Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, September 29, 2012

Tattoo

“Let’s see what they’ve got here” si bule menarik tangan saya untuk memasuki toko itu.

Saya baru ngeh itu toko apa setelah berada didalamnya.

“Good morning” sapa pemilik tokonya dengan ramah. Melihat isi toko itu dan juga penampilan pemiliknya membuat saya nyengir.

“These are new designs” lelaki itu menunjukkan berbagai macam gambar.

Saya jadi ikut tertarik untuk melihat-lihat.

“I’m thinking to get myself a new tattoo” si bule menggumam, bergantian menatap saya dan kemudian menatap pemilik toko itu.

Saya cuma mengangkat bahu. Kami berdua memiliki semacam perjanjian tidak tertulis tentang tidak boleh berkomentar mengenai selera masing-masing dalam berbusana atau berdandan.

Maksudnya begini, dia tidak pernah berkomentar tentang gaya cuek saya berpakaian, memilih sepatu atau rambut saya yang selalu pendek. Dari pengalaman, dia tahu saya tidak suka dikomentari untuk hal-hal tersebut. Walaupun mungkin dia ingin melihat saya tampil lebih manis dan feminin tapi dia memilih diam. Saya sih tetap bisa tahu dia keberatan dengan hanya dengan melihat kerutan dikeningnya, tatapan matanya atau bentuk garis mulutnya. Hehe.

Nah, jadi saya juga tidak mengomentari soal penampilannya. Padahal sebetulnya ada beberapa hal yang saya tidak terlalu suka. Tato adalah salah satunya. Si bule sudah punya 3 tato dibadannya. Di lengan atas kiri dan kanan ada, dilengan kiri bawah juga ada. Kalau dia berpakaian rapi, berbaju lengan panjang atau memakai jas tentunya tidak kelihatan. Tapi di rumah atau bila sedang liburan, dia berkeliaran hanya memakai kaos lengan pendek, singlet atau kadang malah cuek saja hanya bercelana pendek tanpa atasan seperti yang dilakukannya bila kami pergi ke pantai.

Pagi itu saya mendengar dia berkata ingin punya tato lagi. Wah. Buat saya sih rasanya 3 tato sudah cukup banyak. Tapi saya diam saja. Itu toh badan dia. Selera dia. Pilihan dia.

“Do you like this one?” dia menunjukkan sebuah gambar. Kamu suka ga yang ini?

“Where are you going to put it?” mau kamu taro dimana?

“I don’t know. The shoulder, I think” dia menunjuk belakang bahu kirinya.

“We have some designs for the lady” pemilik toko itu tersenyum pada saya “incase she’s interested”. Kami punya beberapa contoh tato untuk pacar anda. Kalau dia tertarik.

“I have sensitive skin” jawab saya. Kulit saya sensitif.

“How about temporary tattoo?” mau coba tato yang ga permanen?

That’s up to her” si bule tersenyum sambil menatap saya. Itu terserah dia.

Saya berpikir-pikir. Tapi pemilik toko itu sudah mengambil sesuatu. Lalu mengoleskannya ditangan saya. 

“We see if you’re not allergic with the ink” katanya. Uji coba apa kulit saya alergi atau tidak alergi dengan tintanya.

Ternyata memang tidak terasa apa-apa selama saya menunggui si bule di tato. Jadi ketika mereka selesai dan pemilik toko itu datang untuk melihat bagaimana reaksi kulit saya yang tadi diolesinya dengan sedikit tinta, saya memutuskan mau di tato yang tidak permanen. Yah, sebetulnya sih bukan tato namanya. Ini mah cuma digambar.

“Where do you want me to put it?” mau di taro dimana?

Hmm.. setelah berpikir sejenak saya memutuskan untuk memilih pinggul saja. Disitu kan tidak kelihatan.

“Sexy spot” si bule nyengir “now everytime I see your hip, I will want to kiss it”. Haha. Saya spontan ngakak mendengarnya. Setengah malu juga sih kalau dia sudah mulai menggoda saya kayak begitu.

Tapi malamnya saya berpikir, peristiwa-peristiwa dan segala kelakuan manusia bisa diibaratkan tato. Semua itu tercetak tidak hanya dalam ingatan kita. Beberapa diantaranya mempengaruhi sifat dan kebiasaan kita, bahkan membentuk diri kita menjadi manusia-manusia seperti sekarang ini.

“I hope the ‘tattoo’ I left in you is the biggest and most beautiful one” dia memeluk saya setelah saya menceritakan apa yang ada dalam pikiran saya. Mudah-mudahan ‘tato’ yang saya taro dalam diri kamu adalah yang terbesar dan terindah.

