Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, May 28, 2012

Kanak-Kanak / A Child

“Bu Keke ulang tahun kok ngasih kayak gini sih?” bu Martha menceritakan komentar Niko soal bingkisan yang saya berikan padanya hari Sabtu (19/5) “Ini kan buat anak TK. Bu Keke kan udah ibu-ibu, masa sih ngasih beginian”.

Ngakaklah saya mendengarnya.

“Sok tua tu anak” kata saya geli.

“Emang” bu Martha nyengir “Sepanjang jalan pulang dibahas tuh”.

Kami berdua pun tertawa. Niko… Niko…, cucu bu Martha yang pernah menjadi murid saya selama setahun di TK A tahun 2010-2011 dan sejak 2 bulan lalu menjadi murid les saya memang lucu, kritis dan sok tua.

Sebetulnya yang surprise dengan bingkisan itu memang bukan Niko saja. Hari Jumat (18/5) ketika saya mengeluarkannya dari dalam kantong plastik besar, surprise terlihat jelas diwajah anak-anak dan juga emak-emaknya. Tidak ada yang menyangka soalnya. Hehe.

Padahal menurut pendapat saya, ulang tahun yang dirayakan dengan mengundang anak-anak tentulah harus mengikuti gaya mereka sekalipun yang berulangtahun itu umurnya 41 tahun. Hehe.

“Bu Keke kayak anak kecil” Martha mengutip perkataan Niko. Hehe. Saya sudah sering mendengarnya dan sama sekali tidak menjadi tersinggung karenanya.

Karena ‘kayak anak kecil’ disini berarti saya memiliki ketulusan hati dan kepolosan seorang anak kecil. Itu kan hal yang baik.

Jadi bukan berarti saya ‘kekanak-kanakan’ dalam artian seorang yang gampang marah, ngambek, tersinggung, pendendam, tidak mau mengalah, mau menang dan mau benar sendiri.

Kita semua seperti itu sewaktu kita masih kanak-kanak, remaja dan bahkan saat sudah mencapai umur 20an. Tapi kemudian perjalanan hidup mengikis sebagian besar atau mungkin malah membuang seluruh sifat-sifat kekanak-kanakan itu sehingga kita bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, lebih matang, lebih dewasa dan tentunya lebih disukai orang.

Tapi tanpa kita sadari bagian dari kepolosan dan ketulusan seorang kanak-kanak ikut terkikis atau malah terbuang seluruhnya.

Saya telah menjadi orang dewasa sepenuhnya sekarang dan saya lebih banyak bergerak dalam dunia orang dewasa setelah saya berhenti bekerja sebagai guru TK.

Sejak itu pula saya menyadari bahwa ternyata memerlukan perjuangan untuk tetap mempertahankan sisi kepolosan dan ketulusan seorang kanak-kanak dalam diri saya.

Mengapa demikian?

Karena dunia orang dewasa adalah dunia yang dipenuhi dengan rupa-rupa kekhawatiran, ketakutan, kecurigaan, keinginan, ketidakpastian, ambisi, ketidakpuasan, kecemburuan, iri, kemunafikan, ketidakjujuran, materialisme, kehausan untuk dipuji, diakui, disanjung dan dihormati.

Ketika kita hidup dan bernafas dalam aura yang dipancarkan oleh orang-orang dewasa disekitar kita, kita bisa tertular, terbawa, terseret dan tenggelam didalamnya. Ini yang membuat saya menyadari ternyata memerlukan perjuangan untuk mempertahankan sisi kepolosan dan ketulusan seorang kanak-kanak yang ada dalam diri saya.

Menjadi diri sendiri memang tidak mudah. Orang ingin supaya kita menjadi seperti mereka. Kadang kita sendiri yang ingin menjadi seperti mereka.

Diantara sekian banyak orang dewasa yang mengitari saya, ada yang memang saya tiru karena mereka memiliki sifat-sifat yang baik. Tapi tidak sedikit yang berupaya (dengan sengaja atau tidak) untuk mempengaruhi saya supaya saya berpikir, berpandangan dan bahkan bersifat seperti mereka.

Tapi saya bersikukuh mempertahankan kepolosan dan keluguan kanak-kanak dalam diri saya karena keduanya menolong saya :

1.  untuk bisa lebih sabar menghadapi hidup dan manusia;
2.  untuk membebaskan diri dari rasa cemas, iri, curiga, marah,       
     dendam;
3.  membuat saya tidak memperumit suatu keadaan atau persoalan;
4.  terhindar dari sakit kepala, stress, maag, tekanan darah tinggi;
5.  untuk tetap awet muda, bo!
6.  dan pastinya orang-orang jadi senang bergaul dengan saya dong.

Hehe.
__________________________________________________

“Why is it Miss Keke gave goodie bag like this one?” Mrs. Martha told me what her grandson, Nico, told her on Saturday, May 19th, after I gave him my birthday goodie bag that contains of kids’ snack and milk “Miss Keke is a big girl. A goodie bag like this only given by a kindergarten kid”.


I bursted into laugh.

“So he thinks he’s a big boy, eh?”

“Tell me about it” Martha grinned “He talked about it endlessly on our way home”

We both laughed. Nico was my student back then in 2010 to 2011 and I’ve been tutoring him in the past 2 months. He is a funny little boy who is critical and thinks as if he were older already.

Actually Nico was not the only one whom I surprised with the goodie bag. The kids and their moms were clearly surprised when I took the goodie bags out of the big plastic bag. They certainly did not expect it.

In my opinion, if you invite kids to your birthday party you should insert something that usually hold in a kid’s birthday party and goodie bag is what usually given to kids before they go home. So I don’t care if it was my 41st birthday party or not, I must give goodie bags to my little guests.

“Miss Keke is just like a kid” Martha recalled what Nico said. Lol. I have heard it often and never feel offended.

‘Just like a kid’ means I have a kid’s sincerity and innocence. Now those are good qualities.

So ‘Just like a kid’ does not mean I am childish, emotionally, moody, shallow minded, ego centered, short tempered person.

We were like that when we were a kid, a teenager or even in our 20-s but life shapes us, as it also get rids some or all of those childishness off our characters and personalities. Turning us into matured, wiser, better and likeable people.

But have we realized our kids’ sincerity and innocence can also be gone?

I have grown into a grown-ups and I am surrounding mostly by grown-ups after I resign my job as kindergarten teacher. It is when I realize how uneasy it is to keep my kids’ sincerity and innocence side in me.

Why do I feel like that?

It is because the world of the grown-ups is filled with so many worries, fears, suspicion, ambition, uncertainties, jealousy, selfishness, hypocrisy, dishonesty, materialism, desire to be praised, adored and exhaulted.

When we live and breathe in those kind of auras, we can imitate and adapt them. It is why I then realize how uneasy it is to keep my kids’ sincerity and innocence side in me.

It is not easy to become ourselves. People want us to be like them. Sometimes we are the one who want to be like them.

Of all the people I met there are some whom I imitate but it is because they have positive characters and personalities. But there are others who, whether they do it on purpose or not, want to influence me and turn me like them.

But I keep my kids’ sincerity and innocence side in me because they both help me :

1.   to be patience toward life and people;
2.   to free myself from worries, jealousy, suspicion, anger,   
      hatred;
3.   to not complicated problems or situations;
4.   to avoid headache, stress, gastric problem, high blood 
      pressure;
5.   to stay young!
6.   and I am surely a likeable person to be with

Lol.

No comments:

Post a Comment