Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Sunday, September 30, 2012

Local or Imported?


Mana yang lebih saya sukai; cowok lokal atau orang luar?

Yang saya sukai dari orang asing adalah mereka lebih mandiri. Maksudnya begini, karena  budaya barat tidak terlalu mengagungkan laki-laki maka laki-laki tidak menerima perlakuan istimewa sejak mulai dari bayi.

Jadi, cowok non Indonesia yang pernah saya pacari atau yang sedang saya pacari saat ini punya sikap sama; Tidak minta dilayani oleh perempuan.

Si bule, misalnya, kalau dia pengen minum kopi (contoh sederhana), ya dia pergi sendiri ke dapur, bikin sendiri tu kopi. Tidak pernah dia ngomong ke saya, ‘eh, say, kayaknya ngopi enak ya’ (Trik basi cowo Indonesia. Pengen sesuatu tapi minta orang lain yang bikinin/beli). Abis ngopi, dia bawa gelas kopinya ke dapur dan cuci sendiri.

Dia juga tidak kagok pergi ke pasar, belanja, masak, sampai ke cuci dan setrika baju, nyapu, ngepel. Kenapa bisa begitu? Bukan karena dia tinggal sendiri tanpa pembantu. Tapi karena dari kecil, orang-orang barat sudah dibiasakan dan dididik untuk mandiri, semua harus bisa dikerjain sendiri.

Beda dengan orang Asia. Dari kecil, seorang anak melihat bagaimana ibunya melayani  ayah. Mulai dari ngambilin nasi dan lauk saat si ayah mau makan (seakan si ayah tidak punya tangan dan kaki saja) sampai menyediakan handuk dan pakaian ganti saat si ayah mau mandi.

Saya dibesarkan dalam keluarga yang memakai setengah gaya bule. Ayah saya tipe orang yang melakukan segalanya sendiri tanpa meminta dilayani. Bahkan dia yang mengurusi istri dan anak-anaknya.

Jadi dalam otak saya, pengertian tentang seorang istri adalah menjadi seorang pendamping. Bukan (menjadikan dirinya / dijadikan sebagai) pembantu dari suaminya.

Orang tua saya memang menjalani masa dua puluh tahun pertama dari empat puluh dua tahun usia pernikahan mereka dengan penuh pertengkaran tapi mereka selalu saling mendampingi. Disaat yang satu lemah, yang lain maju untuk menggantikan. Mereka menjadi rekan dalam menjalani kehidupan.

Saya memang lebih cocok berpasangan dengan orang barat atau orang Asia yang dibesarkan dengan gaya barat atau lama hidup di negeri barat sehingga tidak lagi memiliki 100% kepribadian orang Asia.

Kalau dengan cowok Indonesia yang dibesarkan dengan gaya ‘ayah dilayani sampai ke urusan disendokin nasi dan lauk oleh si ibu’, waduh, terus terang aja, saya rada ngeri karena rata-rata mereka mempunyai gambaran bahwa perempuan yang dipacari atau dinikahinya harus berlaku seperti itu pula kepada mereka.

Saya ngeri karena merasa tidak sanggup, tidak punya kepribadian dan tidak punya cukup kesabaran untuk berlaku seperti itu. Jadi lebih baik dari awal saya sudah mengibarkan bendera putih deh. Nyerah duluan. So kalau ketemu sama cowok kayak gini, mau kayak apa baiknya dia, saya milih mundur ah… hehehe…

Ya tapi bukan berarti orang barat lebih baik dari orang Asia. Dari semua orang barat yang pernah saya kenal, ada juga yang brengsek. Jadi berteman atau berpacaran dengan mereka pun tetap perlu lihat-lihat juga mana yang cocok, yang baik, yang tulus dan yang tidak.

Dari sekian banyak orang asing yang pernah dekat dengan saya, baru si bule ini, yang  bisa mengimbangi saya. Karena sekali pun saya seorang yang kokoh dan mandiri, tapi  saya mencari orang yang sama kokoh dan mandirinya supaya tidak ngerepotin saya  dengan tuntutan harus melayani dia (hehe) dan bisa menopang saya di saat saya lemah.

