Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, March 27, 2017

School's Outing Day: Ancol

Jalan-jalan!! Ke Ancol!

Going on a trip!! To Ancol!

Setiap bulan Maret sekolah mengadakan jalan-jalan dan tahun ini pilihannya ke Ancol.

Every March school held outing day and this year Ancol was picked as the destination.

Tahun 2008 terakhir kali saya ke Ancol dengan rombongan sekolah jadi tahun ini saya kepingin dan memutuskan harus ikut.

The last time I went to Ancol with on school's outing day was in 2008 so this year I wanted and decided I must came along.

* * * * *

Selasa, 14 Maret 2017

Tuesday, 14 March 2017

Saya sudah bangun dari jam 4 pagi. Berangkat dari Kecamatan Ciomas disepakati jam 6.30. Saya keluar rumah jam 6. Saya sampai di sana jam 6.35.

I got up at 4 am. It was agreed to leave from Ciomas Subdistrict office at 6.30 am. I left at 6 am. I got there at 6.35 am.

Semua sudah blingsatan kayak ayam mau betelor.. hehe..

Everyone was nervous like a hen that would soon lay her eggs.. lol..

Keke! Elu telat!

Keke! You're late!

Iya, tau, tau... Soriiiiii... soalnya kagak ada angkot. Kalau tahu angkot bakal jadi langka mending tadi dari rumah naik ojeg online. Ya, ga duga. Saya enggan naik ojeg karena jaraknya cuma seketek. Nanggung. Mau dibilang jauh, kagak. Dibilang dekat, ya jauh. Milih naik angkot.. eh, angkotnya pada ngilang.

Yes, yes, I know.. So very sorry... there was no angkot. If only I knew it would be hard to find angkot I'd take online ride. Well, I didn't know it would turn out like this. I didn't want to take online ride because the place is not too far but it is not too close either so I thought I'd take angkot. Heck, there was no angkot this morning.

* * * * *

Yuk cabut!

Come on let's go!

Jam 6.45 dua bis kami meninggalkan halaman Kecamatan Ciomas.


Our two busses left Ciomas Subdistrict office front yard at 6.45 am.

Kok semua guru ada di sini sih? Emak-emak di bis yang saya tumpangi bertanya-tanya. Yang perlu dijagain kan anak-anaknya bukan emak-emaknya.

Howcome the teachers are in this bus? The mothers in my bus wondered. The children are the ones needed looking after not the mothers.

Wah, meneketehe (mana saya tahu).. sejak saya mendarat di Kecamatan Ciomas, titah sudah diberikan bahwa saya naik di bis ini. Saya pikir cuma saya tapi ternyata wali kelas TK B dan karyawan sekolah juga.

How am I suppose to know.. eversince I landed on Ciomas Subdistrict office the order has been given that I should be on this bus. I thought it was just me but the B class teacher and the school's staff were there too.

Yang ada di bis yang ditumpangi anak-anak cuma ada kepsek dan beberapa ibu dari murid kelas Playgroup.

Headmaster and few Playgroup mothers were on the bus where the children were in.

Saya cuma guru honorer yang seminggu sekali datang untuk mengajar bahasa Inggris jadi saya sama sekali tidak tahu apa sebelumnya memang sudah diputuskan demikian. Dasar pertimbangannya apa, yah, saya sama bingungnya dengan emak-emak itu.  

I am just a teacher who comes once a week to teach English so I had no idea if it has been decided this way before the D-day. The consideration behind the decision? I was just as perplexed as those mothers.

* * * * *

Ada yang buang air besar di celana

Somebody pooped on the pants

Kami belum lama masuk tol sewaktu menerima pesan whatsapp dari seorang ibu yang berada di bis yang ditumpangi oleh anak-anak.

We just got into the toll road when a whatsapp message from a mother came. She was in the bus with the children.

Seorang anak jadi tersangka.

A kid became a suspect.

Anaknya ngambek. Ga terima dituduh begitu.

The kid was upset. Didn't accept the accusation.

Kita berhenti di rest area dulu.

We made a stop at rest area.

