Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, December 12, 2014

Bullying

·   Kotak
·   Kota tua, kota tua
·   Cukup goceng
·   Pake KRL
·   Udah sampe
·   Bawa2 temen lagi
·   Karyawan …. (nama kantor saya)
·   Sambil narsis
·   Jadi, nanti kita buat laporan ke … (nama kampus Desy) nya: senang pelayanan ke kota tua
·   Pake sepatu yang 200rb
·   Hahaha…..
·   Begitulah, kira2 salah satu poin laporannya
·   Ke ketua …. (nama kampus Desy)

Demikian komen yang dikirimkan oleh seseorang untuk foto yang dipajang Desy sebagai foto profil blackberrynya hari Selasa, 2 Desember.

·   Ol’ town
·   Old town, old town
·   Five thousand only
·   By train
·   Arriving there
·   Taking 2 friends
·   …. (my office’s name)workers
·   Got narcist
·   So, here’s our report to … (Desy’s campus): pleasure doing service in old town
·   Wearing 200 hundreds thousand shoes
·   Hahaha…..
·   There it is, more or less the points in the report
·   To the head of …. (Desy’s campus)

Those are the comments sent by somebody after Desy put this photo as her blackberry’s photo profile on Tuesday, December 2nd.

* * * * *

Sore itu kami baru saja kembali dari Mangga Dua di Jakarta.

That afternoon we just got returned from Mangga Dua in Jakarta.

Kami berempat sudah lama ingin bisa jalan bareng dan setelah sekian bulan lewat tanpa ada kesempatan untuk mewujudkan keinginan itu, akhirnya jadi juga…

The four of us have been wanting to go together and after months passed without any chance for us to make it happen, we finally made it..

Hari Selasa kami pilih karena hari itu adalah hari libur saya, Desy dan ibu Martha. Sementara Ninda adalah ibu rumah tangga sehingga dia bisa ikut kapan saja asalkan sudah atas sepengetahuan dan seijin suaminya. Berhubung suaminya adalah teman kami juga maka dia membiarkan Ninda pergi dengan kami.

We chose Tuesday because it is Dessy, Mrs. Martha and my day off. While Ninda is a housewife so she can go anytime as long as it is by her husband’s knowledge and consent. Since her husband happens to be our friend too, he let her went with us.

Selasa itu juga dipilih karena awal bulan. Kami baru gajian. Duit di dompet masih pada tebal.. hehe..

Another reason we chose that Tuesday is because we just got our salary paid few days ago. We had enough money for the trip.. lol..

Kami memilih Mangga Dua karena belum pernah ke sana dan karena tempat itu terkenal sebagai pusat penjual baju serta sepatu maka kami yang masing-masing ingin membeli baju dan sepatu memutuskan untuk pergi ke sana.

We chose Mangga Dua because none of us have ever been there and since the place is well known as the shopping mall for clothes and shoes, made us decided to go there as each of us wanted to buy clothes and shoes.

Kami berangkat pagi jam 9 dari Bogor dan kembali lagi di Bogor sekitar jam 5 sore. Perjalanan yang panjang dan melelahkan tapi seru dan membuat kami amat sangat gembira. Kegembiraan yang didapatkan bukan dari benda-benda yang kami beli tapi kegembiraan karena bisa jalan bareng.


We left Bogor at 9 am and got back in Bogor at around 5 pm. It was a long and tiring trip but it was fun and we were so very happy. The kind of happiness that not brought from the things we bought but more came from the chance we got to go out together.

* saya telah menulis tentang perjalanan kami ini di empat postingan terdahulu di bawah judul ‘Shopping Spree - ….’

* I have written about our trip in four previous posts under the title ‘Shopping Spree - ….’

Ninda dijemput oleh suaminya di stasiun kereta api Bogor. Kami yang bertiga berjalan kaki ke kantor yang letaknya tidak terlalu jauh dari stasiun kereta.

Ninda’s huband picked her up from Bogor train station. The rest of us walked to the office which is not too far from the train station.

Saya dan ibu Martha memutuskan untuk istirahat dulu karena badan rasanya babak belur betul. Terlalu capek untuk langsung meneruskan perjalanan pulang ke rumah sehingga kami berencana untuk duduk-duduk dulu, ngopi dan makan di kamar Dessy.