Yang melegakan juga adalah tidak seperti orang Asia yang sangat ‘married minded’, orang barat tidak membebani dirinya dengan target nikah. Mereka tidak merasa diuber-uber umur, tidak dibayangi oleh kewajiban untuk menikah supaya orang tua bisa bahagia dan lega, tidak merasa khawatir siapa nanti yang akan merawat dirinya bila sudah tua tapi belum menikah dan tidak punya anak.

Saya adalah orang Asia yang memiliki pemikiran dan prinsip seperti itu. Dan saya dianggap aneh oleh sesama bangsa saya sendiri, tapi tidak oleh orang barat.

Saya pikir saya tidak akan bahagia bila saya berhubungan dengan seorang lelaki yang memiliki target menikah. Karena hal itu membuat hubungan tidak santai, tidak enjoy, tidak bisa berhubungan untuk waktu yang lama.

Anyway, hal lain yang saya sukai dari orang asing adalah mereka lebih mesra kepada pasangannya. Mereka tidak ragu dan malu untuk menunjukkan afeksi seperti bergandengan tangan, berpelukan sampai berciuman didepan publik. Orang tua saya seperti itu. Jadi saya pun terbiasa menunjukkan rasa sayang saya dengan cara demikian dan itu tidak terbatas pada pacar, pada teman pun demikian walaupun harus saya pilah pilih juga karena takut ada yang merasa tidak nyaman atau malah jadi salah ngerti.

Jadi agak aneh bagi saya bila melihat sepasang kekasih ragu atau takut untuk menunjukkan afeksi secara terbuka di depan publik.

Seorang teman saya malah bersikap agak keterlaluan (menurut penilaian saya) karena kalau jalan dengan pacarnya, dia bisa nyelonong aja sendiri di depan, ceweknya ketinggalan berapa langkah dibelakangnya. Sampai-sampai saya pernah meledeknya,  ‘eh, gimana tuh kalau cewek kamu tiba-tiba pingsan, kecebur di comberan atau disrempet becak?. Kamu jalan aja terus ga tahu apa yang terjadi sama dia.. wah, kalau gue punya cowok kayak elu, sudah lama gue tonjok lu’… hehe.

Setiap kali jalan sama saya, si bule pasti menggandeng tangan saya. Bahkan biarpun kami harus lewat jalan yang tidak memungkinkan untuk kami berjalan bersisian sehingga dia jalan duluan, tetap saja tangannya tidak lepas menggandeng saya.

Ini bukan soal mesra-mesraan orang yang masih pacaran. Ini gambaran bahwa dia menjaga saya. Dia lelaki dan saat dia jalan dengan perempuan, apalagi perempuan itu adalah pacarnya, maka dia bertanggung jawab atas diri perempuan itu. Dan saya bisa merasakan itu lewat genggaman tangannya.

Ya, tentu saja pertanggungjawaban seorang laki-laki kepada pasangannya tidak bisa dinilai sebatas pada perkara dia menggandeng tangan pasangannya itu atau tidak saat jalan bareng.

Tapi bagi saya, gandengan tangan itu besar artinya karena memberi rasa nyaman, diperhatikan dan terlindungi.

Sebagai seseorang yang sebagian besar waktunya harus dijalani dengan berperan sebagai sosok yang mandiri, tegar dan kokoh, maka berjalan dengan seseorang yang menggandeng tangan saya memberi rasa bahwa saya bisa menyerahkan diri kepada orang lain untuk dibimbing, dituntun, dilindungi. Seakan saya bisa menyerahkan diri saya untuk dikendalikan dan dipimpin oleh orang itu.

Lagi pula, saya senang merasakan kekuatan dan kemaskulinan seorang lelaki ketika dia menggandeng tangan saya.

Jadi hal-hal diatas adalah alasan mengapa saya merasa lebih nyaman dan cocok berhubungan dengan orang asing dari pada dengan orang Asia. Bukan karena mengejar dollar, bukan karena ingin menjadi warga negara asing, bukan karena ingin dibawa ke negeri barat, bukan karena maniak bule.
____________________________________

Do I prefer Indonesian or foreign men?

What I like from western men is their culture does not see male as superior species over female. Therefore, they don’t get special treatment from the day they were born.

