Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, April 27, 2013

I Have A Dream


Semua orang punya impian. 

We all have our own dreams.

Gantungkan impianmu setinggi langit..

Dream big..

Impian saya datang ketika saya berusia 17 tahun.

I was 17 when that dream came to me.

Entah dari mana asal muasalnya, tiba-tiba saja muncul dalam pikiran saya, suatu hari nanti saya akan mendirikan sekolah untuk mereka yang datang dari golongan ekonomi lemah. Sekolah dengan fasilitas dan guru-guru terbaik. Sekolah yang tidak akan mengeluarkan murid yang tidak mampu membayar uang sekolah. Sekolah yang tidak mengharuskan calon murid untuk membayar jeti-jeti untuk bisa masuk.

I don’t know what inspired me, it just popped into my mind that one day I will have schools for needy children. Good quality school, well equipped in facilities and qualified teachers. School that will not expel children who cannot pay their school fees. School that will not burden children with high entrance fee.

Hampir 25 tahun telah lewat tapi setitik pun belum ada yang terwujud.

25 years have passed and there is no one tiny sign to indicate that it will come to pass.

Dua puluh lima tahun..

Twenty five years..

Banyak hal terjadi dalam kurun waktu 25 tahun. Pahit manis. Naik turun. Kemajuan kemunduran. Saya telah banyak berubah. Menjadi lebih kokoh dan lebih pahit. Menjadi lebih bijak dan lebih sinis. Menjadi lebih luwes dan lebih skeptis.

Many things have happened in the past 25 years. Sweet and bitter. Ups and downs. Moving forward and set backs. I have changed. Stronger and bitter. Wiser and cynical. Flexible and skeptical.

Tapi apa pun yang telah terjadi, seperti apa pun keadaan pribadi saya sekarang ini, satu hal tetap tidak berubah.. satu hal tetap berdiam dalam hati saya.. impian itu menolak untuk pergi dan menolak untuk dilepaskan.

But whatever happens, whatever personality I may have now, one thing remain the same and it stays in my heart. That dream refuses to go away and insist to stay.

Ketika semua orang mengatakan impian itu terlalu besar, saat mereka mengatakan saya hanya berkhayal, bahkan pada waktu akal logika saya menyangkalinya.. impian itu bertahan.

When people say the dream is way too big, when they said I was delusional, even when my own logic said against it.. that dream stays.

Pada 10 tahun terakhir ini saya akhirnya menjadikan impian itu sebagai jangkar. Ketika segalanya terlihat begitu gelap, impian itu bersinar. Saat saya merasa kesulitan seperti akan menenggelamkan saya, impian itu menjaga saya untuk bisa tetap mengapung.

In the past 10 years I have even made it an anchor. When everything looked so dark, the dream shone brightly. When I had trouble keeping my head above the water, the dream kept me from drowning.

Perkaranya adalah saya tidak mau mewujudkan impian itu sendiri. Saya akan mewujudkannya dengan didampingi dan ditopang oleh orang tua saya. Karena itu saya meyakini bahwa orang tua saya akan tetap hidup untuk melihat semua impian saya terwujud nyata.

The thing is I don’t want to see it come to pass without my parents at my side. They have been supporting me all this time. I have this believe that my parents will be alive to see the dream come into reality.

Tapi ketika melihat ibu saya mendapat serangan demi serangan berat yang membuatnya dua kali di rawat di rumah sakit hanya berselang waktu 2 minggu saja sampai terlihat seakan umurnya sudah sampai disitu saja, … untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 25 tahun ini, saya bertanya-tanya apakah impian itu hanyalah impian di siang hari bolong.

But then came the time when my mother’s condition was so critical that she had to be hospitalized twice in just 2 weeks apart. It looked like she would not make it,.. for the first time in 25 years, I asked myself if the dream was just an empty dream.

Kemudian kondisi kesehatan saya mengalami gangguan selama 8 bulan dan menjadi parah pada hari Selasa, 16 April lalu.

I had my own set back for 8 months when my health deteriorated. It reached its top worst moment on Tuesday, 16th April.

Pada waktu itu runtuhlah pertahanan terakhir saya.

I lost my last faith.

Mungkin saya menipu diri sendiri, demikian pikir saya pada waktu itu, bagaimana saya bisa mewujudkan impian itu tanpa kehadiran ibu saya? Bagaimana saya masih berani berharap impian itu bisa terwujud ketika badan saya sendiri didera dengan penyakit?

