Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, February 17, 2016

Lost and Found


Kira-kira dua minggu sebelum saya berangkat ke Malang, ada satu benda yang sempat bikin saya pusing tujuh keliling mencarinya.

About two weeks before I left to Malang there was one item which really gave me a headache looking for it.

Saya mencarinya kemana-mana tapi tidak berhasil menemukannya.

I looked everywhere but couldn’t find it.

Saya memeras otak mencoba mengingat dimana saya menyimpannya tapi saya tidak bisa mengingatnya.


I pressed my memory tring to remember where did I put it but I couldn’t remember it.

Arrrrggghhh..

Sementara itu waktu berjalan dan waktu keberangkatan saya ke Malang pun semakin dekat.

In the meantime the clock was ticking and my departing time for Malang was getting nearer.

Wah gimana dong? Apa saya harus berangkat ke Malang tanpa membawa benda itu atau saya beli saja yang baru?

What’s gonna be? Should I go to Malang without it or I just bought a new one?

Saya penasaran tapi yah, apa boleh buat. Tidak mungkin saya pergi tanpa membawa benda itu. Jadi terpaksalah harus beli yang baru.

I was curious but well, what option did I have? I couldn’t leave without it. It seemed I gotta buy a new one.

*  *  *  *  *

Empat hari sebelum berangkat, saya sedang memasukkan pakaian ke lemari dan tiba-tiba saja ujung jari saya menyentuh sesuatu di sudut lemari. Apa ini ya? Saya tarik benda itu dan…

Four days before the departure date, I was putting some clothes to my closed and suddenly my finger touched something in the corner. What’s it? I pulled it and..

Whatta!

Itu dia benda yang selama hampir dua minggu saya cari-cari!

That’s the thing I have been looking for almost two weeks!

Lega dan senangnya seperti menemukan segenggam berlian.

The relief and happiness could be pictured as finding a handful of diamond.

*  *  *  *  *

Pengalaman saya itu mengingatkan saya pada perumpamaan tentang dirham yang hilang.

My experience reminds me to a parable of the lost coin.

“Perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu diantaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?”
“What woman, having ten silver coins, if she loses one coin, does not light a lamp, sweep the house, and search carefully until she finds it?”

“Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan”

“And when she has found it, she calls her friends and neighbors together, saying, ‘Rejoice with me, for I have found the piece which I lost”

(Lukas 15: 8-9)

(Luke 15: 8-9)

*  *  *  *  *

Menjelang akhir tahun 2015, Yesus datang kepada saya.

Approaching the end of 2015, Jesus came to me.

Saya telah meninggalkanNya, mengusirNya, telah memutuskan untuk menjadi seorang atheis.

I have left Him, I have told Him to get lost, I have decided to become an atheist.

Sesuatu terjadi dalam hidup saya yang membuat saya menjadi demikian tawar hati dan merasa tidak sanggup lagi untuk hidup mengikutiNya.

Something happened in my life that turned me cold and felt I just couldn’t follow Him anymore.

Apakah Yesus menghajar saya dengan pentungan atau melempari saya dengan batu atau memalingkan mukaNya dari saya atau menurunkan tulah dari langit?

Did Jesus smack me with rod or stone me or turned His face away from me or had plague from the sky?

Tidak.

No.

Yang dilakukanNya adalah Dia tidak pernah meninggalkan saya karena Dia mengetahui bahwa pemberontakan saya hanyalah karena saya bingung, takut, kecewa, sedih, marah.. Dia melihat isi hati saya yang sebenarnya.

What He did is He never left me because He knew my rebelation was because I was confused, scared, disappointed, sad and angry. He saw what was really in my heart.

Satu peristiwa ajaib terjadi di malam menjelang akhir tahun 2015 dan itu membuat saya bertobat.

A supernatural thing happened at one night as 2015 was drawn to an end and it made me repent.

Setelah itu saya memutuskan untuk mulai membenahi hidup saya dan menutup masa lalu.

After that I decided to rearrange my life and closed the door to the past.

Pertobatan yang hanya diketahui segelintir kecil orang terdekat.

The repentance only known by a very few closest people.

Saya memilih untuk diam karena buat apa juga digembar-gemborin. Lagi pula selama sekitar tiga bulan pertama, saya berjuang melawan begitu banyak roh kegelapan yang rupanya tidak mau melepaskan saya begitu saja dan juga begitu banyak hal yang harus saya benahi serta harus dipulihkan.

