Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, March 20, 2017

Tutoring

Adoh, saya paling sebel sama yang namanya les tapi karena saya gobloknya ampun-ampunan dalam urusan pelajaran berhitung maka mau ga mau deh sepanjang masa sekolah dulu saya harus ikut les.

Man, I hated tutoring but since I was so dumb in math I had no choice than to have tutoring during my school days.

Saya baru bisa menarik napas lega di kelas 2 SMA karena waktu itu sudah penjurusan dan saya masuk jurusan IPS. Terbebaslah saya dari pelajaran berhitung. Terlepaslah saya dari keharusan ikut les matematika, fisika dan kimia. Horeee!!

I could breath easier in my second year in highschool because I was majored in social science. I was free from math. I was released from the obligation to have tutoring in math, physics and chemistry. Yippee!!

Eh, siapa duga belasan tahun kemudian saya jadi guru les.. haha..


Well what do you know, years later I become a tutor.. haha..

* * * * *

Karier saya di bidang pendidikan di mulai sebagai guru les bahasa Inggris tahun 2005. Dua bulan kemudian sebuah TK merekrut saya sebagai guru.

My career in education started as English tutor in 2005. Two months later a kindergarten recruited me as  a teacher.

Berhentikah saya mengajar les?

Did I stop working as a tutor?

Ya, ga lah.

Of course not.

Karena gaji sebagai guru TK cuma tiga ratus ribu sebulan. Enam tahun saya kerja di sana dan setahun terakhir gaji saya enam ratus ribu.

Because my salary as kindergarten teacher was just three hundred thousand. I worked there for six years and in my last year working there I got paid six hundred thousand.

Mana cukup duit segitu buat kasih makan tiga orang?

That wouldn't be enough to feed three people.

Syukurlah saya punya bakat dalam bahasa Inggris yang laku dijual dan penghasilan sebagai guru les menutupi kekurangan itu.


Thankfully I have a talent that I can sell and the income as a tutor could make ends meet.

Tahun 2011 saya berhenti dari TK itu untuk bekerja sebagai pegawai kantoran. Judulnya gaji sudah main jeti-jeti nih tapi yah masih tetap juga harus didongkrak sama penghasilan dari mengajar les.

I quitted my kindergarten job in 2011 to work as office worker. Salary comes in millions but still needs to be covered by my income as a tutor.

Eh, tapi jangan salah lho, jadi guru les itu bukan semata buat ngejar duit. Saya tidak pasang tarif mahal dan tidak ada yang namanya setiap tahun saya naikin tarif. 

However, don't give me wrong, tutoring is not all about money. I don't charge a lot and there is no annual raise either.

Kalau ada anak dari keluarga sangat tidak mampu yang membutuhkan bimbingan belajar khusus untuk bahasa Inggris, saya ok aja terima dia les dengan bayaran jauh di bawah tarif atau malah bebas biaya. 

If suppose a kid needs English tutoring but he/she can't afford to pay the whole fee, I'm willing to take him/her in for less fee or even for free.

Saya juga tidak serakah. Kalau jumlah uang yang saya terima sudah cukup untuk menutupi kekurangan dari gaji kantoran saya, ya, tidak akan saya terima lagi kalau ada yang minta les.

I'm not greedy either. When the amount of money from tutoring has covered the lack of my office salary I won't take more kids to tutor.

Lantas dari tahun 2005 sampai sekarang apa saja suka dukanya jadi guru les?


So, from 2005 to the present what's the ups and down being a tutor?

* * * * *

Jangan telat tapi juga jangan kecepatan dong datang les.

Don't come late for tutoring but don't come too early either.

Les di rumah saya cuma bisa saya adakan pada hari libur saya atau setelah saya pulang dari kantor. Jadi kalau saya bilang ke si anak atau ke orang tuanya lesnya jam 5 sore, itu artinya saya sudah memperhitungkan jam segitu itu saya sudah sampai di rumah dan setelah sampai, ada waktu buat mandi-makan-istirahat dan rapi-rapi sebentar. 

I can only run tutoring at home on my day off or after I get home from work. So when I told the kid or his/her parents that it is 5 pm, it means I have calculated the time I get home and there is time for me to take a bath-grab something to eat-rest and get ready.

Saya ga bisa begitu sampai rumah langsung harus go show ngajar. Capek gue, bray. Saya dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore nongkrong di kantor. Kerjanya sih keliatannya enteng, gampang tapi sebetulnya tidak. Trus suasana kantor kalau ga asyik kan makin menguras energi dan bikin otak mumet. Jadi begitu sampai rumah, saya harus mendinginkan mesin dulu dan nyegerin badan sama otak. Kalau ga, resikonya saya bisa jadi gampang bertanduk-bertaring-berasap waktu ngelesin anak-anak itu.. bahaya kan.