Berhubung jari kelingking kanan lagi luka, saya ogah turun dari bis karena kaki jadi kurang enak buat diajak jalan. Saya tidak mau pakai sandal karena takut terinjak. Pakai sepatu aman tapi jadi terasa agak sakit karena si kelingking agak terjepit di dalam sepatu. (Kenapa jari kelingking itu luka? Baca postingan saya sebelumnya 'Hello, Tiny Room').

Since my right pinkie on my right foot was ... I stayed on the bus because the pinkie made it felt uncomfortable to walk. I didn't want to wear sandal for fearing someone might accidentally stepped on it. Wearing shoes made it safe but also hurt a bit because it made the wounded pinkie pressed on it. (What made it hurt? Read my previous post 'Hello, Tiny Room').

"So, siapa pelakunya?" tanya saya pada Evelyn. (Tahun 2010 kami berdua mengajar TK A).

"So, who was the culprit?" I asked Evelyn. (We both incharged in A class in 2010).

"Ga ada" jawabnya "Cuma kentut".

"Nobody" she answered "It was just a fart".

Kentut? Segimana dahsyatnya itu kentut sampai efeknya seheboh tadi? Wkwkwk..

Fart? It must be one hell of a fart considering the chaos it created earlier. Lol..

"Siapa yang kentut?" tanya saya. Penasaran.

"Who farted?" I asked. Curious.

"Ga tau siapa" Evelyn terpingkal-pingkal "Satu bis bau kentut. Dalam pengalaman aku jalan-jalan, baru kali ini ngalamin dua bis sampai harus berhenti gara-gara ada yang kentut".

"Nobody knows who it was" Evelyn laughed it out loud "One bus smelled because of that. In my experience going on trip, this is the first time I experienced two bus had to make a stop because someone farted".

Hahaha.. saya spontan ngakak. 

Hahaha.. I spontaneously laughed it out loud.

Untung saya ga ada di bis itu. *Terima kasih, Tuhan*..

How lucky I was not to be on board of that bus. *Thank you, God*..

* * * * *

Nikita

Dari sejak saya sampai di Kecamatan Ciomas mata saya sudah mencari-cari Nikita tapi karena saya terlambat dan kami langsung berangkat tidak lama setelah saya sampai di sana, saya tidak berhasil menemukannya.

From the time I got at Ciomas Subdistrict office I have looked around to find Nikita but because I got there late and we left shortly after I got there, I didn't find her.

Begitu sampai di Ancol sekitar jam 8.30 saya masih tidak berhasil menemukannya. Ada begitu banyak anak kemudian kami berbaur dengan pengunjung yang tumpek blek di sana membuat saya benar-benar kehilangan jejak.

Once we got in Ancol at around 8.30 am I still haven't found her. There were so many kids and later we were in crowds of people that completely made me lost track of her.

Kenapa saya cari-cari dia? Karena emaknya nitipin anak itu ke saya.

Why did I look for her? Because her mother asked me to look after her.

Nikita menjadi satu-satunya anak yang tidak disertai oleh orang tua atau pendamping lainnya jadi dia total diserahkan dalam pengawasan guru.

Nikita was the only kid who was not accompanied by her parent or any escort so she totally entrusted to the teachers.

Saya baru melihat Nikita setelah saya melewati pintu masuk utama.


I saw her after I passed the main entrance.

Leganya saya. Kepsek, guru-guru dan karyawan sekolah juga lega karena mereka harus mengawasi begitu banyak anak dan dengan adanya saya maka tanggung jawab untuk mengawal Nikita dapat dialihkan ke saya.

I was so relieved. The headmaster, teachers and school's staff were relieved too because they had to watch on so many kids and my presence there meant the responsibility to escort her could be shifted to me.

Saya juga tidak keberatan. Bukan karena emaknya memang nitipin anak itu ke saya tapi karena anak itu nyenengin, mandiri, tidak cengeng, tidak manja, easy going


I didn't mind either. Not just because her mother asked me to escort her but because the kid is cool, independent, tough, unspoiled, easy going.

