Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, December 20, 2014

Hey, Stop Preaching!

Lewat lagu Papa Don’t Preach, Madonna bercerita tentang seorang gadis muda, yang  mungkin masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dalam keadaan bingung dan tertekan karena hubungan dengan pacarnya telah kebablasan hingga menciptakan kehamilan.


Through her song Papa Don’t Preach, Madonna told a story about a young girl, whom I assumed is in highschool, confused and distressed for having her relationship with her boyfriend has gone too far that it makes her pregnant.

Gadis ini tahu dia telah melakukan kesalahan, dia tahu dia telah melakukan apa yang ayahnya telah nasihatkan untuk tidak dia lakukan dan dia tahu ayahnya akan menjadi amat sangat kaget, sedih serta marah kalau dia mengatakan tentang kehamilannya.

This girl knew she has done wrong, she knew she has done something which her father has told her not to do and she knew her father will be very shocked, sad and angry when she tells him about her pregnancy.

Tapi dia memutuskan untuk tetap memberitahu ayahnya. Hanya saja dia minta agar ayahnya tidak mengkhotbahinya karena yang dibutuhkannya adalah dukungan, pengertian dan nasihat.

But she decided to let him know. She just asks him not to preach on her because what she needs are support, understanding and advice.

* * * * *

Perkara khotbah ini ternyata bisa menciptakan berbagai reaksi.

Preaching can create many reaction.

Khotbah yang luar biasa bisa merubah hati dan hidup banyak orang.

Powerful preaching can change many people’s hearts and life.

Tapi bukan berarti setiap khotbah bisa memberikan hasil positif sekali pun hal-hal yang dikhotbahkan adalah benar.

But it doesn’t mean every preaching can give positive outcome though it speaks about good things.

Saya mengambil ilustrasi dari lagu Madonna untuk memberi gambaran tentang bagaimana mengkhotbahi orang (walau pun tujuannya baik) memerlukan akal budi dan kebijaksanaan supaya penyampaiannya dilakukan dengan cara, pada waktu dan sikon yang tepat.

I used Madonna’s song as an illustration to give the picture about how preaching to somebody (though it is well meant) needs common sense and wisedom to make it done in the right way, in right time and in right situation.

Pengalaman saya bisa dijadikan contoh; yaitu ketika orang-orang di tempat kerja saya (yang peduli dan sayang pada saya) mendatangi saya dan langsung ‘mengkhotbahi’ saya.

Take my experience as an example; which happened when the people at work (who care and love me) came to me and preached on me.

Karena dilakukan dengan memakai cara yang tidak tepat, menyampaikannya pada saat yang sangat tidak tepat dan kata-katanya pun juga tidak tepat, … saya marah dan tersinggung karena saya mengganggap mereka melanggar privasi saya.


Since it used wrong method, bad timing and incorrect words, … it made me angry and offended because I felt they have crossed my privacy.

Nah, saya juga punya pengalaman bikin orang kesal ketika saya ‘khotbahi’. Itu terjadi sewaktu saya masih jauh lebih muda dan pengalaman saya belum sebanyak sekarang.

So, I have the experience of making people upset when I preached to them. it happened when I was much younger and had less experience.

Niatnya tetap baik tapi dalam kemudaan, kenaifan dan tidak berpengalaman, saya malah membuat orang kesal. Sejak itu saya berhati-hati untuk mengkhotbahi orang.. dari pada nantinya jadi tulalit.. hehe.

Well meant but in my youthness, naivety and inexperienced, I ended up making that person upset. Since then I rather not preach on people.. or I would make another error.. haha..

* * * * *

Ketika saya setuju untuk menjadi ketua persekutuan pemuda di tempat kerja saya, keputusan itu saya ambil untuk dua alasan; pertama karena selama sekian bulan tidak ada seorang pun dari anak-anak muda itu yang mau menjadi ketua dan alasan kedua adalah karena saya gemas melihat kegiatan mereka yang menurut penilaian saya kurang greget sehingga dengan menjadi ketua mereka, saya akan bisa melakukan perubahan.

When I agreed to be head of youth fellowship in my workplace, I made that decision for two reasons; first is because after months passed none of those young people wanted to be appointed as its head and reason number two is because I itched to see their activities that in my opinion is lack of breakthrough so being the head of it enable me to change it.

Tidak pernah saya bayangkan jabatan itu akan membuat saya menjadi pemimpin sharing dalam pertemuan persekutuan pemuda ini. Haih..

Never did it cross my mind that position would make me speaker in their gathering. Yay..

Kebayang ga sih, orang yang dulu pernah memilih kabur dan menutup telinga ketika dikhotbahin.. menjadi orang yang harus berkhotbah?.. hehe.. saya sendiri heran sekaligus geli..

Can you imagine it, the person who once ran off and turned deaf ear when she was preached to.. turn to become the person who preaches?.. lol.. I myself amazed and tickled by it..

* * * * *

Apa yang akan saya katakan pada anak-anak muda ini?

What would I tell to these young people?

Dua kali saya memimpin sharing. Setiap kali saya ditunjuk untuk memimpin sharing, setiap kali itu pula saya mengajukan pertanyaan tersebut pada diri saya sendiri.


I have become the sharing speaker twice. Everytime I was appointed as sharing speaker, I asked myself that question.

Tema dan materinya sudah diberikan kepada saya tapi buat saya intinya adalah ‘apa yang akan saya sampaikan pada anak-anak muda ini?’

Theme and material have been given to me but for me the whole thing is about ‘What would I say to these young people?’

Saya tidak ingin menjadi pembicara yang membicarakan tentang hal-hal omong kosong.

I do not want to become a speaker who speaks about nonsense things.

Saya tidak mau menjadi pembicara yang hanya bicara karena menunaikan tugas.

