Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, June 20, 2015

This one is for the Mothers..

Kata orang, menjadi seorang ibu adalah suatu anugerah.

They say, it is a blessing to become a mother.

Benarkah begitu?

Is that so?

*   *   *   *   *

Kasus Engeline jadi sorotan media setelah tubuhnya yang sudah membusuk ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya.

news.liputan6.com
Engeline case has become the media’s spotlight after her decomposing body was found burried in the backyard of her house.

Penyelidikan mengungkapkan bahwa gadis kecil berusia delapan tahun itu dibunuh.

Investigation revealed that the eight years old little girl was murdered.

Penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh ibu angkatnya sendiri.

Further investigation discovered that it was committed by her own adoptive mother.

Ada dugaan kuat ini adalah pembunuhan berencana.

There is strong suspicion this is a second degree murder, an intentional or planned crime.

Motifnya? Harta warisan yang diterima Engeline akan jatuh pada ibu angkatnya bila Engeline meninggal.

The motive? Engeline’s inheritance will be given to her adoptive mother if Engeline passed away.

Banyak orang tersentak. Seorang wanita, yang juga adalah seorang ibu, membunuh seorang anak kecil karena menginginkan harta warisan itu.

It shocked many people. A woman, who is also a mother, murdered a child because she wanted her inheritance.

Tapi itu kan cuma ibu angkat..

But she is just her adopted mother..

Ibu kandung tidak akan pernah berbuat seperti itu.

Biological mother will never do such thing.

Benarkah begitu?

Oh, is that so?

Ketika kita mendengar berita seorang anak dibunuh oleh ibu kandungnya, kita mengatakan ibu itu sedang dalam keadaan stress atau punya masalah kejiwaan.

When we heard news about a child was murdered by his/her biological mother, we said it was because the mother was having stress or had psychological problem.

Benarkah begitu?

Is it true?

*   *   *   *   *

Pada suatu pagi dalam perjalanan ke kantor, saya melihat seorang anak laki-laki berusia mungkin tiga tahun yang terjatuh di trotoar, mungkin karena hilang keseimbangan.

One morning as I was on the way to the office I saw a little boy who probably three years old fell on the sidewalk, maybe because he lost his balance.

Reaksi pertama ibunya adalah membentak-bentak anak itu dengan suara yang keras.

His mother’s first reaction was yelling at the boy with loud voice.

Anaknya sama sekali tidak menangis karena dengan susah payah dia sedang berusaha untuk bangkit berdiri tapi tidak berhasil. Melihatnya dalam keadaan demikian mengingatkan saya pada seekor kura-kura yang berbaring diatas cangkangnya dan berusaha untuk menggulingkan badannya.


His son didn’t cry because he was struggling to stand up but he couldn’t do that on his own. Looking at him reminded me of a turtle lying on his shell, trying helplessly to roll its body.

Apakah ibunya berhenti membentak-bentak anak itu? Tidak.

Did his mother stop yelling at the boy? Nope.

Suaranya saja sudah mengundang perhatian beberapa orang yang naik motor dan berada dalam angkot seperti saya. Tapi yang dilakukannya kemudian membuat kami semua terkesima.

Her voice has already drawn attention few motorists and passengers in angkot like myself. But what she did next really put as all in state of disbelief.

Melihat anaknya tidak juga berhasil bangkit berdiri rupanya tidak membuat ibu ini iba karena dia menghampiri anak itu, menarik tangan kecil bocah malang itu dengan kasar dan menggoncangkannya kuat-kuat seakan-akan anak itu cuma sebuah boneka sambil tetap membentak dan memaki.

Seeing his son couldn’t get up obviously didn’t soften her heart because she came to him, pulled the poor boy’s arm and shook him as if he were just a ragged doll while kept yelling and swearing.

Bisakah kita mentolerir atau memaafkan perbuatan seperti itu dengan dalih si ibu dalam keadaan stress atau karena menderita kelainan jiwa?