Mrs. Martha and I decided to take a rest because we were too tired to go home so we thought we would cool ourselves down, drank coffee and had something to eat at Dessy’s room.


Kami bahkan sampai sempat berfoto-foto, Dessy menghias pohon natal yang baru dibelinya dan kemudian dipijit bu Martha karena badannya terasa pegal linu.

We even took photos, Dessy decorated her newly bought Christmas tree and later Mrs. Martha gave massaged her because she felt unwell.

Kira-kira pada waktu itulah Dessy membaca komen orang itu.

It was during that time when Dessy read that person’s comment.

Awalnya dia tidak menceritakan pada kami tentang komen aneh itu. Saya sedang keluar kamarnya ketika itu. Ibu Martha yang berada disana melihat muka Dessy menjadi murung dan dia bertanya apa yang membuatnya jadi kelihatan seperti begitu. Dessy menceritakan dan menunjukkan pesan yang diterima lewat blackberrynya.

At first she didn’t tell us about that strange comment. I was not in her room at that time. Mrs. Martha was there and she saw Dessy’s face changed as if something upset her. So she asked what made her looked like that. Dessy told and showed her that blackberry message.

“Bilang ke Keke” kata-kata bu Martha ke Dessy terdengar oleh saya.

“Tell Keke about that message” I heard Mrs. Martha spoke that to Dessy.

“Bilang apa?” tanya saya bingung.

“Tell me what?” I asked puzzled.

“Tuh, si …. kirim pesan bb ke Dessy”

“There, … sent blackberry message to Dessy”

“Pesan apa?” saya pikir ada apa sih? kok kayaknya serius banget.

“What message?” I thought what was going on? Why did they look so serious.

Dessy mengulurkan blackberrynya supaya saya bisa membaca pesan itu..

Dessy gave me her blackberry so I could read that message.

“Setan!” rutuk saya antara kesal, kaget dan heran setelah membacanya “Apa-apaan ni orang nulis kayak gini?”

“Asshole!” I grumbled, annoyed, surprised and amazed after read it “What in the hell this guy wrote this message for?”

“Mana saya tahu, kak” Dessy tersenyum getir.

“How should I know, sis” Dessy smiled out her agony.

“Apa urusannya sama dia kalau kita jalan-jalan?” saya meradang “Kan ini hari libur kita. Lagian kita jalan ga pake duit dia. *!*#@!*... (sensor: perbendaharaan kata makian saya keluar). Dan kita juga kan jalan bukan karena diajak-ajak atau dibujuk-bujuk sama kamu. Kita semua sepakat mau jalan bareng hari ini. Ngapain dia nulis ‘bawa-bawa karyawan kantor’.. lantas dia mau ngadu kita jalan bareng hari ini ke kampus kamu? Atas dasar apa? Dia bukan mentor kamu. Dia bukan pemimpin di kantor ini. Oh.. mau ngadu kita jalan-jalan dan kamu pake sepatu harga dua ratus ribu.. kok kenapa dia yang mesti jadi ribut. Emangnya ngerugiin dia ya?”

sepatu yang harga aslinya Rp.90.000 tapi Desi secara bercanda mengatakan harganya Rp.200.000 ketika orang yang mengirim pesan BB di atas mengomentari foto ini yang oleh Desi sempat dijadikan foto profil BB. Dessy membeli sepatu ini bersama kami bertiga jadi ada saksi tentang kebenaran harganya / these shoes are originally Rp.90.000 but Dessy jokingly said they are Rp.200.000 when that person commented this photo which Dessy once made as her BB profile photo. She bought them with the three of us so we can tell it is true.
“What’s his problem with us going out?” I blurted out “Today is our day off. Beside, we didn’t use his money. *!*#@!*... (censored; my cursing words). And we didn’t go out not because you asked or persuaded us. We all agreed to go out today. What on earth made him wrote ‘bringing two office employers’.. so he wanted to report us for going out today to your campus? He is not your mentor. He is not the chief in this office either. Oh.. wanted to report our outing and you wearing two hundreds thousand shoes.. hah why would it bother him. As if it has become a great loss for him”

Dengan hati panas saya mengirim tiga pesan berikut ini pada orang itu melalui whatsapp;

Deeply annoyed, I sent that person three whatsapp messages;

‘…. (nama panggilan orang itu), ini minta maaf banget2 ya, saya mau nanya, kenapa kok nulis komen gitu untuk foto profil Dessy di bb’

