Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, December 17, 2014

Goodbye XL

Mungkin sekitar tiga bulan lalu saya mulai menerapkan pola makan baru. Tidak makan malam.

Maybe it was around three months ago when I started to have new eating arrangement. Skipping dinner.

Tidak atas saran siapa pun. Tidak juga terinspirasi oleh siapa pun.

It was not under anyone’s suggestion. Nobody inspired me either.

Saya sendiri yang mulai merasa tidak enak punya badan terlalu gendut. Napas jadi pendek. Badan rasanya berat. Baju dan celana sesak.


It was I myself who felt uncomfortable to have overweight body. I had short breath. My body felt heavy. Clothes and pants became tight.

Makanan terpaksa harus dikurangi karena aktivitas fisik saya tidak lagi seperti ketika saya bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Pada waktu itu mau makan segentong pun tidak akan bikin badan jadi melar.

There is no choice than to limit the intake meals since my physical activity is no longer as much as when I worked as kindergarten teacher. At that time I could eat as much as I wanted without had to worry it would make me gain weight.

Awalnya sulit. Rasanya laparrr melulu.. hehe.. tidur dengan perut kekruyukan juga tidak enak.

It was hard at first. I felt I was hungry all the time.. lol.. I had trouble sleeping with empty stomach.

Belum lagi ayah saya dan Andre yang khawatir tekanan darah saya anjlok karena dalam keadaan normal saja tekanan darah saya rendah. Bagaimana kalau saya mengurangi makan? Ya, turun sih pasti. Kalau dulu antara 100/70 saja sudah hebat, sekarang ini bisa 95/69.

Not to mention to deal with my father’s and Andre’s concern over my blood pressure that would drop because it has already low. Eversince I am reduce the amount of my intake meals, it definitely becomes lower. 100/70 was considered achievement, these days it is at 95/69.

Karena itu saya tidak terlalu ketat pada diri sendiri. Makan malam ditiadakan tapi setelah saya sampai di rumah sekitar jam 5 sore, saya makan roti atau buah atau sayuran. Kadang semangkok mie rebus. Kadang puding. Kalau yang ada cuma gorengan seperti tahu atau pisang, ya itu saja yang saya makan.

It is why I am not hard on myself. Dinner is still banned but after I get home at around 5 pm, I eat bread or fruit or veggie. Sometimes a bowl of noodle. Sometimes pudding. If there is only fried tofu or fried banana, that’s fine with me.

Saya tidak bisa makan banyak kalau pagi. Mungkin karena masih mengantuk. Jadi yang bisa saya telan hanya nasi dan lauk sesendok. Tapi kalau makan siang, porsinya normal. Bahkan bisa banyak kalau saya sedang lapar atau setelah mengerjakan pekerjaan bersih-bersih di rumah.

I eat less in the morning. Maybe because I feel sleepy at that time so I can only have a spoon of rice and sidedish. But lunch is in normal portion. I can even eat more when I feel hungry or after doing house chores when I am home.

Nyemil? Kalau ada, ya di makan.. hehe.. kalau tidak ada, saya tidak akan sengaja nyari.

Snacking? If there is snack, I eat it.. lol.. if there isn’t any, I am not going to get it.

Saya juga tidak menjauhi es krim dan coklat. Kalau ada, ya.. saya makan. Kalau ada yang kasih, ya tidak akan saya tolak.. hehe.. kan tidak setiap hari.

I also don’t banned ice cream and chocolate. If I have them, I eat them. I won’t say no if anyone give me ice cream or chocolate.. lol.. it’s not like I have them everyday.

Yang repot kalau saya ada di rumah Andre. Dia kan tahu saya suka banget sama dua makanan itu jadi stok selalu ada dikulkasnya. Cobaannnn…

Challenge comes when I am at Andre’s house. He knows I like those two treats so he stocks them in his fridge. So tempting..

Karena tidak mau menganggap saya sedang berdiet maka saya menghilangkan hal tersebut dari pikiran saya. Soalnya kalau di anggap sebagai diet, jadi terasa seperti beban. Malah akhirnya saya jadi takut makan. Atau kalau saya makan, otak sibuk menghitung kalori yang masuk. Hidup jadi tidak enjoy kan kalau kayak gitu..

Since I don’t want to perceive this as I am dieting so I keep it off my mind. If I consider it as a diet, it would feel like a burden. At the end I would afraid to eat. And when I eat, my brain would be busy counting the amount of intake calory. It would make life less fun.