I do not want to become a speaker who is just doing her duty.

Menjadi yang tertua di antara mereka membuat saya memiliki lebih banyak pengalaman serta pemikiran yang lebih luas.

Being the oldest among them make me having more experience and broaded mind.

Yang harus saya lakukan adalah membagikannya kepada mereka.

What I should do is share those things to them.

Anak-anak muda ini memiliki enerji, semangat, ketulusan dan idealisme yang tinggi dan dapat dikatakan belum banyak terkontaminasi oleh dunia yang jahat ini. Buku kehidupan mereka belum terisi oleh banyak coreng moreng komplikasi kehidupan.

These young people have high energy, spirit, sincerity and idealism which are less contaminated by this wicked world. Their books of life are not yet filled with many scribbles of complicated life.

Ketika saya berusia 20an, bahkan 30an.. saya tidak pernah membayangkan kehidupan saya akan melewati hal-hal yang telah saya lewati.

When I was in my 20s, even in my 30s.., I never knew my life would have passed the things it has passed.

Demikian pula anak-anak muda ini.

So do these young people.

Segelintir dari mereka telah mengalami banyak kesukaran sejak dari usia muda. Yang lain baru mengalaminya. Sisanya bahkan belum bisa membayangkan apakah ada yang bisa menjadi lebih sukar dari apa yang mereka hadapi saat ini.

Few of them have had tough times in their younger years. Others just have gone through it. The rest can’t even imagine what possibly be worst than what they are facing today.

Kadang saya memandangi mereka, memikirkan mereka ketika saya sedang menyusun materi yang akan saya sampaikan dalam acara sharing dan bertanya-tanya apakah yang akan mereka hadapi tahun depan atau lima tahun mendatang atau sepuluh tahun kemudian?


Sometimes I looked at them, thought about them when I was working on the material I was going to tell them in the sharing and wondered what would they face next year or in another five years or ten years later?

Akankah mereka menjadi orang-orang yang lebih dewasa? Lebih tabah? Lebih sabar? Lebih bijaksana? Lebih bahagia?

Will they be more matured? Stronger? Have more patience? Wiser? Happier?

Apakah iman dan optimisme mereka akan tetap sekuat saat ini?

Will their faith and optimism remain as strong as in today?

Ataukah mereka akan menjadi lebih tua tanpa menjadi lebih baik dari diri mereka sekarang ini?

Or will they become older without become better from what they are today?

Dan kalau mereka menjadi lebih baik, apakah hal itu disertai dengan banyak kepahitan?

And if they become better people, will it come along with lots of bitterness?

Itu sebabnya saya lebih suka memasukkan lebih banyak ilustrasi dari pengalaman saya atau memakai pengalaman mereka.

It is why I prefer to use my experience or theirs as the sharing illustration.

Karena kita selalu bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.

Because we can always take a lesson from other people’s experience.

* * * * *

Berkhotbah bukanlah hal yang mudah.

To give a preach is not an easy thing to do.

Ini bukan soal cuap-cuap tentang suatu pokok materi.

It is not about bubbling over some issues.

Beberapa orang memilih untuk berkhotbah lewat lagu. Madonna melakukannya. Begitu pula penyanyi seperti Pink dalam lagu Perfect, Miley Cyrus dalam The Climb, John Mayer pada lagunya Say, Michael Bolton menyampaikannya lewat One Love.


Some people chose their preaching through songs. Madonna did it. So did Pink in her song Perfect, Miley Cyrus in The Climb, John Mayer in Say, Michael Bolton spoke it in One Love.


Pesan melalui kata-kata yang tepat, cara yang tepat dan sikon yang juga tepat akan memberikan hasil seperti yang kita inginkan.


Delivering messages using right words, right way and in right time will give expected outcome.


* * * * *

Saya punya pengalaman lain yang bikin saya berteriak ‘hei, jangan khotbahin gue!’ketika orang yang tidak saya kenal menaruh komen di sebuah postingan blog ini.

I have other experience that made me yelled ‘hey, don’t you preach on me!’ when a stranger put a comment in one of this blog post.

Tanpa salam pembuka, tanpa kata perkenalan dan tanpa penjelasan, dia langsung saja menaruh sederetan kutipan dari ayat-ayat alkitab di kotak komen.

Without greetings, no introducing and no explanation either, he put quoted verses from the bible on the comment box.

Tentu saja hal ini membuat saya heran dan kesal. Apa-apaan sih ni orang? Kagak sopan banget.

It certainly made me wondered and upset. What’s this dude want? Where’s his manner?

Saya mengirimkan respon saya melalui emailnya. Tapi sudah dua bulan berlalu dan dia sama sekali tidak membalas. Entah karena dia tidak menerimanya atau tidak pernah mengecek emailnya atau tidak punya tata krama untuk membalas email saya itu, memberi penjelasan dan meminta maaf untuk ketidaknyamanan yang telah dia berikan lewat postingannya itu.

I emailed him my response. But it has gone two months without any reply from him. I don’t know is it because he didn’t get the email or he didn’t check his emails or he doesn’t have the decency to reply my email, to explain and to apologize for the inconvenient he gave me through his post.

Patut disayangkan..

What a pity..

* * * * *

Saya lebih suka ‘berkhotbah’ lewat tulisan-tulisan saya. Mungkin karena buat saya rasanya lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk membagikan pengalaman, pemikiran dan pendapat secara tertulis.


I rather ‘preach’ through my writings. Maybe because I find it easier and fun to share my experiences, thoughts and opinions in writing.

Tapi belakangan ini karena harus memimpin sharing, saya mulai belajar untuk jadi pembicara.. pengkhotbah.. hehe..

But lately by incharging as sharing speaker, I learned to become a speaker.. a preacher.. lol..

No comments:

Post a Comment