I can't run the tutoring once I get home. Man, I'm exhausted. I am stuck in the office from 8 am to 4 pm. My work looks simple and easy but it's not. Not to mention if the office environment is not fun then it sucks out my energy and giving headache. So when I get home I've got to cool myself down and refresh my body and my brain. If not, the risk is I'll turn myself like a bull when I tutor those kids.. oh no no.

Tapi ada yang datang jam 4.30. Alamakjan!.. saya jadi harus buru-buru mandi dan tidak sempat lagi istirahat. Aduh Tuhan tolong kasih saya kekuatan dan kesabaran.. 

But there were times when they came at 4.30. Geez!.. I had to take a bath in a rush and couldn't take a rest.. God please give me strength and patience..

Saya sampai pernah kasih rincian keterangan kenapa saya minta mereka datang jam 5. Yah, berhasil. Untuk beberapa waktu pada bisa datang persis jam 5 atau lebih awalnya cuma 5-10 menit. Tapi beberapa waktu kemudian.. yah.. kembali ke asal.

I did give them detail explanation why I ask them to come at 5 pm. It worked. For some time they came at 5 pm sharp or 5-10 minutes early. But then.. well.. back to the old track.

Ada lagi yang telatnya ga kira-kira. Empat puluh menit. Saya sampai sudah ketiduran nungguin dia. Waktu saya kebangun dan mikir oh sudah jam 5.40 sore. Ga mungkinlah bakal datang. Jadi saya matikan lampu dan kunci pintu. Eh, selang kira-kira 2 menit kemudian dia muncul. Ya, ga saya bukain pintu. Telat 40 menit coy. Kalau cuma 15 menit masih saya toleransi atau kalau sebelumnya ada telp, sms atau wa kasih tahu mau datang telat. Ya, ini tidak ada. Ini soal disiplin waktu. Kalau sekali saya biarin telat, besok-besok dia bakal mikir 'oh, mau datang jam berapa pun, bu Keke terima kok' kan ntar jadi kebiasaan 'datang jamnya sesuka hatiku'.

Another time a kid came so very late. 40 minutes late. I already fell to sleep waiting for that kid to come. When I awoke I thought oh, it's 5.40 pm. The kid wouldn't show up at this time. So I turned off the light and locked the key. Well what do you know, about 2 minutes later there he was. I didn't open the door. 40 minutes late, dude. If it was just 15 minutes I could accept that or if I had received phone call, text or whatsapp informed me about coming late. But there was none. This is about time dicipline. If I allowed this kind of thing to happen then the next time the kid would think 'oh miss Keke wouldn't mind I come at any time' and so it would become a habit to show up at the kid pleases. 

Ada lagi yang tipe antik. So saya nih yang datang ke rumah anak murid. Setelah beberapa kali saya datang anaknya tidak ada akhirnya setiap pagi saya whatsapp ibunya buat nanya apa nanti sore anaknya bisa les. Ibunya bilang ada tapi berapa kali kejadian saya sampai dirumahnya anak itu tidak ada karena belum pulang dari sekolah atau pergi berenang atau pergi ke tempat kerja ibunya. Seribu juta setan alas kan kalau kayak gitu karena saya sudah terbirit-birit dari kantor supaya tidak terlambat sampai ke rumahnya.

There was one of a kind type. It was me who came to my tutoring student's house. So, it happened few times that the kid wasn't home when I got there and thus I whatsapped the mother in the morning to ask if the kid would be home in the afternoon. She said yes but it happened few times when I got there the kid was not home because was still in school or went swimming or went to the mother's workplace. Damn, I had left the office in a hurry because I didn't want to arrive late.

Ogahlah saya perpanjang masa lesnya. Kelar satu semester ya dahh. Dia minta kayak apa pun tidak akan saya terima. Kapok dah. 

I won't ever extend the tutoring for this type. One semester only. You may plead but I shall never accept you under my tutoring anymore. I've had it. 

* * * * *

Ini bukan tentang mendapat nilai tinggi

This is not about getting high score

Tentu saja saya senang kalau anak les saya mendapat nilai tinggi.

I definitely happy if my tutoring kids get high score.

Tapi sebetulnya bukan itu target utama saya.

But it is not my main goal.

Yang terutama dan yang terpenting adalah mereka mengerti konsep pelajaran itu.

The main and most important thing is they understand the lesson's concept.