Can we tolerate or excuse such behavior because the mother, well say.., was under stress or because of insanity?

*   *   *   *   *

Dalam perjalanan pulang dari kantor hari Minggu tanggal 14 Juni lalu perhatian saya segera tertuju pada seorang anak perempuan di dalam angkot yang saya tumpangi.


On my way home from the office on Sunday, 14th June, my attention was soon drawn to a little girl in the angkot I was riding in.

Awalnya hanya dia yang saya perhatikan karena beberapa kali dia menatap saya.

At first she was the one I focused on after she stared at me intensely for several times.

Kemudian saya memperhatikan wanita berbaju hitam yang duduk disebelahnya.

Later my attention fell on the lady with black tshirt who sat next to her.

Yang membuat saya jadi memperhatikan mereka lebih intens adalah karena sepanjang perjalanan, dari mulai saya naik ke angkot sampai mereka turun, posisi duduk wanita itu ya seperti yang terlihat dalam foto-foto ini; duduk membelakangi anak perempuan kecil itu.

What made me put more attention on them is because the lady sat on that position from the time I got into angkot until they got off, just as it is shown in these photos.

Selama sekitar setengah jam dalam angkot, mungkin hanya lima kali dia menengok ke belakang untuk melihat anak perempuan itu.

For about half hour in angkot, it was probably just five times she looked back to see the little girl.

Saya sampai sempat berpikir ini ibu dan anak atau bukan ya? Soalnya tidak ada keakraban di antara mereka, komunikasinya hanya dalam bentuk teguran dengan suara ketus dari si wanita itu ketika menyuruh anak perempuan kecil itu untuk duduk, tidak ada rangkulan atau pelukan, tidak ada kata-kata manis, tidak ada obrolan, memegang pun tidak..


I asked myself if they were mother and daughter or not? Because there was no intimacy between them, the only communication between them was when the lady with unfriendly voice told the little girl to sit, there was no embrace or hug, no sweet words, no chat, the lady didn’t even hold her.

Saya bertanya-tanya apa anak perempuan ini adalah anak dari wanita lain yang duduk di samping saya karena kelihatannya mereka ini rombongan dari yang terdiri dari tiga wanita dewasa dan lima orang anak.

I wondered if this little girl was the daughter of the lady who sat next to me because it looked like they were a group of three grown up ladies and five children.

Tapi dari bahasa tubuh si anak perempuan, saya menduga ibunya adalah wanita berbaju hitam itu.

But the little girl’s body language made me guessed her mother is the lady in black tshirt.

Sikap wanita itu yang tidak mengacuhkan anak perempuan kecil ini (terlihat sekali dia lebih suka bicara dengan dua teman wanitanya) sampai-sampai dia tidak tahu berapa kali anak itu hampir jatuh karena dia berdiri saat angkot berjalan dan berhenti (saya yang jadi empot-empotan sampai refleks berapa kali saya mengulurkan tangan untuk menangkapnya) dan tidak tahu bahwa dalam kebosanannya anak itu memunguti bungkus permen, tisu dan entah sampah apa lagi yang berceceran di lantai angkot.

This lady’s ignorance behavior toward this little girl (it showed clearly that she’d rather talk to her friends) that she didn’t know the child was almost lost her balance because she stood when angkot ran and stopped (I was the one who worried she would fall that I spontaneously reached out to hold her) and the lady didn’t know that bored with the ride made the girl picked candy wrapper, tissue and whatever trash scattered on angkot floor.

Kelakuan wanita itu yang mendorong saya untuk diam-diam memotret mereka. Belum terpikir oleh saya untuk menjadikannya sebagai tulisan dalam blog.

The lady’s behavior has encouraged me to secretly took their photos. I didn’t think to make a post in this blog about her.

Emm.. menurut anda, kelakuannya dapat dipahami karena mungkin dia sedang stress atau punya kelainan jiwa?

Umm.. do you think her behavior is understandable because she might be under stress or having mental issues?