“I think you already have” saya nyengir. Kayaknya memang sudah tuh.

Berapa banyak ‘tato’ yang anda miliki dalam hati, ingatan dan kehidupan anda? Siapa saja yang menaruhkannya disana? Mudah-mudahan lebih banyak yang baik dari pada yang buruk. Adakah yang bersifat permanen atau yang hanya sementara?

Kehidupan dan manusia meninggalkan kesan bagaikan tato. Bermacam jenis dan desainnya.

Si bule memilih jenis tato permanen, berdesain lebih rumit dan menaruhnya ditempat yang mudah terlihat. Beberapa peristiwa dan kelakuan, perkataan atau perbuatan manusia dapat diibaratkan demikian pula, memberi kesan atau pengaruh yang permanen, memiliki kerumitan atau lebih rinci dari yang lain, mudah diingat dan dampaknya jelas terlihat.

Sementara saya memilih jenis tato tidak permanen, berdesain sederhana, berukuran kecil dan menaruhnya ditempat tersembunyi bisa menggambarkan beberapa peristiwa dan kelakuan, perkataan atau perbuatan manusia memberi kesan yang tidak terlalu mendalam dan dengan berlalunya waktu akan segera hilang, terlupakan.
____________________________________

“Let's see what they've got here” my dear friend pulled my hand as he entered that small shop.

I realized what shop it was after we got inside.

“Good morning” a man, who I assumed is the shop owner, greeted us. Seeing the stuff in the shop and him made it more clear that it was a tattoo shop.

“These are new designs” he showed us many tattoo samples.

It got my attention.

“I’m thinking to get myself a new tattoo” my dear friend looked at the guy and then turned to me.

I just shrugged my shoulder. We have some sort of unwritten agreement of not making any comment on each other’s way of dressing, hairdo, stuff like that.

It means he doesn’t comment my casual-tomboy style of clothing, my shoes or my short hair. Experience has taught him that I dislike to be commented on those stuff. However, he still finds his own way of showing me his dislike or disapproval by lifting his eyebrow, the frowned face or the line on his mouth. Yeah, I can see those gestures.

So I do the same to him when actually there are stuff that I dislike about his appearance. The tattoo is among them. He has three already. He has one on each of his upper right and left arms, one in his left arm. They are hidden behind his long sleeves shirt or jackets but when he is at home or vacationing he rarely dressed formarly. He goes by tshirt or just wears shorts when we are in the beach.

That morning I heard him telling me that he wanted another tattoo. For me three are more than enough. But I didn’t say a word. It’s his body. His interest. His choice.

“Do you like this one?” he showed me a picture.

“Where are you going to put it?”

“I don’t know. The shoulder, I think” he patted his left shoulder.

“We have some designs for the lady” the shop owner smiled at me “incase she’s interested”.

“I have sensitive skin”

“How about temporary tattoo?”

“That’s up to her” my dear friend smiled as he stared at me.

I thought about it. But in the meantime the shop owner went to get something and before I could say anything, he smeared it on my upper hand.

“We see if you’re not allergic with the ink” he was testing it on my skin.

But until he was done tattoing my dear friend, no allergy signs appeared on that skin so I decided that I wanted to have an unpermanent tattoo. Well, I can’t say it’s a tattoo. It’s more like a body painting.

“Where do you want me to put it?”

I thought it over before decided to have it on my hip.

“Sexy spot” my dear friend winked as he teased me “now everytime I see your hip, I will want to kiss it”. I laughed it, half in embarrassment.

But later in the evening I thought life events, the things people say or do are actually like tattoo. They are imprinted in our memory, influencing our personality, character or habit. They can even make us as the person we are today.

“I hope the ‘tattoo’ I left in you is the biggest and most beautiful one” he hugged me tight after I shared him that thought.

“I think you already have” I smiled.

How many tattoos do you have in your heart, memory or life? Who put them there? Well, I hope the good ones are more than the bad ones.

Life and people leave prints like tattoo. They come in different designs, size and placed in different places.

My dear friend chose a permanent tattoo with more complicated design, bigger size and placed it in visible spot. Life events, the things people say or do are sometimes like that, it is permanently imprinted in memory, its detail and deep impact are visible.

My chosen tattoo is an unpermanent one with simplier and smaller size, placed in hidden area of my body. It represents life events, the things people say or do that leave no significant effect on one’s life or character, time will eventually erase it off the memory.

No comments:

Post a Comment