I chose to keep it a hush hush because what is the point to show it to all. Beside, I had to fight so many evil spirits in the first three months, they obviously didn’t want to let me go that easy and there were so many things I had to rearrange, to restore.

Orang-orang yang tidak mengetahui kalau saya sudah kembali pada Tuhan (karena mereka tidak melihat proses pertobatan itu, mereka tidak melihat bahwa sebetulnya saya sudah beberapa kali menyelinap masuk ke ruang ibadah untuk mendengarkan khotbah di kebaktian hari Minggu dan mereka tidak melihat bahwa ada lebih dari satu orang mendatangi saya minta supaya saya mendoakan mereka), mereka mengira saya masih terhilang.

People who don’t know that I have returned to God (because they don’t see that repentance process, they don’t see that I have sneaked into the chapel to hear the Sunday service preach  and they don’t see that there are more than one person came to me asking me to pray for them), they thought I was still lost.

Sangat menarik untuk melihat reaksi orang-orang itu ketika mereka menghubungkan kesalahan yang saya perbuat dengan keterhilangan saya.

It is very interesting to see how those people react when they connect my wrong doing with me being lost.

Menarik untuk melihat bagaimana mereka mengecam saya karena mengira saya masih terhilang.

It is interesting to see how they condemn me because they think I am still lost.

*  *  *  *  *

Orang tua saya melewatkan waktu selama dua tahun mendoakan saya dengan lebih intens.

My parents spent two years praying intensely for me.

Mereka mengetahui saya sedang melalui masa kritis dan mereka tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi saya.

They knew I was going through critical time and they didn’t know how to handle me anymore.

Hal itu masih ditambahkan dengan fakta bahwa selama hampir setengah tahun saya berhubungan dengan seorang lelaki yang membuat saya semakin menjauh dengan orang tua saya. Saat itu kalau dia meminta saya untuk menikah dengannya dan meninggalkan orang tua saya kalau mereka tidak menyetujui pernikahan kami, saya pasti akan melakukan apa yang dimintanya.

Adding to it, I have had a relationship with a man for almost six months which brought me farther from my parents. At that time if he asked me to marry him and left my parents if they disapproved our marriage, I would definitely do what he asked me.

Orang tua saya tidak mengetahui tentang hubungan ini dan tidak mengetahui sampai sejauh mana hubungan itu telah berjalan tapi mereka sudah mendapat firasat. Mereka demikian cemas dan takut. Mencemaskan keadaan saya dan takut saya akan semakin terhilang.

My parents didn’t know about this relationship and how far it has gone but they got a hunch about it. They became so worry and scared. Worried about me and feared I would go farther and farther.

Mereka tidak bisa mengurung saya karena saya bukan anak kecil. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena takut salah bertindak karena resikonya adalah mereka bisa kehilangan saya sepenuhnya.

They couldn’t lock me because I am not a kid. They couldn’t do a thing for fearing they would do something unwise that it would make them lose me forever, it was the ever present risk.

Jadi mereka mulai mendoakan saya sepanjang waktu. Tanpa henti sekalipun bulan demi bulan lewat tanpa ada tanda-tanda baik.
So they started to pray for me all the time. They didn’t stop though months passed without any good sign.

Lalu mendekati akhir tahun lalu, saya mulai merasa terganggu dengan beberapa hal yang terjadi dalam hubungan saya dengan laki-laki itu.

Finally as the year was getting to its end, I started to feel uneasy about some things in my relationship with that man.

Saya berusaha untuk mencari jalan untuk mengatasinya tapi laki-laki itu tidak meresponinya.

I tried to solve it but that man didn’t respond it.

Saya menunggu tapi dia tidak berbuat apa-apa sehingga akhirnya saya mengambil keputusan; saya memutuskan hubungan kami.

I waited but he did nothing so finally I made a decision; I broke up with him.

Saya sedih luar biasa tapi saya tahu saya telah melakukan hal yang benar.

It broke me so bad but I knew I have done the right thing.

Akhir tahun 2015 menandai kembalinya saya pada Tuhan, kasih saya dengan orang tua saya dipulihkan dan hubungan saya dengan lelaki itu pun sudah saya akhiri.

The end of 2015 marked my return to God, the love between me with my parents was restored and I have ended my relationship with that man.

