Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, February 24, 2016

All Aboard! (Departure story)


Nah, cerita perjalanan saya ke Malang masih berlanjut disini.

So, my Malang trip continues in this post.

Catatan tentang segala krintilan persiapan sebelum berangkat bisa dibaca dipostingan saya sebelumnya (Planning a Trip, di posting tanggal 22 Februari 2016).

My scribble about all the tit and tat of the prep I made before I went on this trip can be read in my previous post (Planning a trip, posted on 22 February 2016).

Berhubung ceritanya panjang maka saya pecah dalam beberapa postingan. Planning a Trip bercerita tentang hal-hal sebelum saya berangkat, All Aboard bercerita tentang perjalanan saya pp Malang-Bogor.

Since it is a long story I note it in few posts. Planning a Trip tells about the stuff I did before I left, All Aboard tells about my Malang-Bogor round trip.

Catatan selama saya berada di Batu, Malang, menyusul ya. Semua masih berbentuk draft di dalam kepala saya dan belum berjudul.

The story about my stay in Batu, Malang, will be posted later. For time being it’s all still a draft inside my mind and has no title.

*  *  *  *  *

Misi: Mengunjungi Dessy

Mission: Visiting Dessy

Tujuan: Malang

Destination: Malang

Alat transportasi: KA ekonomi Majapahit

Transportation mode: Majapahit economy train

Waktu keberangkatan: 18.30 WIB

Departure time: 6.30 pm

Asal keberangkatan: Stasiun kereta api Pasar Senen, Jakarta.

Departing from: Pasar Senen train station, Jakarta.

Perkiraan sampai stasiun Malang: 09.55 WIB (itung aja sendiri berapa jam saya nangkring di dalam kereta ini).

ETA Malang train station: 09.55 am (calculate it yourself how long did I was on board this train).

*  *  *  *  *

“Serius lu mau ke Malang sendiri?” tanya seorang teman saya.

“Are you serious about going to Malang all by yourself?” asked a friend.

“Iya” jawab saya.

“Yes” was my answered.

“Ke, mau ke Malang?’ tanya rekan saya “Sama siapa?”

“Keke, you are going to Malang?” asked a colleague “Who will go with you?”

“Sendiri, bu” jawab saya kalem.

“By myself, ma’am” I calmly answered her.

“Saya temenin kamu ya?” Andre menatap saya ketika dia mengetahui saya bakal pergi sendiri.

“I will come along with you, ok?” Andre looked at me when he knew I would go on my own on this trip.

“Ah, ga usah!” tolak saya tegas.

“No way!” I declined firmly.

Orang-orang yang mengetahui saya akan pergi sendiri rata-rata reaksinya tidak percaya, menganggap saya nekad, gila, kurang kerjaan atau mencemaskan saya.

People who knew I would go alone gave reactions either disbelief, thinking I was daring, mad, had nothing to do or worried about me.

Bagaimana dengan orang tua saya? Ya, mereka tahu saya akan ke Malang tapi mereka tidak tahu saya akan pergi sendiri.

How about my parents? Yes, they knew about my trip to Malang but they didn’t know I went there all by myself.

Kalau mengikuti mau orang tua saya, hmm.. maunya mereka sih saya jadi anak manis, kerja dari pagi sampai sore, setelah itu pulang ke rumah dan ga keluyuran kemana-mana, menikah, berkeluarga..

My parents wishes are like, hmm.. they want me to be a sweet kid, go to work from morning to afternoon, going back home after that and not going anywhere, get married, raised a family..

Nah, saya sama sekali tidak berminat untuk hidup seperti itu. Saya selalu penuh dengan keinginan, impian, cita-cita, pemberontakan dan kontroversi.

Now I have no desire to live that kind of life. I always have many wishes, dreams, hopes, rebelation and controversy.

Jadi saya pun menempuh perjalanan pulang pergi yang demikian jauh dengan didorong oleh keinginan untuk bertemu dengan seorang teman, sahabat dan adik yang sudah tujuh bulan tidak bertemu dengan saya sejak kami berpisah di Ambon.