Maybe I fooled myself, I thought at that time, how could I make my dream came into reality without my mother by my side? How could I even hope it would come to pass with my own health problem?

Ketika saya dalam segala keputusasaan dan kepedihan memutuskan untuk melepaskan impian itu… justru pada waktu itu ibu saya menjadi sembuh dan begitu pula saya. Aneh..

And when in my desperation and devastation I let go that dream, strangely my mother and myself were healed.

Dan impian itu kembali mendatangi saya. Dia telah mendampingi saya selama 25 tahun ini. Dia datang lagi bagaikan seorang sahabat lama yang setia berjalan bersama saya selama 25 tahun ini tanpa terlihat oleh orang lain kecuali oleh mereka yang sangat dekat dengan saya.

The dream returned. It has been with me all this time. It returned like a long time friend who has faithfully walked with me, invisible to many but to those closest to me.

Dia menggenggam tangan saya seperti ingin menyampaikan pesan kepada saya untuk tidak menyerah, untuk tidak takut dan untuk tidak melepaskan harapan.

It hold my hand like wanting to pass me a message, don’t give up, don’t be afraid and don’t loose hope.

Saya tidak tahu bagaimana semua impian saya akan terwujud karena ini membutuhkan dana yang besar. Dan saya mempertahankan keyakinan untuk menyediakan sendiri dana itu. Saya tidak mau meminta-minta kesana kesini karena saya tidak mau dikemudian hari akan ada omongan bahwa kalau bukan karena dana dari bapak ini atau ibu itu atau yayasan ini atau organisasi itu maka impian saya tidak akan pernah terwujud. Saya tidak mau ada pihak yang merasa dirinya berjasa. Saya tidak mau mereka nantinya merasa dapat mendikte impian saya.

I don’t know how the dream will come to pass because it needs lots of money. I keep the believe I will provide the source of financing. I don’t want to go around asking for donation because I don’t want to hear anyone says that I wouldn’t able to make my dream come into reality without the help of that man or this woman or that foundation or this organization. I don’t want there shall be people who think they have play huge part in bringing my dream into reality. I don’t want them to feel justified to control my dream.

Di dalam diri saya masih tersisa banyak ketulusan dan kemurnian sehingga saya meyakini saya bisa mengontrol impian saya untuk tetap berjalan sesuai dengan tujuan awalnya.

There are still many sincerity and innocence left in me so I believe I can control my dream to stick on its original purposes.

Tapi bila impian ini diwujudkan oleh karena bantuan dana dari pihak-pihak luar, saya tidak yakin impian saya bisa tetap berjalan dengan segala ketulusan dan kemurniannya. Pihak luar yang merasa telah memberikan kontribusi bisa saja memiliki tujuan atau keinginannya sendiri dan merasa berhak untuk menentukan, mengatur atau mengendalikan impian saya. 

I am not so sure it would go that way if there should be people who due to the feeling of  having their shares and contribution on bringing my dream into reality making them want to turn my dream go according to their will and control.

Saya tidak mau hal itu terjadi.

I don’t want it to happen like that.

Selama 25 tahun saya telah berupaya tapi rejeki belum sepenuhnya terbuka. Tapi saya yakin keadaan ini akan berubah. Pasti akan ada jalannya.

I have had my effort for 25 years but the way to prosperity has not opened widely. I am sure present condition and situation will change. There will be way to make this happen.

Setiap manusia memiliki impiannya. Ada yang terwujud dalam jangka waktu singkat, ada yang harus menunggu bertahun-tahun. Ada yang terwujud tanpa memerlukan banyak usaha, ada yang harus melalui banyak tantangan. Ada yang menyongsong impian itu dengan banyak harapan, ada yang menjadi putus asa oleh karena hal-hal tertentu.

Everybody has their own dream. Some happen in short time, others have to wait years before it really come true. Some have it with less effort while others have to go through many challenges. Some embrace it with optimism and there are others who left in desperation.

Jangan pernah melepaskan impianmu betapapun banyak tantangannya, tidak perduli bahkan ketika seluruh dunia mengatakan hal itu tidak masuk akal, ketika tahun demi tahun lewat tanpa ada setitik tanda akan terbuka jalan untuk mewujudkan impian itu..

Never let go your dream no matter there are many challenges, not even when the whole world say it is impossible, never give up even when years pass by without any sign that the road is finally open for you to bring it into reality.

Karena tantangan dan waktu yang terlewati sebetulnya adalah masa persiapan.

Challenges and the period time of waiting are actually prepare you for whatever dream you have.

No comments:

Post a Comment