Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, March 13, 2017

Reach Out For The Stars

Memasuki semester kedua ini saya mulai menggeber anak-anak TK B karena harus membekali mereka dengan perbendaharaan kata-kata dalam bahasa Inggris sebelum mereka lulus TK dan melanjutkan ke SD. 

This semester I started to push the children in B class harder as I have to work on their English vocabulary before they graduate and enter elementary school.

Targetnya seratus kata. Entah bisa tercapai atau tidak. Soalnya dengar-dengar semester ini berakhir bulan Mei. 

The goal is one hundred words. I don't know if I can achieve it or not. I heard this semester will close in May.

Asal sebagian besarnya sudah tercapai sih lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.

If I can make most of it then it is better than none. 

Dalam proses menuju ke sana, inilah beberapa hal menarik yang mau saya share.

While on the way to achieve it, here are some interesting stuff I want to share. 


* * * * *

Perempuan lebih unggul dalam hal bahasa dibandingkan laki-laki.

Female is better in language than male.

Dari tahun ke tahun pengalaman saya mengajar bahasa Inggris membuktikan kebenaran pendapat itu.

My years of experience in teaching English has proved it.

Setiap Selasa saya memberikan mereka lima kata dalam bahasa Inggris untuk dihapalkan dan Selasa berikutnya saya memberikan mereka test untuk mengetahui apa mereka telah menghapalkannya.
 

Every Tuesday I give them five English words to be memorized and the next Tuesday I ran a test to see if they have memorized those words.

Dari test pertama (tanggal 31 Januari) sampai test terakhir (tanggal 7 Maret) nilai-nilai tertinggi sebagian besar diraih oleh anak-anak perempuan.

 

From the first test (31 January) to the last one (7 March) it is mostly the girls who get high scores.

Anak lelakinya baru mendapatkan nilai seratus pada test kedua dan pada test itu serta beberapa test berikutnya beberapa dari mereka mendapat nilai seratus karena mencontek.

The boys got one hundred score on the second test and on that test and the next tests few of them got that score because they cheated.

Aha..

* * * * *

Mencontek

Cheating

Ada fenomena menarik mengenai hal satu ini; orang tua tidak pernah mengajarkan mereka cara menyontek dan saya juga jelas tidak akan pernah mengajarkan hal demikian tapi anehnya anak-anak usia 5-6 tahun itu tahu bagaimana caranya.

There is an interesting phenomenon in this thing; parents never teach them how to cheat and I surely will never do that either but strangely those 5-6 year olds knew how to do that.

Mulai dengan cara melirik temannya yang duduk di depan, dibelakang atau disampingnya



It goes from peeking the friend who sit infront of behind him or her.

Ketika saya mengadakan test mengenai angka, beberapa dari anak-anak itu ada yang menyadari kalau di tembok kelas ditempelkan kartu-kartu angka yang dibawahnya tertulis bahasa Inggrisnya (wah, saya kalah pintar dengan mereka) sehingga asyik banget kan tinggal menyalin tulisan di kartu-kartu itu. 

When I ran a test about numbers some of those kids discovered this; there are numbers of cards stick on the classroom wall that written in English (man, they outsmarted me) so look how excited they were copying what is written on those cards to their test sheets. 

Cara terakhir yang saya pergoki adalah menulis kata-kata hafalannya di selembar tisu!

The last one I caught red handed is writing the words on a sheet of tissue!

Entah naluri atau terinspirasi oleh sesuatu yang pernah dilihatnya, yang pasti adalah lewat hal-hal ini terlihat bagaimana manusia tidak perlu belajar atau diajarkan mengenai perbuatan tidak baik karena semua sudah ada di dalam diri kita masing-masing. 

Whether it was instinct or inspired by something they have seen it before but one thing for sure is these things shown how human don't need to learn or be taught to do bad stuff as it is all reside in each of us. 


* * * * *

Bintang-Bintang

The Stars 

Sejak awal saya mengajar di TK tahun 2005 sampai 2011 lalu berlanjut kembali sejak September 2016, saya memberikan insentif untuk anak-anak TK B yang ulangan bahasa Inggrisnya mendapat nilai 80-100.  

From the first time I taught in kindergarten in 2005 to 2011 until my return to that post since September 2016, I give B class children incentive to those who get 80-100 score on their English test.

80-90 mendapat bintang perak.

80-90 rewarded with silver star.

100 mendapat bintang emas.

100 gets gold star.

Empat minggu kemudian saya menghitung berapa banyak bintang-bintang itu dan memberikan hadiah berdasarkan banyaknya bintang yang mereka peroleh.



Four weeks later I count how many of those stars and give them presents on the amount of stars they have earned.

Kenapa saya mau berpayah-payah melakukan hal itu dan mengeluarkan dana pribadi untuk membelikan mereka hadiah?

Why would I do that and spend my own money to buy them presents?

Saya ingin memberikan mereka rasa bangga atas hasil kerja mereka.

I want to give them the feeling of pride for their own work.

Saya terlalu sering melihat orang tua dan guru harus memaksa anak untuk belajar. Anak itu sendiri tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah belajar. Kenapa dia harus berjuang supaya lulus ujian dan bisa naik kelas.

I have seen it too often how parents and teachers have to force children to learn. The children themselves don't understand why do they have to study hard. Why do they have to struggle in order to pass the exam and get to higher grade.

Karena itu banyak anak melihat belajar sebagai beban. Kewajiban yang menyebalkan dan bahkan menakutkan. Sesuatu yang mereka lakukan bukan untuk diri mereka. Di mata mereka, mereka tidak merasakan kegunaan belajar dan merasa tidak mendapat keuntungan dari hasil belajar itu.