Saya pikir untuk seorang anak umur 5 tahun dia terhitung luar biasa berani pergi tanpa orang tua. Sewaktu saya seusianya saya masih amat sangat berada di bawah ketek orang tua. Jangankan ke Ancol, pergi ke warung yang jaraknya cuma seratus meter dari rumah aja harus ditemenin. 

I think she is pretty outstanding for a 5 year old to have the nerve to go on a trip without parents escort. When I was her age I was very much under my parents wings. Let alone going to Ancol, I couldn't even go to a stall that was about one hundred meter away from home without anyone coming along with me.

Dalam pengalaman saya sebagai guru TK pun jarang saya temui orang tua yang berani melepas anaknya pergi jauh tanpa dikawal dan anaknya juga berani pergi tanpa dikawal orang tua. Jadi saya kagum pada anak ini.

In my own experience as kindergarten teacher I rarely met parents who could let their child go in a trip without their escort and the kid dared to go on his/her own. So I admire this kid.

* * * * *

Under Water Show

Baru kali itu saya nonton pertunjukan langsung balet di dalam air. Biasanya cuma nonton di tv.


That was the first time I saw under water ballet. Before that I only saw it on tv.


Cukup mengagumkan.

Pretty impressive.

Sayangnya pengunjung berjejal sehingga menonton jadi kurang nyaman. Kaki saya saja sampai semutan karena posisi duduk tidak benar.

Unfortunately there were too many people crowding the room so it was a bit uncomfortable. My foot was numb for sitting in bad position.

Photo courtesy to Yohana
Saya juga takut ketika berjejalan saat masuk dan keluar pegangan tangan saya dan Nikita terlepas. Aduh mak, begitu banyak orang di sana. Jadi kami berpegangan tangan erat-erat. Untung juga ada Yohana. Kami berdua menempatkan anaknya dan Nikita di antara kami supaya jangan ada yang terpisah.

I was also afraid to lose Nikita. There were so many people in there. We held hands tightly. Good thing there was Yohana. We both put her daughter and Nikita in between us so none would be separated from us.

* * * * *



Teater 4D & Pertunjukan Bajak Laut

4D Theater & Pirate Show

Adalah dua dari empat pertunjukan yang terpaksa kami lewatkan. Yang pertama karena antreannya lama jadi kami tinggalin buat nonton pertunjukan yang lain dan yang kedua karena kami tidak tahu kalau kami diberi waktu sampai jam 4 sore berada di dalam arena tempat pertunjukan-pertunjukan itu diadakan.

Photo courtesy to Lastri Arita

Were two of four shows that we had to miss. The first because we were in line for a long time that we decided to skip it to see other show and the second show because we didn't know we were given until 4 pm to be on the compound.

Tidak ada info.

There was no information.

Kalau seandainya saya tahu kami punya waktu sampai jam 4 sore, saya dan Nikita pasti masih ngubek-ngubek di dalam sana dan tidak terburu-buru keluar karena takut kami lupa waktu sementara yang lain sudah ngumpul di bis.


If only I knew we had the time until 4 pm Nikita and I would definitely still went around the amusement park and not rushedly left it for fearing we had lost track of time while others have gathered in the bus.

Untunglah Nikita tidak cerewet tapi sebetulnya saya menyesal karena tidak bisa membawanya menonton semua pertunjukan itu. Kalau saya sendiri sih tidak terlalu mewajibkan diri untuk menonton seluruh pertunjukan yang ada di sana tapi buat anak-anak kan beda. 

Good thing Nikita was not noisy about it but I felt sorry for not taking her to see all the shows. If it were me, I didn't need to see the whole shows but it would be different for kids.

Nikita sendiri sore itu kelihatannya lebih kepingin pergi ke pantai dari pada menonton pertunjukan-pertunjukan yang ada di sana. Mungkin dia lebih suka pantai, mungkin dia juga capek diajak mutar-mutar atau dia malas harus berdesak-desakan mengantri seperti yang terjadi pada dua pertunjukan yang kami lihat.