So I took the very far round trip, moved by the desire to meet a friend, bestfriend and sister whom I haven’t met for seven months since we bid our farewell in Ambon.

Saya pergi dengan iman, berkeyakinan teguh bahwa sekalipun secara fisik kelihatannya saya sendiri tapi Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan yang memegang nyawa setiap mahluk hidup menyertai saya. Jadi apa yang perlu saya takutkan dan cemaskan?

I left with faith, firmly believed that though I was alone physically but God who created the sky, earth and holds the lives of every living creature is with me. So what was it that I needed to fear and worry?

Saya pergi meninggalkan tembok-tembok yang memenjarakan saya, saya keluar sejenak dari tanggung jawab yang membuat saya harus menjalani kehidupan yang tidak saya inginkan, saya terbebas dari segala kepalsuan yang memuakkan dan menyesakkan jiwa.

I left the walls that imprisoned me, I was for a moment free of responsibility that make me have to live the life that against my wish, I was free of the sickening fakeness that suffocates the soul.

*  *  *  *  *

Berhubung ini adalah petualangan maka saya bersikukuh saya harus menjalaninya sendiri jadi dari awal saya berangkat sendiri ke stasiun Pasar Senen.

Since this was an adventure, I insisted I had to do it all by myself so I left alone to Pasar Senen train station.

Kalau mau ke stasiun Pasar Senen, naiklah kereta jurusan ke Jatinegara tapi jangan turun disana. Turunlah di stasiun Gang Sentiong lalu menyeberang dan ambil kereta jurusan berlawanan karena hanya kereta dari arah Jatinegara yang berhenti di stasiun Pasar Senen.


If you want to go to Pasar Senen train station, take the train to Jatinegara but don’t get off there. Get off at Gang Sentiong train station and take the train from the opposite direction because only train from Jatinegara stops in Pasar Senen train station.

Saya menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk sampai di Pasar Senen karena lalu lintas yang macet dan harus menunggu lama sekali karena keretanya tidak datang-datang.

I spent almost three hours to get to Pasar Senen train station because of the traffic and to have to wait so long for the train to come.

*  *  *  *  *

Saya sampai di stasiun kereta api Pasar Senen jam 6 sore!

I got at Pasar Senen train station at 6 pm!

Doh, saya sudah senewen setengah mati. Keretanya berangkat jam 6.30 dan saya baru sampe setengah jam sebelumnya! Mana saya masih harus ngeprint tiket.. alamak, tempat ngeprintnya aja gue kagak tau ada dimana..

Goodness, I was freakingly nervous. The train left at 6.30 pm and I have got only half hour left. I haven’t printed my ticket.. damn it, I didn’t even know where the place to print it..

“Bapaakk!” seru saya pada petugas PJKA di depan pintu keluar, sambil menunjukkan struk pembayaran tiket “Dimana saya bisa print tiket?”

“Sir!” I exclaimed to a railway officer infront of exit gate as I showed him my ticket payment receipt “Where can I get my ticket printed?”

“CTM ada di dekat Indomaret” jawabnya.

“CTM is near Indomaret convenient store” was his replied.

Nah, apa pula itu CTM? Dan ada dibelahan dunia manakah lokasi Indomaret? Aduh, lagi super duper senewen gini, ketemu pula sama orang yang irit banget kasih keterangan..

What the hell CTM stands for? And in what part of universe is this Indomaret located? Geez, I was freakingly nervous and I met somebody who gave out less information.

Ternyata CTM itu adalah Cetak Tiket Mandiri.. cetak tiket anda sendiri.

CTM stands for Self-Print Ticket.. print your own ticket.

Nah, buat kalian yang biasanya pergi keluar kota atau keluar negeri naik pesawat dan kagak pernah naik kereta api kayak saya, cara tukarin tiketnya beda.

So, to those who usually go abroad or out of town by plane and never take the train like me, it is a different way to get the ticket.