*   *   *   *   *

Empat hari kemudian saya sedang dalam angkot dan dalam perjalanan pulang dari kantor ketika seorang wanita dan seorang anak perempuan kecil naik.

Four days later when I was in angkot on the way home from the office, a lady and a little girl got in.

Posisi duduknya persis seperti wanita dan gadis kecil yang saya temui empat hari sebelumnya.

Their seated position was exactly like the lady and the little girl whom I met four days earlier.

Tapi ada perbedaan yang sangat besar. Anda pasti akan bisa langsung melihatnya.

But there was huge difference. You can tell it right away.

Dari mulai mereka naik sampai turun, wanita ini duduk dengan posisi demikian, tapi tangannya tidak pernah lepas merangkul anak perempuan kecil itu dan ada komunikasi di antara mereka. Bahasa tubuh mereka menunjukkan keakraban dan kasih sayang.


From the time they got into angkot until they got off, the lady’s sitting position was just like that, but she put her arm around the little girl's shoulder and there was communication between them. Their body language showed intimacy and love.

*   *   *   *   *

Ingatlah hal ini baik-baik;
Anak tidak terlahir atas keinginan atau permintaannya

Remember this;
A child is born not under his/her wishes or request

Adalah keinginanmu, keputusanmu, pilihanmu, impianmu,
harapanmu, perbuatanmu, hasratmu..
yang membuat anak itu terlahir ke dunia ini

It is your will, your decision, your choice, your dream,
your wish, your act, your passion..
that made that child is born into this world

Anak itu tidak berhutang nyawa padamu,
karena kamu yang menginginkannya
maka kamu harus bertanggung jawab atas nyawanya

The child does not owe his/her life to you
it is you who wants him/her
so you have to be responsible on his/her life

Jangan pernah menghitung jasa baikmu kepada anakmu
Jangan pernah katakan dia membalas air susu dengan air tuba

Never count your good deeds on your child
Never say he/she doesn’t repay your good deeds

Adalah kewajibanmu untuk memberikan segala yang terbaik untuk anakmu
Kalau kasih itu ada dalam hatimu dan tertanam dalam hati anakmu
Segala yang dilakukan anak itu padamu adalah perbuatan kasih
Tanpa harus kamu minta atau ingatkan..

It is your obligation to give the best for your child
If love is in your heart and roots in your child’s heart
Everything the child does to you is moved by love
Without have to be asked or reminded by you..

Jangan perlakukan anakmu bagaikan deposito untuk hari tua
Tugasmu adalah memeliharanya sampai dia dapat berdiri tegak di atas kakinya sendiri
Ketika dia sudah menjadi demikian
Maka itu artinya tugasmu sebagai orang tua telah selesai

Don’t treat your child as if he/she were your future time deposit
Your task is to care for him/her until he/she can stand on his/her own feet
When it is accomplished
It means you complete your task as a parent

Apakah anak itu akan berbuat baik padamu atau tidak
Itu adalah refleksi dari bagaimana kamu memperlakukan mereka dimasa lalu
Atau kalau kamu telah benar-benar yakin
Bahwa kamu telah memperlakukan mereka dengan baik
Maka segalanya kembali pada ada atau tidaknya rasa kasih dalam hati anakmu
Untuk dirimu..

Whether that child will treat you good or not
It is the reflection of how you treated them in the past
Or if you are absolutely sure
That you have treated them good
Then it is the question if there is love in your child’s heart
For you..