All the western men I have dated or am seeing now have not asked me to serve them.

My dear friend for example, if he wants to drink coffee, he goes to the kitchen and makes himself a cup of coffee. He never would say to me ‘hon, a cup of coffee seems nice’ (old Indonesian men’s trick when they want something but ask their wife/girlfriend to make or get it for them). After finishing his coffee, he brings his cup back to the kitchen and washes it.

Same thing when he does house chores all by himself, washes the dishes, doing laundry, ironing, vacuuming or mop the floor, goes shopping and cooking. He does it all himself and it is not because he does not have a maid or because he lives all by himself. It is because the western people are trained to do things by themselves.

It is different with Asian people. Children grow up seeing how their mothers serve their father. How wives put the meals on their husbands plates (as if the husbands don’t have their own hands and legs to do it themselves) and they put clean clothes and towel in the bathroom when the husbands are going to take a bath.

I happen to grow up in a family who apply half of the western culture. My father is someone who does it all. Not asking to be served by his wife. It is even he who serves his family.

So in my mind, the definition of a wife is someone who stands by her husband. Not somebody (who is made by herself or by her husband to) acts like a maid to her husband.

It is true that my parents spent the first twenty years of their forty two years of marriage rowing at each other but they stand side by side. When one was weak, the other stepped forward to become the solid rock. They are partners in life.

I find myself go along better with western men or Asian men who are raised abroad or raised by western values that makes them don’t have 100% Asian personalities.

I honestly get cold sweat over men who grew up seeing their mothers served their father in a way that I describe above. I think since they grew up seeing that kind of scenes everyday, they unconsciously or consciously want their wives / girlfriends treat them exactly like their mothers did to their fathers.

I don’t think I can play that kind of role, don’t have that kind of personality and definitely don’t have enough patience. I’d rather give up and leave the guy.

It doesn’t mean that every western men are better than Asian men. I know few of them are jerks. So precaution is definitely needed when you want to make friends or dating them.

Of all the foreign men I dated, my dear friend is the one who can balance me up. I know I’m tough and independent so I look for an equal partner, therefore I don’t have to be troubled by any obligation to serve him and he can stand like a rock by myside when I am weak.

Another relieving thing about western men is unlike the Asians who mostly have ‘married’ minded, they don’t burden themselves with the thoughts that they should get married before they turn 30 or 40, nor they think they should marry to please their parents or worry about get older and not having spouse or children to take care of them.

I am an Asian who have those thoughts and I am seen weird by my own fellow countrymen, though not by the westerner.

I think I won’t be happy to have a relationship with a man who’s into marriage thing because for me it won’t be enjoyable and fun anymore.

Anyway, another thing I like from the westerner is they are more affectionate to their partners. They are hesitate to hold hands, hug or kiss their partners in public. My parents are like that. So I am accustomed to do the same not only to my partner but also to my friends though I must be selective to avoid uncomfortableness or misunderstanding.

Obviously I find it odd and unthinkable when I see partners don’t feel comfortable to show their affection in public.

A friend of mine is even doing what I consider as totally absurd behavior because he is always few steps a head of his girlfriend that I once mocked it by saying ‘how if your girlfriend faints, fell off to a water duct or get hit by a tricycle? You wouldn’t know about it and went on walking .. you know, if my boyfriend behaves like that, I’d give him a big punch on the head’. Lol.

Everytime we take a walk, my dear friend holds my hand. Even when we can’t walk side by side and he has to walk infront of me, his hand keeps holding mine.

This is not about courtship affection. It’s about him guarding me. He is a man and when he is with his girlfriend, he has the responsibility to guard the girl, especially if she is his girlfriend. And I can sense it through his firm grasp on my hand.

Surely a man’s responsibility can’t be measured only through that. But to me, holding hands give me the feeling of being cared and security.

As someone who spends most of her time being tough and independent, walking with someone who holds my hand gives me the feeling that I can entrust myself in his care, guidance, lead, control and protection.

Besides, I love to feel a man’s strength and masculinity when he holds my hand as we take a walk.

So the above are reasons why I prefer foreign men than Indonesian. It is not for the dollars, not to seek for opportunity to be taken to that man’s country nor being a white man chaser.

No comments:

Post a Comment