yang punya halaman depan dan belakang cukup luas supaya enak buat kita memelihara anjing lebih dari satu.

“I will buy a house if you agree to move in with me” that is what he told me “a house that has wide back and front yard so it is convenient for us to have more than one dog”

Sesuatu yang saya inginkan. Kami tinggal bersama serumah. Memelihara 2-3 ekor anjing. Ah.. kapan ya semua terwujud..

I want it very much. We live in our own house. Having 2-3 dogs around. When will it come true?


Oya, judul di atas itu adalah judul lagu Savage Garden.

By the way, the title is a song of Savage Garden.

No comments:

Post a Comment