Di bandara saat check-in, kita pergi ke konter dan menyerahkan kertas print-out bookingan tiket kita dan KTP ke petugas disitu. Petugas yang akan kroscek, masukin data-data yang dibutuhin dan ngeprint tiket kita. Asyik kan.. ga pake repot, ga usah bingung atau panik karena kagak ngerti atau kalau mesinnya ngadat.

At the airport when we do the check-in, we go to the counter and hand out our ticket receipt and ID card to the officer incharge there. The officer will do the crosschecking, input the needed data and print our ticket. Isn’t it nice.. don’t give us any trouble, not confusing or panicking us for not understand how to do it or when the machine is down.

Di stasiun kereta api yang melayani jalur ke luar kota seperti Pasar Senen, ada mesin seukuran ATM. Ada layar dan keyboardnya. Layarnya layar sentuh. Nah, dilayar dapat anda lihat ada tulisan kode booking dan kotak kosong disampingnya.

In train station that operates inter-town service as Pasar Senen, they have like an ATM machine. There is a monitor and keyboard on it. It is touch screen. On the monitor screen you can see booking code and a blank box next to it.

Lihat struk pembayaran tiket anda, cari tulisan kode booking di struk itu dan ketikkan kode (terdiri dari huruf dan angka) yang tertulis di samping tulisan kode booking pada struk pembayaran tiket tersebut.

Look at your ticket receipt, find booking code on it and type that code (consists of letters and numbers) that is written next to it.

Begitu kode booking sudah diketik, tekan kotak bertulis Cari/Search di layar monitor dan secara otomatis dan mesin di dekat keyboard akan mengeprint tiket anda. Sesudahnya tinggal tiket itu tinggal kita cabut, pelan-pelan ya supaya jangan robek dua.. hehe..

Once we have typed the booking code, press the Cari/Search button on the screen and the machine next to keyboard will automatically print the ticket. After that just pulled it out, carefully as not to tear it into pieces.. lol..

Mengingat banyaknya orang yang mau ngeprint tiket di alat CTM ini, sebaiknya datang setidaknya satu jam sebelum jam keberangkatan kereta anda supaya tidak usah jadi senewen seperti saya.

Since there are many people need to print their ticket on this CTM machine, you better come at least an hour before your train departing so you don’t have to be freakingly nervous like I did.

Dalam waktu mepet seperti itu, saya dengan cepat mengamati jalur antrian. Yang terlihat ada petugas di samping mesin CTM dan yang jalurnya paling cepat bergerak, itu yang saya pilih.

Running out of time made me had to be smart on selecting the line. The one that had an officer next to the CTM machine and the line moved fast, that was the one I choose.

Oiya, berhubung waktu itu waktu tidak kondusif, saya tidak sempat memotret mesin CTM. Tapi waktu saya berada di stasiun kereta api Malang, saya punya banyak waktu sebelum kereta saya berangkat jadi saya sempat memotret mesin CTM disana. Bentuknya sedikit berbeda tapi sistem dan cara kerjanya persis sama.




Oh, since I was running out of time, I didn’t get a chance to take picture of CTM machine. But when I was in Malang train station, I have got plenty of time before my train departed so I could take picture of the CTM machine in there. It looks a bit different but the system and that thing works the same.

*  *  *  *  *

Hampir jam 6.30 ketika saya sampai di peron. Wah, keretanya belon ada.. sukurlah tapi mengingat segala kehebohan yang harus saya lewati saking takutnya ketinggalan kereta..

It was nearly 6.30 pm when I got at the platform. Man, the train wasn't there.. thank God but remembering all the hectic I had to go through for fearing I would miss it...

Saya menemukan kursi kosong.. menghenyakkan diri keatasnya, lega karena bisa duduk dan terlepas dari beban dua ransel dan sekantong plastik besar berisi empat dus lapis talas, satu dus roti unyil dan beberapa barang kecil milik saya.

I found an empty seat.. I sat there, relieved to be able to get free from two backpacks and a big plastic bag that contained with four boxes of taro cake, a box of unyil bread and few of my stuff.

