Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, February 21, 2013

Indonesian and Tardiness

“Haduh, jam berapa nih mo berangkat?” gerutu seorang oma kenalan saya

“Besok” kata saya sambil tertawa tertawa melihat muka frustrasi oma ini karena sudah menunggu selama hampir satu jam.

“Tahu begini tadi berangkat dari rumah ga usah pagi-pagi banget” gerutu si oma itu.

“Ya, kita sudah tahu memang berangkatnya tidak pernah bisa persis jam 9” saya memahami frustrasinya si oma “jadi besok-besok, sampe sini jam 8.45 aja supaya nunggunya jangan kelamaan”.

“Iya Ke, tapi saya di didik datang minimal setengah jam lebih awal”

“Itu prinsip kita berdua tapi orang di sini ga kayak gitu” saya nyengir “berangkat di jadwal jam 9 tapi orang-orangnya baru bermunculan jam 9. Jadi jangan harap jam 9 teng langsung bisa berangkat”

Di lain waktu, seorang teman di tempat kerja bercerita tentang anaknya yang tidak bisa tepat waktu. Kalau ada acara jam 9, pasti berangkat dari rumah jam 11. Lha, jam berapa sampai ke tempat tujuan? So telatnya pasti lebih dari 2 jam kalau sudah begitu.

Sewaktu masih menjadi guru, perkara acara terlambat terjadi saat pelaksanaan upacara bendera saat memperingati hari kemerdekaan dan saat acara perlombaan. Telatnya bisa lebih dari setengah jam. Kebayang dong gimana uring-uringnya kami karena harus berdiri (kadang di bawah teriknya matahari) demikian lama tanpa penjelasan dari panitia. Segala gerutuan dan sumpah serampah sudah sampai di ubun-ubun kalau sudah demikian.

Ya, betul sih tidak semua orang Indonesia seperti itu tapi rata-rata demikian. Kalau tidak, pasti tidak akan ada istilah ‘jam karet’. Bisa mulur semulur-mulurnya dari waktu yang telah ditentukan.

Saya kira segala sesuatu terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan tepat waktu bisa terbentuk dari didikan keluarga. Bisa juga dari lingkungan sekolah atau pekerjaan. Tentara, misalnya, di didik dengan disiplin tinggi. Termasuk disiplin dalam hal waktu.

Tapi entah kenapa pada orang-orang tertentu, naluri ‘jam karet’nya melampaui kebiasaan tepat waktu yang diterapkan oleh keluarga, sekolah atau tempat kerjanya.

Anak dari teman di tempat kerja saya itu misalnya, sekalipun teman saya adalah orang yang selalu tepat waktu tapi anak-anaknya setelah dewasa justru menjadi penganut ‘jam karet’. Heran juga saya jadinya karena saya yakin pastilah sejak kecil mereka terbiasa mengikuti pola kebiasaan dan didikan orang tua yang selalu tepat waktu tapi begitu mereka bertumbuh dewasa, mereka mengembangkan kebiasaannya sendiri yang bertolak belakang dari yang mereka dapatkan dari orang tuanya.

Kebiasaan buruk memang lebih mudah untuk dijalani, lebih menyenangkan dan lebih seru dari pada kebiasaan baik. Tapi hasil akhirnya nanti bagaimana dan seperti apa? 
_________________________

“What time time are we going to leave?” an aquitance of mine, an old lady, sighed.

“Tomorrow” I laughed at seeing her frustration after spending nearly an hour of waiting.

“If I knew it would be this late I wouldn’t leave my house so early” she grumbled.

“We all know it is never be 9 am sharp” I understood her frustration “so next time better get here at 8.45 am or make it 9 am so you don’t have to wait this long”

“But I was taught to come at least half hour early of my appointment time”

“We both are taught that way but not the people in this place” I grinned “it is scheduled at 9 am but the people get here at 9 am and don’t expect it to you are all be able to leave right away”

Another time, another acquaintance of mine told me about her daughter who can’t be on time. So if she has a 9 am appointment, it is always take her 2 hours to get ready so she is leaving at 11 am.

Back then when I worked as a teacher, this disability to be punctual went to major events such as the commemoration of independence day event or the children competition events. It would really drive us crazy to have to wait for more than half hour, most of the time we had to stand under the hot sun. You could hear not only sigh but also grumble and even quiet swearing.

Not all Indonesian are unable to be punctual but most are. We even came up with the call of ‘rubber watch’. It could be stretch far from the appointed time.

I think everything habitual. Parents, schools, work places and military teach us about discipline. That includes time discipline.

But some people seem more incline to the ‘elastic watch’ habit that making them always come late to school, to work or to any kind of appointment.

The daughter of my acquaitance for example, her mother is well known for her punctuality and so she has taught her kids to be punctual but somehow after they get older, they develop their own habit which is very much opposite with the one taught by their mother.

Bad habit is easy to develop and it is fun than good habit but at the end what does it bring as the outcome?

No comments:

Post a Comment