‘… (the name of that guy), with all do respect, I need to ask you why did you write such comment on Dessy’s profile photo’

‘Hari Selasa ini hari libur saya dan Dessy, jadi ga salah dong kalau kami pergi jalan-jalan. Toh kan ga tiap Selasa’

‘Dessy and I are off on Tuesday, so why there’s nothing wrong for us to go out. We don’t do that every Tuesday anyway’

‘Kalau anda keberatan, tolong nyatakan keberatan dengan jelas, jangan dengan komen kayak gitu dong, karena saya dan bu Martha jalan-jalan dengan Dessy hari ini atas kemauan kami, bukan karena Dessy ngajak-ngajak kami. Jadi kami keberatan dengan komen … tentang bawa-bawa dua karyawan … (nama kantor saya)’

‘If you have any objection on this, please give your objection with make sense reason, not by that kind of comment, because Mrs. Martha and I went out today under our own free will, not because Dessy took us with her. So we object your comment about taking two … (my office’s name) employees’

Sekitar satu jam kemudian barulah dia membalas dengan ‘Hahaha…… bercanda’.

About an hour later he replied with ‘Hahaha…… just joking’.

Tidak ada penjelasan. Tidak ada permintaan maaf.

No explanation. No apologise.

Dengan hati masih kesal, saya mengirimkan pesan balasan;

Still upset, I messaged him back;

‘Bercandanya jangan kayak gitu ah. Bisa bikin orang jadi emosi jiwa atau bikin jadi salah pengertian, kan ga enak kalau hubungan kerja/kekawanan jadi ga harmonis’

‘Don’t joke like that. It upset people or could create misunderstanding, it could make relationship in disharmony’

* * * * *

Beberapa hari kemudian dia datang ke kantor. Disalaminya saya. Disalaminya bu Martha. Permintaan maaf dan mengajak damai tanpa kata-kata ni yee..

Few days later he came to the office. He shook my hand. He shook Mrs. Martha’s hand. Wordless apology and looking for peace, eh..

Saya dan bu Martha bersikap fair, tapi tak pelak lagi citra diri orang itu di mata kami tidak lagi bisa sebersih dulu.

Mrs. Martha and I act fairly to him, but to us, his image has been stained.

Sampai sekarang pun saya masih menyesalkan kenapa dia harus berkomentar seperti itu untuk foto kami yang dijadikan foto profil Desi di blackberrynya.

foto ini yang dikomentari oleh orang itu (komennya dapat dilihat di atas) /
the photo that was commented by that person (comment can be seen above)
Up to this present day I still regret the way he commented our photo which Dessy put as her blackberry photo profile.

Saya tidak percaya sedikit pun semua itu cuma guyonan.

I don’t believe it is just a joke.

Karena disitu saya mengendus ada hal-hal tidak baik dalam hatinya tentang Desi.

Because I smelled something that is not nice which he kept in his heart about Dessy.

Beberapa bagian dari komen itu bisa saya kategorikan sebagai bullying.

I can even categorize some part in that comment as bullying.

Penindasan (bahasa InggrisBullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras,agamagenderseksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan. (Wikipedia)

Bullying is the use of force, threat, or coercion to abuseintimidate, or aggressively dominate others. The behavior is oftenly repeated and habitual. One essential prerequisite is the perception, by the bully or by others, of an imbalance of social or physical power. Behaviors used to assert such domination can include verbal harassment or threat, physical assault or coercion, and such acts may be directed repeatedly towards particular targets. Rationalizations for such behavior sometimes include differences of social class, race, religion, gender, sexual orientation, appearance, behavior, body language, personality, reputation, lineage, strength, size or ability.[1][2] If bullying is done by a group, it is called mobbing.[3] "Targets" of bullying are also sometimes referred to as "victims" of bullying.
Bullying can be defined in many different ways. The UK has no legal definition of bullying,[4] while some U.S. states have laws against it.[5] Bullying is divided into four basic types of abuse – emotional (sometimes called relational), verbalphysical, and cyber.[6] It typically involves subtle methods of coercion, such as intimidation.
Bullying ranges from simple one-on-one bullying to more complex bullying in which the bully may have one or more "lieutenants" who may seem to be willing to assist the primary bully in his or her bullying activities. Bullying in school and the workplace is also referred to as peer abuse.[7] Robert W. Fuller has analyzed bullying in the context of rankism. (Wikipedia)

Karena tidak mau memberikan penilaian yang salah, saya menunjukkan komen tersebut pada seorang ibu yang cukup dekat dengan saya dan yang saya percayai punya pemikiran yang adil dan terbuka.

