Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, October 19, 2023

MATI OGAH, HIDUP MEGAP-MEGAP

Begitulah nasib sedih blog tersayang ini. Judulnya mati suri. Mati ogah tapi hidupnya bagai megap-megap menarik napas. Hiks, sedih.

 

Padahal ketika dulu saya memulainya pada bulan Oktober 2010, saya memulainya dengan penuh semangat. Di jaman ketika internet tidak secanggih, sekuat, secepat dan semudah sekarang, justru saya lebih rajin dan lebih berkomitmen untuk memasukkan postingan ke blog ini. Kalau dilihat dari statistiknya, dalam setahun saya bisa menulis puluhan dan bahkan sampai ratusan postingan. Itu terjadi dari tahun 2010 sampai tahun 2017. Lalu mulai dari tahun 2018 sampai ke tahun ini, postingan berkurang drastis menjadi hanya belasan saja.

 

Kenapa bisa jadi begitu? Saya juga tidak tahu. Lupa apa yang awalnya bikin semangat ngeblog jadi turun demikian drastis. Dari yang hampir setiap hari ngeposting, turun menjadi sebulan sekali saja postingnya. Lalu pelan-pelan makin berkurang hingga akhirnya hanya posting setiap beberapa bulan sekali. Yang paling parah adalah tahun ini. Dari bulan Januari sampai Oktober 2023 ini, saya hanya menghasilkan satu postingan.

 

Kalau bukan karena sedang mengikuti Blog Challenge yang diadakan oleh Kumpulan Emak Blogger, saya yakin tahun 2023 ini akan berlalu tanpa saya tergerak untuk membuat postingan baru dan hanya pasrah membiarkan satu postingan saja yang bertengger menghiasi daftar postingan saya di tahun 2023.

 

Ok, ok. Saya bersalah penuh dibalik absennya saya dalam dunia berbloggingan. Saya tidak bermaksud untuk mencari sejuta alasan pembenaran diri. Postingan perdana di  Blog Challenge ini bukanlah untuk menyodori pembaca dengan cerita melankolik demi membuat semua akan menunduk takzim dalam hening sambil berkata “Ya, kami mengerti.”

 

Saya juga tidak akan bersembunyi di balik seribu satu kambing hitam yang kebingungan ketika diseret naik ke atas podium dan menerima banner bertuliskan “Salahkan mereka saja, sayang.”

 

Tidak! Tidak! Tidak!

 

Mari, saya akan mereview balik ke tahun-tahun ketika saya masih amat sangat produktif menjadi blogger karena segala sesuatu itu pasti ada awalnya dan bagi saya tahun 2010 itu dimulai dengan keinginan memasukkan kegiatan kelas saya ke dalam blog yang kemudian saya share ke Facebook.

 

Tahun 2005-2011 saya mengajar di sebuah taman kanak-kanak kecil di daerah Ciomas, Bogor. Dari yang hanya sebagai asisten guru sampai akhirnya menjadi wali kelas playgroup dan wali kelas TK A. Bukan cuma itu saja, saya juga mengajar kelas Bahasa Inggris di TK B.

 

Nah, sejak hari pertama saya bekerja di taman kanak-kanak itu, saya melihat bahwa orang tua murid selalu ingin tahu mengenai pelajaran dan kegiatan apa saja yang diajarkan di kelas anak mereka. Tidaklah mudah untuk mendapatkan informasi itu dengan menanyakan kepada anak berusia tiga, empat atau lima tahun karena kemampuan logika, minat serta daya ingat setiap anak berbeda.

 

Seorang anak yang suka pada pelajaran menggambar tentu lebih bisa mengingat apa saja yang diajarkan oleh gurunya di kelas menggambar, jadi umumnya dia akan bisa menjawab ketika ditanya mengenai gambar, bentuk atau warna yang diajarkan oleh bapak atau ibu gurunya. Beberapa anak bahkan bisa sampai menjabarkan secara rinci mengenai bentuk atau gradasi warna yang dipelajarinya.