That afternoon Nikita herself seemed more eager to go to the beach than to see those shows. Maybe she likes the beach better, maybe she was tired to walk around or she just didn't have the mood to be in the crowd while we were in line just like in the two shows we went to.

* * * * *

Pertunjukan Lumba-Lumba

Dolphin Show

Tobat deh saya nonton pertunjukan ini. Mana udaranya pengap. Manusianya begitu banyak. Harus naik tangga pula. 


I just had it with this show. The air was suffocating. There were so many people. Plus we had to climb the stair too.

Aduh, bener-bener perjuangan cuma buat lihat empat lumba-lumba berenang dan lompat-lompat selama kira-kira lima belas menit.


Man, it was really one hell of a struggle just to see four dolphins swam and jumped for about fifteen minutes.

Yang kepikiran sama saya selama lima belas menit itu adalah.. duh, kalau aja gue bisa ngerendem badan di kolam renang. Badan saya ngebul banget rasanya. Kepanasan habis-habisan. Saya dan Nikita sudah menghabiskan air di botol minum masing-masing. Saya membeli dua gelas es jeruk untuk kami berdua dan itu pun sudah kami habiskan tapi hausnya tidak hilang-hilang! 

What I thought in those fifteen minutes was.. man, if I could soak my body in a swimming pool. I was so hot as if I were in a sauna. Nikita and I have drank all the water in our water bottles. I bought two glasses of iced orange syrup and we had drank them all but we were still thirsty!

Udaranya sih tidak panas terik tapi gerahnya minta ampun. Duh, Jakarta cuacanya beda banget sama Bogor. Sepanas-panasnya Bogor, anginnya masih terasa angin gunung yang sejuk. Cuaca di Jakarta kayak berada di dalam oven.

It was not sunny but it was so damn hot. Man, Jakarta is so different with Bogor. Even in the hottest day in Bogor, there is still cool wind from the mountain. Jakarta's weather felt like being inside of an oven.

* * * * *

Pantai!

The Beach!

Akhirnya..

At last..

Sayang kelingking kaki kanan luka jadi saya tidak bisa ikut masuk ke air padahal kepingin banget.

Too bad the wound in my right foot's pinkie prevented me to get into the water, man, I really wanted to get into the water.

Setelah beberapa saat memperhatikan Nikita bermain di pantai bersama teman-temannya, tiga guru dan karyawan sekolah, saya pikir cukup amanlah meninggalkan dia. 


After few minutes watching Nikita played in the beach with her friends, three teachers and a school's staff, I thought it was quite safe to leave her.

Saya pingin pergi ke jembatan untuk foto-foto.

Photo courtesy to Agustini Evelyn

I wanted to go to the bridge to take photos.

* * * * *

Naik Perahu

Boat Ride

Orang dewasa Rp.10.000,-. Anak-anak Rp.5.000,-

It cost Rp.10.000 for an adult and Rp.5.000 for a child.

Asyik! Mau!


Yes! Count me in!

Ah, sedap.. asyiknya sore-sore dibawa keliling naik perahu. Enaknya kena angin. Gerahnya langsung hilang deh.

Photo courtesy to Lastri Arita
Awesome.. so nice to sail around on a boat. The wind was so cool. I didn't feel hot anymore.

* * * * *

Jalan-jalan sama emak-emak yang kagak ada matinye

Went on a trip with energetic moms

Bener-bener seru jalan sama serombongan emak-emak yang selalu rame, narsis dan heboh abis.

Photo courtesy to Santi Yrawati

Photo courtesy to Agustini Evelyn
It was really fun to go on a trip with a bunch of moms who are always fun loving, narcissist and full of acts.

Setelah kenyang menghadapi orang-orang di kantor dengan segala ulahnya yang seringkali tidak masuk akal, bersama emak-emak ini bikin otak saya kembali jadi waras.

After had it with the people at work with their many kinds of erratic behavior, being with these moms made me got my sanity back.

* * * * *

Matahari Terbenam

Sunset

Sayang saya tidak bawa Nikon saya tidak mengira bakal masih berada di pantai sampai matahari terbenam.


Too bad I didn't bring my Nikon because I didn't know we would be in the beach until sun set.