Since I didn’t want to misjudge, I showed that comment to a lady who is close to me and whom I trust to have open and fair minds.

“Yang ini, ini.. dan ini juga harusnya tidak boleh” kata ibu itu menunjuk bagian tentang ‘pakai sepatu dua ratus ribu; lapor ke kampus Desi’ “Ini mah bukan bercanda namanya. Ini tidak bagus. Tidak etis”

“This one, this.. and also this are no-no” said the lady pointed at parts of that comment about ‘wearing two hundreds thousand shoes; reporting to Dessy’s campus’ “It is not a joke. This is not good. Unethical”

Boleh-boleh saja kita bercanda atau saling ledek tapi kalau isi hati kita bersih-bersih saja, candaan atau ledekan kita tentunya bunyinya akan berbeda.

It is okay to joke or tease but if we have a pure heart, it speaks out through our jokes or tease.

Saya menganggap komen itu sebagai bullying karena didalamnya ada bagian yang berbau mengancam atau mengintimidasi Desi.

To me that comment is a bullying because there are parts in it that smells like a threat or intimidating Dessy.

Dugaan kuat saya, orang itu tidak mengira komennya akan diketahui oleh saya dan ibu Martha (belakangan kami juga memberitahu Ninda dan suaminya. Ninda harus tahu karena dia ikut jalan dengan kami. Sementara suaminya juga harus tahu karena dia adalah mentor Desi) sehingga dia berpikir dia bisa mengatakan apa saja sebebas-bebasnya pada Desi yang mungkin dipikirnya cuma anak kecil, cuma mahasiswi magang di kantor..

I strongly thought that guy didn’t expect his comment to come to my and Mrs. Martha’s knowledge (we also informed Ninda and her husband. Ninda had to know about it because she came with us on that trip. While her husband should know about it too because he is Dessy’s mentor) so that guy though he could write anything to Dessy whom he considered just a kid, an intern in the office..

Ini bukan tulisan untuk mendiskreditkan seseorang. Saya menulis pengalaman ini supaya siapa pun bisa mengambil hikmahnya.

This is not to discredit anyone. I write this experience so you can learn from it.

Intimidasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Dapat menimpa pada siapa pun. Intimidasi dapat mengarah pada bullying. Jadi waspadailah.

Anyone can do intimidation. The victim can be anybody. Intimidation can lead to bullying. So be aware.

Saya bersyukur ibu Martha melihat reaksi di muka Desi setelah dia membaca komen itu. Kalau tidak demikian, ada kemungkinan Desi akan tutup mulut dan kami tidak akan tahu adanya pesan berbau intimidasi mengarah pada bullying.

I am grateful Mrs. Martha saw the change on Dessy’s face when she read that comment. If not, she probably would keep silent and we wouldn’t know about the smells of intimidating comment which led to bullying.

Kalau anda mendapat perlakuan atau menerima perkataan (lisan atau tertulis) yang tidak menyenangkan, berbau intimidasi, bersifat bullying.. saran saya, jangan diam saja. Ceritakan pada orang yang bisa anda percaya atau yang dekat dengan anda supaya anda tidak sendirian harus menghadapinya.

If you are being treated or received written or spoken words which is unpleasant, giving signs of intimidation or smells like bullying.. I suggest you not to remain silent. Tell somebody you trust or are close to about it so you don’t have to deal with it all by yourself.

Saya harap reaksi tegas saya pada orang itu bisa membuatnya tidak lagi mengirimkan komen yang tidak menyenangkan kepada Desi.

I hope my firm reaction to that guy makes him no longer make any unpleasant comment to Dessy.

Kalau tidak, atau kalau dia memilih memperpanjang masalah.. apa boleh buat, saya akan melaporkannya pada senior saya yang posisinya paling tinggi dan dengan demikian yang paling berwewenang di kantor saya ini.

If he doesn’t, or if he opts to go further with this case.. I have no choice than to report him to my senior who holds higher position in this office and therefore has all the authority.

No comments:

Post a Comment