 

Tapi bagaimana dengan anak yang tidak menyukai pelajaran menggambar? Selain tentu saja hasil pekerjaan menggambar atau mewarnainya tidak sebagus atau serapi hasil pekerjaan temannya yang senang menggambar, anak tipe ini tidak mampu mengingat apa yang tadi dipelajarinya dalam kelas menggambar. Ketika ditanya, jawabannya antara “Lupa” atau hanya mengangkat bahu, membuat orang tuanya penasaran, kesal atau bingung.

 

Bertanya pada guru tentu membutuhkan perjuangan tersendiri karena waktu yang serba terbatas. Guru tidak bisa mengobrol selama jam kerja, hampir tidak punya jam istirahat hingga tentu tidak bisa berharap bisa bebas mengobrol bahkan di jam istirahatnya dan di jam pulang, orang tua yang sering tidak punya banyak waktu untuk nongkrong dulu di sekolah untuk bicara dengan guru anaknya. Seandainya pun waktunya ada, dari pengalaman saya, tetap sulit untuk bisa mendapatkan fokus dan perhatian penuh dari si guru yang harus mengawasi murid-muridnya di jemput oleh penjemputnya masing-masing, yang belum dijemput, yang belum selesai mengerjakan tugas dan segala macam hal lainnya yang perlu diperhatikannya.

 

Sekolah punya kurikulum. Guru menerapkannya dalam bentuk program belajar dan program kegiatan. Tapi orang tua belum tentu tahu dan mengerti apa saja kurikulum itu serta apa saja program belajar dan kegiatan yang dibuat oleh guru. Jadi setiap tahun ajaran sebetulnya orang tua itu seperti sedang berjalan meraba-raba dalam kegelapan, berusaha untuk mengerti dari buku pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak-anak mereka.

 

Saya berpikir untuk menuliskan apa saja sih yang saya ajarkan dan kegiatan apa saja yang saya berikan di dalam kelas. Tidak dalam bentuk laporan tapi dalam bentuk postingan blog. Jadi orang tua yang ingin tahu bisa membacanya dalam blog saya.

 

Kemudian pertengahan tahun 2011 saya terpaksa harus berhenti dan berganti profesi. Tidak lagi sebagai guru di sekolah. Saya menjadi karyawan biasa. Saya mulai agak kehilangan sumber untuk dijadikan postingan. Karena itu saya mulai menulis campur aduk dari hal-hal kecil sampai sengaja jadi agak rajin traveling supaya bisa ada bahan untuk dijadikan tulisan.

 

Awal tahun 2017 ibu saya meninggal. Itu pukulan berat untuk saya karena walaupun almarhumah sudah lanjut usianya dan kondisi kesehatannya memang sudah menurun tapi saya tidak pernah membayangkannya untuk pergi demikian cepat. Saya selalu mempercayai bahwa mama akan bertahan hidup lebih lama lagi. Kepergiannya merupakan pukulan bagi saya dan almarhum ayah saya.

 

Saya perhatikan tahun 2017 adalah awal postingan blog saya mulai menurun. Saya seperti mulai kehilangan motivasi untuk menulis.

 

Tahun-tahun selanjutnya adalah perpaduan dari berbagai hal. Ayah saya bertambah usia dan berkurang dalam hal kemampuan fisik serta kesehatannya. Lalu saya yang harus mengurusi bukan hanya papa tapi juga pekerjaan rumah tangga selain pekerjaan kantor yang makin lama makin banyak. Kemudian saya mengalihkan fokus saya dari sebagai penulis blog menjadi penulis buku. Saya rajin ikut kelas-kelas menulis dan menghasilkan beberapa buku antologi. Semua ini membuat saya makin malas untuk menulis di blog, di samping beberapa alasan pribadi lainnya yang ikut menambah kemalasan itu; rencana saya untuk menikah dan puncaknya adalah ketika ayah saya sakit lalu meninggal beberapa bulan lalu membuat saya tiba-tiba harus hidup sendiri, harus mengurusi rumah sendiri, menghadapi banyak rencana yang harus dimodifikasi dan menyembuhkan diri dari depresi.

 

Apakah saya akan kembali aktif sebagai blogger? Saya harap Blog Challenge ini bisa mendorong saya kembali aktif. 





No comments:

Post a Comment