Kalau anak itu tidak memiliki kasih dalam hatinya
Untuk dirimu,
Jangan marah, jangan kutuki dia
Berdoalah meminta pengampunan untuknya
Dan berharap anak dari anakmu tidak akan melakukan hal yang sama pada dirinya

If that child has no love
For you,
Don’t get mad, don’t curse him/her
Pray for forgiveness for him/her
And wish the child of your child won’t do the same to him/her

7 comments:

  1. Sedih aku baca ini mba..apalagi yg bagian anak kecil jatuh itu... :( tega... udahlah mempermalukan diri sendiri di depan org bnyk gitu dgn kelakuan sadisnya, aku jd ga kebayang gmn dia memperlakukan anknya di rumah :(... apa org2 ini ga bisa mikir, kalo emmang ga mw direpotkan soal anak, ya jgn beranak... kalo memang ga mampu utk merwatnya, ya lakukan hubungan yg aman.. :( Tapi mungkin utk sbgian org yg pikirannya rada dangkal dan ga pinter, yg bgitu2 emg ga kepikiran kali ya :(

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sudah mengingatkan mbak..saya jg tengah berusaha utk semaksimal mungkin menjaga apa yg saya inginkan yg akhirnya diamantkan pada saya, yakni si kecil ken.

    Suka sedih memang saat melihat di depan mata sikap demikian antara ibu dan anak. Tp kadang jg gk bs berbuat ap2. Mubgkin kalau org dekat, masih bs menegurnya. Tp gk sllu digubris sih, dicuekin bahkan bs dibentak balik *pengalaman....

    Ilmu parenting emang perlu diberikan pd para orang tua...

    Tfs y mbak :)

    ReplyDelete
  3. Hiks...saya kadang masih jutek, krn terkadang anak saya aktiffff banget, trus saya kuatiran. Kaya dalam bis, dia akan berdiri, duduk, bahkan klo memungkinkan, bis dikelilingi sampe capek, mulai dari lembut sampe sedikit melotot, kadang dia tetap saja, sambil cengar-cengir
    Tp soal cinta, saya cinta bangets deh

    ReplyDelete
  4. Menyentuh sekali tulisannya Bu Guru. Saya juga pernah menyaksikan seorang anak yang dmarahi ibunya persis di depan saya, gegara si anak muntah di dalam kereta yang kami naiki. Entah anaknya masuk angin atau sudah sakit sebelumnya. Bukannya ditolong atau bagaimana, malah dimarahi di depan penumpang. Sedih sekali saya melihatnya. Sudah sakit masih saja diomelin.

    ReplyDelete
  5. Yg bikin saya prihatin adalah suatu ironi bahwa ada begitu banyak orang yg tidak bisa punya anak sementara yg punya anak memperlakukan anaknya tidak sebagai anugerah.. aduh, sedihnya.. yg sakit hati saya, lho.. pdhal saya sendiri belon punya anak..

    Anak memang beragam sifat & pribadinya (tergantung dr warisan DNA yg dia dapat dong).. belum lagi kalau dapat anak berkebutuhan khusus.. wah, betul-betul menuntut kesiapan fisik, mental, emosi, psikologi, keuangan dll..

    Kadang tekanan ekonomi yg dihadapi pasutri atau masalah dlm pernikahan mengakibatkan beban tambahan yg kemudian entah disadari / tdk, bisa berimbas pd bagaimana suami/istri memandang & memperlakukan anak mereka.

    Yg saya tulis diatas adalah hal-hal yg saya temui dlm keseharian tapi ada bagian yg saya tulis berdasarkan dari pengalaman pribadi sebagai seorang anak..

    Ya, setiap orang yg akan menikah (bukan cuma calon orang tua) perlu dibekali dg ilmu parenting. Menurut saya sih, akan lebih baik kalau Posyandu tdk hanya memberikan pelayanan untuk anak tapi juga memberikan konseling dlm hal parenting

    ReplyDelete
  6. semoga saya bisa menjadi ibu yang terbaik untuk fio, anak saya. meski saya bukan ibu yang sempurna.

    ReplyDelete
  7. tdk ada manusia yg sempurna, mbak dani, kita belajar dr ketidaksempurnaan itu, dr setiap kesalahan, dr setiap sikon, dr setiap manusia.. semua yg kita pelajari itu adlh utk membuat hal2 yg tdk sempurna itu menjadi lbh baik

    ReplyDelete