Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, June 3, 2015

When We Were Together

Bulan Mei agenda saya penuh dengan berbagai acara, ditambah dengan kerja dan mengajar serta kelelahan fisik dan mental membuat baru sekarang saya punya tenaga, mood serta waktu untuk menulis lagi.

My agenda in May filled with many events, not to mention to add that with work and teaching along with physical and mental tiredness made me unable to find the energy, mood and time to write until now.

1 Mei..

1st of May..

Setelah melewati berbagai peristiwa (satu diantarnya saya tuliskan dalam postingan di bulan April berjudul ‘Hey Commander’) akhirnya terwujud juga acara persekutuan pemuda kami.

After gone through many things (one of them was made into my blog post in April ‘Hey Commander’) our youth fellowship event finally could be made it.

Sekitar jam 7 pagi saya sudah sampai di kantor.

I have arrived in the office at around 7 am.

Jam 8.45 kami berangkat. 45 menit terlambat dari jadwal yang ditetapkan karena satu dari tiga mobil yang akan membawa kami ke Chentini Resort terlambat datang.


We left at 8.45 minutes. 45 minutes late of the schedule because one of the three cars that would take us to Chentini Resort arrived late.

*    *    *    *    *

Perjalanan menuju Chentini Resort memakan waktu hampir 2 jam.

It took nearly 2 hours to go to Chentini Resort.

Untung perjalanannya lancar. Hanya sedikit tersendat dibeberapa titik ketika sudah berada di kawasan Gunung Bunder. Itu karena jalannya sempit sehingga memerlukan kehati-hatian ketika berpapasan dengan kendaraan besar yang datang dari arah berlawanan.

It was a smooth trip. Stuck only in few points when we got at Gunung Bunder area. It is because the narrow road made us have to be careful when passing big vehicle from the opposite direction.

Kalau perkara rute, maaf, jangan tanya saya.. setelah melewati kampus IPB, saya tidak mengenali lagi jalan-jalan yang dilewati karena saya mungkin hanya setahun sekali melewatinya dan karena bukan naik kendaraan umum maka sepanjang jalan perhatian saya tidak sepenuhnya tertuju pada jalanan.

Sorry I can’t inform you which route we took.. I was completely lost after we passed IPB (Bogor Agriculture Institute) campus because I just like passing it once a year and since I was not taking public vehicle I didn’t focus on the road.

Memasuki kawasan Gunung Bunder..

Entering Gunung Bunder area..

Kalau anda menyukai pemandangan pegunungan dan sawah atau mereka yang datang dari kota besar seperti Jakarta.. anda pasti akan menikmati pemandangan tersebut.


If you adore mountain and rice fields scenery or those who come from big city such as Jakarta.. you will enjoy the view.

Udaranya pun makin lama makin sejuk dan bersih sehingga akhirnya kami mematikan AC dan membuka jendela mobil.

The air is getting fresher and less polluted that we turned off the AC and opened the car window.

Baru begini saja buat saya rasanya sudah menjadi sesuatu yang amat disyukuri.

For me this had become something to deeply feel grateful.

*    *    *    *    *

Sampai ditujuan..

Arriving at the destination..

Chentini lumayan keren dan mengingatkan saya pada Kampung Sampireun di Garut yang pernah saya kunjungi bersama Andre beberapa tahun lalu.


Chentini is a quite cool place and it reminded me to Kampung Sampireun, Garut which Andre and I visited few years ago.

Kami membongkar bawaan, menentukan siapa tidur di kamar mana dan.. makan! Ya, biar pun waktu belum menunjukkan jam makan siang tapi perjalanan panjang membuat perut lapar.

We unpacked, set the bedroom arrangement and.. had lunch! Yes, it wasn’t lunch time yet but the long trip made us felt hungry.

Makan siang di teras belakang yang menghadap ke danau buatan sambil memandangi gunung di kejauhan serta ikan-ikan koi.. sesuatu yang menimbulkan rasa syukur, syukur untuk makan siang, untuk pemandangan indah, untuk kebersamaan kami..


Having lunch in the back porch that facing the lake, looking over the mountain and the koi fishes.. things that brought the feeling of grateful, grateful for the lunch, for the beautiful view, for our togetherness..


Kegiatan berikutnya terbagi antara masak dan tidur.


The next thing we did were divided into cooking and sleeping.


Berhubung saya tidak bisa dan tidak berminat untuk melakukan ke dua kegiatan di atas maka saya menjalankan peran sebagai bagian dokumentasi.

Since I couldn’t and uninterested to do both activity, I did my role as the documentator.

*    *    *    *    *

Ibadah pertama kami lakukan siangnya.


Our first fellowship service was held in the afternoon.

Kebersamaan kami adalah yang terutama.

Our togetherness was the most important thing.

*    *    *    *    *

Curug Cigamea

Cigamea Waterfall

Air terjunnya sendiri tidak terlalu hebat-hebat amat. Yang luar biasa itu adalah perjalanan untuk sampai ke sana.


The waterfall itself bore no significant meaning. The extraordinary one is the trip to get there.

Jalannya panjang, melalui entah berapa banyak anak tangga (yang jarak antar anak tangganya tinggi, tanpa reling untuk berpegang)..


It was a long walk, through I don’t know how many stairs (the distance between each stair are quite high, no banister to hold on to)..

Pemandangannya memang luar biasa tapi kaki saya juga luar biasa gempor..


The view was spectacular but my feet were also spectacularly exhausted..

Kondisi badan saya memang kurang bagus saat itu, saya capek, saya kurang tidur, saya punya tekanan darah rendah..

I wasn’t in my best physical condition at that time, I was tired, I didn’t get enough sleep, I have low blood pressure..

Dan teman-teman saya sepertinya entah lupa atau memang tidak tahu kalau saya yang paling tua di antara mereka. Berhubung muka saya tidak kelihatan seperti orang berusia 40an, saya di kira sepantaran mereka. Tapi toh ga bisa di tipu, napas saya jelas kalah panjang dibandingkan dengan mereka yang usianya masih di awal 20 atau 30.

And my friends seemed to forget or truly unawared that I am the oldest among them. Since I don’t look like somebody who is in her 40s, I was seen as if I were their peer. Man, I can’t catch up my breath with those who are in their early 20s or 30s..

Malamnya saya nyaris tidak bisa tidur karena dari pinggul ke kaki rasanya sakit dan pegal walau sudah saya pijat, baluri dan tempel dengan balsem serta koyo.

the next morning..
I hardly slept at night for having pain in my hip down to my feet though I had massaged them, smeared with balsam and put hot patch on them.

Bersambung..

To be continued..

No comments:

Post a Comment