* * * * *

Bis ninggalin kita!

The busses left without us!

Saya dan Nikita sama-sama kebelet pipis dan mengingat perjalanan pulang yang lama memang sebaiknya kami pipis dulu.

Nikita and I were both needed to pee and since it was a long way to go back home it definitely a must to pee first.

Sebelum pergi ke toilet, saya bilang ke seorang guru dan karyawan sekolah.

Before we went to the toilet, I told a fellow teacher and the school's staff.

Jarak saya dan Nikita dengan bis-bis itu tinggal beberapa meter sewaktu kami berdua melihat bis-bis itu berjalan pergi. Lho??

Nikita and I were only few meters away from those busses when we saw they left. Whatta??

Saya menelpon Yohana. Tidak di angkat. Saya telpon guru lain (yang saya beritahu bahwa kami berdua pergi pipis dulu) dan untungnya dia mengangkat telponnya.

Photo courtesy to Yohana
I called Yohana. She didn't pick it up. Called other teacher (whom I told that we both went to the toilet to pee) and luckily she picked it up.

Karena mereka sudah berada agak jauh, saya dan Nikita menyusul dengan naik ojeg.

Since they were already far from us, Nikita and I had to pay for somebody to drive us on his motorcycle to where the bus waited for us.

Saya tidak mengomel. Saya hanya bertanya apa tidak ada yang merasa kehilangan kami berdua?

I didn't grumble. I just asked if there was anyone noticed our absence?

Yang terjadi adalah begini; ketika mereka tidak melihat kami ada di dalam bis itu, mereka mengira kami ada di bis yang satunya lagi. Nah, bis yang lain mengira kami ada di bis itu.

Here is what happened; when they didn't see us in there, they assumed we were in another bus. Now, the other bus assumed we were in that bus.

Dan tidak ada yang mengecek apakah memang saya dan Nikita ada di bis yang lain.

And nobody checked if Nikita and I were on the other bus.

Ceroboh.

Reckless.

Mungkin semua sudah kecapekan sampai tidak terpikir untuk mengecek tapi toh seharusnya tetap di cek dan ricek.

Maybe everyone was tired until no one thought to do the checking but it a check and rechecked should be made.

Jadi ambil pelajaran dari pengalaman saya ini. Kalau pergi dalam rombongan besar, pergi dan pulang setiap orang yang ada dalam rombongan harus di cek dan ricek apakah sudah ada di dalam mobil atau bis.

So take my experience as a lesson. If you go in a group that contains many people, do make checking and rechecking to make sure everyone has got into the car or the bus before you leave.

* * * * *

Capek tapi bahagia

Tired but happy

Saya sampai rumah jam 9 malam. Mama Nikita sudah menunggu kami di Kecamatan Ciomas. Dia mengantarkan saya ke rumah naik motor. Brr, dinginnya Bogor. Mana gerimis pula.

I got home at 9 pm. Nikita's mom waited for us in Ciomas Municipal office. She drove me home on her motorcycle. Brr, Bogor was so freezing. It was drizzling too.   

Besoknya saya merasa seperti setengah tidur.

The next day I felt like half asleep.

Sekolah diliburkan sehari tapi kantor saya kan enggak.

School gave one day off but not my office.

"Saya capek banget" kata saya waktu saya ketemu Andre akhir minggu itu. 

"I was so tired" I told Andre when we met that weekend.

"Tapi matamu bersinar sewaktu kamu menceritakan pengalamanmu jalan-jalan ke Ancol" dia tersenyum "Sinar yang sekian bulan ini hilang dari dirimu".

Photo courtesy to Santi Yrawati
"But your eyes shone when you told me about your trip to Ancol" he smiled "That shine was gone from you for months".

Dia meraih saya dalam pelukannya dan mencium saya "Saya gembira melihat kamu kembali ceria seperti ini. Sudah lama sekali saya tidak melihat kamu sebahagia ini". 

He embraced me in his arms and kissed me "I am happy to see you are cheerful like this. It's a been a while since I saw you this happy".

No comments:

Post a Comment