Keretanya baru datang kira-kira lima belas menit kemudian. Terlambat. Nyebelin. Tapi disisi lain saya jadi bisa istirahat dulu, menelpon ke rumah, mengatur napas dan mendinginkan diri.

The train arrived about fifteen minutes later. It was late. Sucks. But in other side it gave me some time to rest, called home, took a breath and chilled.

Hujan turun dari sore tapi saya malah kepanasan. Mungkin karena senewen ditambah harus setengah berlari dengan membawa gembolan ke tempat ngeprint tiket dan naik turun tangga.. ya, begitu itu kondisi di stasiun Pasar Senen. Lumayan juga, sore-sore gue ngebakar entah berapa ratus kalori.. hehe..

It rained in the afternoon but I was sweating. Maybe because I was nervous added with had to half running with all the luggage to find the place to print my ticket and had to take the stairs.. yeah, that is how Pasar Senen train station is. Not so bad, I don’t know how many calories I have burnt that evening.

*  *  *  *  *

Kondisi kereta harusnya dibuat lebih nyaman mengingat jauhnya jarak yang membuat penumpang harus berada didalamnya selama lebih dari sepuluh jam.

The condition of the train I was taking should be made more comfortable considering the passenger has to spend more than ten hours aboard it.

Ok deh itu kereta ekonomi yang murah meriah tapi bray, coba dong sandaran kursinya jangan tegak lurus begitu. Hampir enam belas jam saya berada di kereta itu.. haduh, punggung dan bokong saya rasanya sekaku kayu.


Ok so that is cheap economy train but man, could they just position the seat is not that upright? I spent nearly sixteen hours on board it.. dude, my back and ass felt as stiff as pieces of  wood.

Jelas tidak bisa istirahat enak, boro-boro bisa tidur pulas. Setiap jam saya terbangun.

Obviously not a place to get a nice rest, let alone to sleep soundly. I woke up every hour.

Di gerbong kereta Majapahit yang saya tumpangi ini lampunya kurang terang, AC tidak dingin dan air di toilet masa belon sampe Malang sudah habis.

The compartment of Majapahit train that I took had dim lights, AC was not cold and ran out of water in the toilet before it reached Malang.

Beda dengan kereta Jayabaya yang saya tumpangi dari Malang menuju Pasar Senen. Lampu-lampunya terang, AC bikin saya menggigil dan ada banyak stok air di toilet.

It is a different thing with Jayabaya train that I took from Malang to Pasar Senen. The lights were bright, the AC made me shivered and have plenty of water in the toilet.

*  *  *  *  *

Saya capek, ngantuk, lapar, bau dan kotor luar biasa ketika kereta sampai di Malang. Yang saya inginkan saat itu adalah makan, mandi dan tidur.

I was so very exhausted, sleepy, starving, smell and dirty when the train got in Malang. All I wanted at that time was to eat, bath and sleep.

Tapi ketika saya mendekati pintu keluar, tiba-tiba saya mendengar seseorang berseru memanggil saya dan saya melihat Dessy melambaikan tangan dengan penuh semangat. Dia berlari menghampiri saya dan sebelum sempat saya bilang saya masih bau dan kotor, dia sudah memeluk dan mencium saya.

But when I got to the exit gate, suddenly I heard someone called out for me and I saw Dessy waved her hands excitedly. She ran to me and before I got a chance to tell her that I smelled and dirty, she hugged and kissed me.

Ah.. rasanya segala penderitaan selama hampir delapan belas jam menempuh jarak begitu jauh itu langsung hilang.. bahkan rasa lapar, ngantuk dan capek pun ikut terlupakan karena gembiranya saya bisa bertemu dengannya.

Arriving Malang, had breakfast with Joy (left) & Dessy (right)
Gosh.. it felt those nearly eighteen hours of struggle on that long journey was gone right away.. the feelings of hunger, sleepy and tired were forgotten as I was so happy to meet her.

Ini adalah persahabatan dan persaudaraan untuk seumur hidup..

This is a friendship and sisterhood for life..

No comments:

Post a Comment