Jadi biar pun saya meniadakan makan malam tapi kalau ada acara pada malam hari yang melibatkan makan, saya tetap akan makan walau pun tentunya sambil tetap menjaga porsi.

So though I exclude dinner but when I have to attend a banquet, I would have it in moderate portion.

Sebalnya orang pasti berkomentar atau bertanya ketika melihat saya makan sedikit. Jawaban diplomatis saya selalu sama ‘tidak bisa makan banyak kalau malam’.

What annoying is to have people commented or asked when they saw my moderate eating portion. My diplomatic answer is same ‘can’t eat much at night’.

Repotnya kalau jamuan makannya tidak prasmanan karena saya pernah bertemu dengan nyonya rumah yang saking kelewat ramah, dia tidak hanya terus menerus menawarkan saya untuk ‘tambah lagi dong’, dia rajin menyendokkan makanan ke piring saya… halah.. kacau.. kacau.. mau tidak di makan, saya pantang membuang makanan.. jadi harus saya habiskan dengan hasil.. mak, jangankan untuk berjalan, untuk bangkit berdiri dari kursi saja rasanya susah karena perut saya rasanya berat sekali, napas saya sesak dan saya buang air sampai tiga kali malam itu.. hehehe..


It is catastrophic when it is not a buffet banquet because I once had a host who was being too nice that she didn’t just keep saying ‘have more’, she actually spooned more dishes into my plate.. oh no.. no.. I had no choice than to eat them all because it is forbidden for me to waste any food.. well, it resulted in left alone to walk, I hardly got off my chair because my stomach felt so heavy, I had labour breath and I pooped three times on that evening.. lol..

Tiga bulan berlalu dan badan saya menciut.


Three months passed and my body shrank.

Berbahagialah saya karena yang terutama adalah baju dan celana jadi tidak sempit lagi. Bahkan jadi kedodoran.

What a happy person I am, especially to have the clothes and pants are no longer tight. They are even loosened.

Kalau anda gendut dan anda tinggal di negara Asia, siap-siap saja kesulitan mencari pakaian ukuran besar karena orang asia umumnya berbadan kecil dan kurus.

If you are overweight and you live in Asian country, be ready to get dizzy over finding big size clothes because most Asian are petite.

Krisis moneter membuat harga berbagai barang melambung tinggi. Dampaknya sampai kepada ukuran pakaian.

Monetary crisis has resulted in prices increase. It gets to clothing size.

Dulu yang namanya ukuran XL, benar-benar XL. Besar.

Back then XL size was really XL. Big.

Setelah krismon, semua ukuran baju berubah. Yang dulunya ukuran M, dijadikan ukuran XL. Yang dulunya XL jadi XXL atau mungkin malah XXXL.


After monetary crisis, all clothing size changed. What once was M, is made into XL. While XL became XXL or even XXXL.

Beberapa kali saat saya membeli baju dan disodori ukuran XXL, saya teringat pada baju-baju ukuran XL jaman sebelum krismon. Pada masa itu rasanya ukuran XL itu sudah besar sekali dan ukuran XXL atau XXXL adalah untuk ukuran badan segede gaban.. biasanya untuk ibu-ibu paruh baya bertubuh super subur karena sudah punya anak lebih dari satu.

I have had experience when I went clothes shopping and was handed XXL, it reminded me to the clothing size before monetary crisis. At that time XL seemed so big and XXL or XXXL were for super big body. Middle aged women who have had more than one children were the ones who wore those super big sizes.

Belum lama ini saya membeli celana pendek. Ukuran M sekecil ukuran S. Akhirnya yang muat untuk saya adalah ukuran XXL. Lha, jangankan saya.., teman saya ikut bingung. Apalagi setelah melihat saya memakai celana itu.

I bought a shorts just recently. The M size is so small like S size. I finally got an XXL one. It was not just me.., a friend also puzzled. Especially after saw me wearing that shorts.

Kami berdua sama-sama berpendapat itu sebenarnya adalah ukuran M.

We both had same opinion that it is actually an M size.

Reaksi Andre menegaskan kebenaran itu. Pertama matanya membelalak ketika melihat ukuran yang tertera dilabelnya. Kemudian dia ngakak.

Andre’s reaction confirmed it. First his eyes buldging when he saw the size inprinted in the shorts tag. Only to be followed by his bursting laugh.

“Badan kamu menciut tapi ukuran celana kamu jadi XXL?” dia tergelak “Say, di negeri gue, ini sih ukuran S”


“Your body shrank but the size of your shorts are now XXL?” he laughed it out loud “Hun, back in the US, this is an S”

Hahaha..

No comments:

Post a Comment