Contoh; kalau tidak ada To Be maka pada bentuk negatif dan interrogative dipakai Do dan Does. Siapa yang pakai Do? I You We They. Siapa yang pakai Does? He She It. Itu adalah konsep dalam tata bahasa Inggris yang tidak akan pernah berubah. Kalau konsep itu sudah masuk dan lengket dalam pengertian mereka, mau soalnya ulangan seperti apa pun mereka tidak akan bingung.


For example; if there is no To Be the negative and interrogative forms use Do and Does. Do applies to I You We They. Do applies to He She It. That is a concept in English grammar that will never change. If that concept has got into and stick on their understanding then whatever test they may have none will confuse them.

Saya katakan pada mereka; kalian boleh lupa pada nama saya tapi jangan pernah lupa pada konsep-konsep dalam tata bahasa ini karena guru kalian bisa berganti-ganti tapi yang namanya konsep dalam tata bahasa akan selamanya sama.

I told to them; you can forget my name but never forget the concepts in this grammar because your teacher shall come and go but these concepts will stay the same forever.

* * * * *

Mama

Beneran, berapa kali terjadi murid les saya keceplosan manggil saya 'mama'.. hehe.. 

Seriously, it has happened few times when my tutoring student accidentally called me 'mama'.. haha..

Hubungan saya dengan murid-murid saya di TK dan murid-murid les memang dekat. Sifat dan pembawaan saya bisa bikin mereka merasa aman dan nyaman bersama dengan saya. 


My relationship with my students in kindergarten and my tutoring students are close. My character and personality make them feel safe and comfortable to be with me.

Dan saya memang tulus menyayangi mereka. Saya tidak melihat mereka sebagai komoditas. Tidak seperti di kantor di mana saya tidak merasakan ikatan emosi dengan tempat dan dengan sebagian besar manusianya. 

And I do sincerely love them. I don't see them as commodity. Unlike in the office where I don't feel emotional attachment with the place and with most of the people in there.

Mengajar berbeda dengan urusan bisnis. Tidak seperti kerja kantor di mana saya bekerja sebaik mungkin dan akhir bulan; lo bayar deh gaji gue. Mengajar tidak seperti itu. Mengajar berarti melibatkan diri sepenuhnya dengan anak-anak itu. Tidak ada manipulasi, tidak menganggap satu pihak lebih penting atau lebih tinggi dari yang lain. 

Teaching is different with business. Unlike working in the office where I work the best I can and at the end of the month yo, pay me my salary. Teaching is nothing like that. Teaching means involving one self completely with those children. No manipulation, no one thinks one party is more important or higher than others.

* * * * *

Mulai dari nol

Start it from zero

Saya puyeng kalau terima anak les yang tidak les di saya dari kelas 1 SD. Soalnya kalau dari awal sudah les di saya dasar pengertiannya tentang tata bahasa Inggris sudah saya tanam so ke depannya jadi tinggal mengulang saja.

It gives me a headache to have a kid who didn't put under my tutoring since first grade. I would have instilled basic understanding on English grammar so we are just going to refresh it.


Saya baru saja terima murid baru. Anak kelas dua SD. Jangan ngomong soal tata bahasanya deh, perbendaharaan katanya saja miskin banget. Begitu saya lihat buku paket dari sekolahnya... wek!! Itu pelajaran sudah jauh banget! Ga seimbang sama pengetahuan anaknya. Hadeuh mak, kerja keras deh buat mengejar ketinggalannya..

I just got a new tutoring kid. A second grader. Let's forget about grammar, her vocabulary is so poor. When I looked at her English school book.. whatta!! Her knowledge doesn't match the lesson. Oh no, gotta work hard on her..

* * * * *

Belajar serius tapi jangan lupa bersenang-senang dong

Study hard but don't forget to have fun too

Bercermin pada pengalaman pribadi semasa harus ikut les, saya tahu les itu adalah kewajiban yang terpaksa harus dijalani karena nilai jeblok di satu mata pelajaran, tidak ada pilihan kalau mau naik kelas.

Having childhood experience when I had to take tutoring, I knew it all to well how tutoring is something one must take for having flunk in a subject, no other option if one doesn't want to fail a class.

Tidak heran kalau pergi les itu rasanya seperti mau disembelih.

No wonder if going to tutoring feels like going to be slaughtered.

Belum apa-apa semangat sudah melorot ke jempol kaki.

The spirit fell down to the toe.

Dalam keadaan mental seperti itu pelajaran yang mudah akan terasa sulit.

With that kind of mentality an easy subject feels so difficult.

Itu sebabnya saya harus menciptakan suasana yang membuat anak tidak merasa seperti itu. Di mulai dari suasana di tempat les yaitu di rumah saya. Kami duduk di atas dudukan sofa yang diletakkan di lantai.