Tapi masih banyak kejutan yang menanti di tahun 2016..

But there are many surprises await me in 2016.

*  *  *  *  *

“Keke” Andre tersenyum menatap saya yang kaget setengah mati karena tidak menduga akan bertemu dengannya.

“Keke” Andre smiled as he looked at me who was so surprised as I didn’t expect to meet him.

Kami bertegur sapa. Saling menanyakan kabar.

We greeted each other. Asking the news from other’s side.

Saya merasa agak canggung.

I felt a bit ackward.

“Tunggu, jangan pergi” Andre memegang lengan saya “Keke, please, saya ingin melihatmu”

“Wait, don’t go” Andre held my arm “Keke, please, I want to see you”

Kami berada di rumah kawannya yang mengundang saya makan malam tapi tidak memberitahu saya kalau diam-diam dia menghubunginya, memintanya untuk datang juga.

We were at his friend’s house who invited me to dinner but unknown to me has secretly called him, asked him to come.

“Aku baca tulisan-tulisanmu di blog” dia tersenyum “Look, aku tahu kita sudah pisah dan kamu tidak mau lagi bersama denganku tapi kalau kamu membutuhkan seorang teman.. yah, kamu.. bisakah kita ngobrol sebagai teman?”

“I read your blogs” he smiled “Look, I know we are no longer together and you don’t want to be with me anymore but if you need a friend.. well, you.. could we talk as friends?”

Saya tidak bisa bersuara karena merasa hati saya penuh dengan rasa haru.

I couldn’t say a thing as my heart filled with tears.

Saya memalingkan muka karena tidak mau dia melihat air mata saya.

I turned my head away because I didn’t want him to see my tears.

“Ada apa?” Andre meletakkan tangannya dengan hati-hati ke pipi saya “Keke..” tangannya merasakan air mata saya.

“What is it?” Andre carefully put his hand on my cheek “Keke..” he felt my tears.

“Saya telah membuat banyak kesalahan dalam hidup saya” aduh, saya tidak bisa menahan air mata “Saya mengkhianati cinta kita, saya lari tinggalin kamu.. maafkan..” saat itu rasanya kata maaf tidak cukup untuk menghapus segala kepedihan yang saya berikan padanya.

“I have done many mistakes in my life” gosh, I couldn’t hold my tears. “I betrayed our love, I left you.. I’m sorry..” at that time sorry seemed wasn’t enough to wipe all the pain I have given him.

Dia memeluk saya erat dan mencium saya.

He hug me tightly and kissed me.

“Cuma orang bodoh yang menganggap dirinya tidak pernah berbuat salah” katanya lembut.

“Only a fool thinks he never done wrong” he said tenderly.

Kami melewatkan malam itu dengan berpelukan sambil bicara panjang lebar. Syukurlah teman-teman kami punya pengertian sehingga tidak seorang pun yang mengganggu dan dengan demikian memberikan kami privasi.

We spent the night talking while hugging each other. Thanfully our friends showed their understanding so that none bothered us and it gave us some privacy.

“Tuhan memaafkanmu, orang tuamu memaafkanmu dan aku juga memaafkanmu” Andre mencium saya “Sudahlah, jangan dipikirkan lagi semua yang ada di masa lalu. Kita mulai lagi dengan awal yang baru”


“God forgave you, your parents forgave you and I forgive you too” he kissed me “Let go, don’t think about the past. Let’s have a new start”

*  *  *  *  *

Saya pernah terhilang dan kembali ditemukan.

I was once lost and found.

Memerlukan waktu penantian yang panjang, menuntut kesabaran tanpa batas, meminta iman dan doa tanpa henti sebelum akhirnya anak yang hilang itu kembali.

It took a long wait, needed unlimited patience, required continuous faith and prayer before the lost child returned.

Saya kembali dalam keadaan emosi, fisik dan mental yang tidak stabil. Dihitung-hitung memerlukan waktu sekitar empat bulan untuk memulihkan diri.

I returned with unstable emotion, physical and mental. It took about four months to recover.

Kasih yang demikian besar dan murni dari Tuhan, orang tua, Andre dan beberapa sahabat terdekat menjadi kekuatan, obat dan dorongan semangat yang mempercepat pemulihan saya.

The tremendous and sincere love from God, parents, Andre and few closest bestfriends have become the strength, medicine and support to make the recovery goes faster.


No comments:

Post a Comment