It is why I must make things so the kid won't feel like that. It starts from the tutoring place which is in my house. We sit on the sofa cushion that we put on the floor.

Saya tidak melarang mereka kalau ingin tidur-tiduran di sofa atau di atas dudukan sofa sementara menunggu saya menulis soal atau memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kadang ada yang berbaring di bawah meja sambil bernyanyi, menggambar, menggelitiki atau mengelus-elus kaki saya.

I allow them to lay down on the sofa or on the cushion while waiting for me to write the questionaire or checking on their work. Sometimes one or two of them lay down under the table, singing, drawing, tickle or caressing my foot.

Belajar pun diselingi dengan bernyanyi, saling meledek, bercerita atau curhat.

In between the lesson we sing, tease one another, tell stories or unburden whatever troubled the heart.

Sesudah les kami biasanya mengobrol, foto-foto atau bermain dengan mainan saya. 




After tutoring we usually chat, take photos or play with my toys.

Bahkan pernah karena tahu seorang mantan murid les saya suka masak, saya sengaja mengajaknya membuat pancake setelah les selesai.


Once I even asked my tutoring student to make pancake after the tutoring because I knew he loved cooking.

Dengan cara seperti ini anak-anak itu tidak melihat les sebagai sesuatu yang menyebalkan, membosankan atau menakutkan.

This way those kids don't see tutoring as an annoying, boring or scarry thing.

* * * * *

Kita keluarga

We are family

Hubungan saya dengan murid-murid les saya akhirnya tidak lagi seperti guru dengan murid. Kami jadi lebih seperti kakak-adik dan teman.

My relationship with my tutoring students no longer feels like teacher with her students. We become more like siblings and friends.

Dengan emak-emak mereka pun seperti itu.


It goes the same with their mothers.

6 comments:

  1. Aaak keren banget Mak. Jelas lah anak-anak betah les di mari hihi.
    Kalo aku sama sekali gak punya bakat ngajar Mak, apalagi sama anak. Duh gak telaten, huhu. Padahal ibuku pengen banget liat aku ngajar les dari dulu. :(

    www.HildaIkka.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak Hilda, tks sdh mampir & komen. Hehe.. les itu sebetulnya nyebelin, sdh capek belajar di sekolah masih harus dpt pelajaran tambahan so saya bikin suasana begitu rupa supaya suasana les jadi ga bikin garing hati & otak :)

      Ya, ga bisa dipaksa lah ngajar kalau memang ga suka dari pada nanti jadi siksaan lahir batin buat yg ngajar & yg di ajar.. ;)

      Delete
  2. Mbaaa kamu asyik ya jd tutornya :). Ingetin aku ama tutor ku yg dulu. Ada 1 yg aku paling sayaaang banget. Dia ngajarin aku bhs inggris dr kls 1sd. Dan saking enaknya cara dia ngajarin, aku msh inget konsep2 awal dia ajarin ke kita supaya gampang inget.

    Basicnya: Do dipake hanya utk DEWI AYU (mksdnya: they we I you :D).

    DEWI AYU ga suka es, jd semua verb1 kalo subject nya DEWI AYU ga boleh pake S :p.

    Hahahaha yg gt2 deh.. Jadi dia bikin singkatan ato kata2 yg bikin anak2 ngerti dan jd inget ampe skr :). Dan cara yg sama aku pake utk ngajarin anak2ku bhs inggris :). Tipe tutor bgitu tuh yg ga bakal bisa dilupain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk.. iya fan, pelajaran apa pun hrs dibikin menarik & supaya gampang di mengerti & di ingat kita harus kreatif bikin singkatan2 yg lucu & aneh.

      Boleh juga tuh ide guru les kamu itu.

      Jaman sekolah dulu aq ciptain singkatan gini; tiga bhs inggrisnya three, nah, biar gampang inget inget tulisan three; t (turun), h (hujan), ree (teriak horee).

      kalau 13 & 30 krn angkanya sdh besar turun hujannya ga teriak horee lagi krn banjir (yg diambil ir) jadi thir. nah, angka belasan pantatnya teen jd thirteen. kalau puluhan pantatnya ty jd thirty.

      buat tulisan kursi chair, aq ciptain singkatan c (cacing), h (harimau) lg nyari air.

      hehe.. semua singkatan yg aneh2 & lucu2 itu aq ajarin ke murid2 di sekolah & di les, mereka pd ketawa tp jd gampang nempel tuh di otak.

      Delete
  3. I love your quote, Study hard but don't forget to have fun too

    ReplyDelete