That is why many kids see studying as a burden. A suck obligation and even it is seen as terrifying. Something they do not for themselves. In their eyes, they don't feel the benefit of studying nor gaining anything out of it.

Kita sering mengatakan belajar supaya jadi pintar tapi anak-anak itu sebetulnya tidak terlalu peduli tentang kepintaran. Mereka hanya ingin mendapat pujian, pengakuan dan perhatian. 

We often say study makes you smart but those kids are actually don't care about being smart. They just want praise, acknowledgement and attention.

Jadi ketika saya memberikan mereka PR lima kata dalam bahasa Inggris, saya tidak mengumbar kata-kata; "kalian harus belajar supaya kalian pintar". Tidak. Saya mengatakan kalau pada mereka; "kalau kalian belajar dan bisa mendapat nilai ulangan 80, 90 atau 100, saya akan memberi kalian bintang dan setelah tabel bintang ini penuh saya akan memberikan kalian hadiah".

So when I give them five English words as their homework, I do not tell them; "you need to study to make you smart". Nope. I tell them; "if you study and you can get 80, 90 or 100 score on your test, I give you stars and after this star chart full I will give you presents".

Anak-anak itu ingin mendapatkan bintang dan karenanya mereka mau bersusah payah belajar.

Those kids want to get the stars and so they are willing to study hard.

Dengan cara ini saya menanamkan dalam diri mereka pengertian dan prinsip bahwa kalau kamu menginginkan sesuatu, kamu sendirilah yang harus berusaha untuk bisa mendapatkannya.

This way I instilled in them the understanding and principle that if you want something, you have to work to earn it by yourself.

Ketika mereka mendapatkannya, mereka akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan mengerti ini adalah hasil dari kerja keras mereka sendiri.

When they earn it, they will feel satisfaction, pride and understand that it is the outcome of their own hard work.

Penghargaan

Appreciation

Tugas murid adalah belajar.

A student's task is to study.

Tapi manusia tetap membutuhkan penghargaan.

But still human need appreciation.

Penghargaan tidak perlu dalam bentuk kebendaan atau uang. Penghargaan sejati ada dalam bentuk perhatian, pengertian, dukungan, perlindungan, keadilan yang tulus karena semua itu digerakkan oleh rasa kasih.

Appreciation doesn't have to come in material or money. True appreciation comes in the form of sincere attention, understanding, support, protection, fairness as each of them is moved by love.

Seorang murid yang mau mengerjakan tugas, yang mau mengerjakan PR, yang mau belajar perlu dihargai walaupun itu memang tugas dan kewajibannya, walaupun itu adalah bentuk dari 'balas jasa'nya kepada orang tua yang sudah membayar sekian ratus ribu atau sekian juta untuk menyekolahkannya.



A student who does his/her task, do homework and study needs to be appreciated eventhough it is his/her duty and obligation, eventhough it is his/her way to 'pay back' their parents for having paid hundreds of millions of money to send him/her to school.

Kenapa kita harus menghargai anak-anak kita untuk setiap perbuatan baik mereka? Kan mereka memang harus berbuat baik karena kita sudah mengajari mereka untuk berbuat baik.

Why should we appreciate our children for each good thing they have done? After all, they have to do good because we have taught them to do good.

Kenapa kita harus menghargai murid kita karena mereka mau belajar, tidak mencontek, tidak menjahati teman dan tidak membolos sekolah? Kan itu sesuatu yang mereka harus lakukan. Mereka harus ikut aturan sekolah. Tidak mau patuh, mereka sendiri yang rugi.

Why should we appreciate our students for their study, for not cheating or do bad stuff to their classmate and not cutting school? Isn't it something they need to do? They must follow school's regulation. It's their loss if they disobey. 

Kenapa kita harus menghargai karyawan atau pembantu kita untuk setiap pekerjaan serta pengorbanan mereka? Kan mereka dibayar untuk itu. Kan mereka butuh pekerjaan ini, kan mereka butuh uang. 

Why should we appreciate our employees or our maids for every work and sacrifice they made? They are paid to do those things. They need this job, they need the money.

Ah, kenapa kita harus melakukannya? Ini adalah tentang psikologi.

Ah, why do we need to do that? It's a psychology thing.

Berdasarkan pengalaman dan perasaan saya sebagai seorang karyawan yang sangat dibutuhkan tapi juga sangat diremehkan, saya mengatakan begini; kalau kamu ingin seseorang menjadi lebih baik, berusaha lebih giat, rela berkorban, dengan tulus mengasihi dan setia kepadamu.. hargailah orang itu.

Based on my own experience and feelings as a badly needed employee but also a badly underestimated one, I tell you this; if you want somebody to be a better person, willing to work hard and make sacrifices, sincerily love and loyal to you.. appreciate that person.

Saya menerapkan hal ini pada murid-murid saya.

I apply this to my students.

Lewat cara ini pula saya ingin menginspirasi mereka untuk melakukan hal yang sama pada sesama mereka.

I also want to inspire them to do the same to others.


* * * * *

Kamu bukan orang yang gagal, nak

You are not a failure, kiddo

Dunia ini tergila-gila pada keberhasilan. Dunia tidak berpihak pada mereka yang lemah, yang gagal, yang kacau, yang berbeda.

This world is crazy about success. The world does not take side to those who are weak, fails, screwed, different.

Manusia membandingkan, mereka mencela, menuding, menuduh tanpa mau mengerti, tanpa mau repot menolong, tanpa mau ikut mencarikan jalan keluar.

Humans make comparison, they scorn, point their fingers, accusing without giving any understanding, without bother to help, without willing to find the solution.

Manusia mengatakan; hei, kesalahanmu ada di sini, di sini dan di sini. Perbaiki itu. Carilah jalan keluarnya sendiri atau kamu keluar dari sini.

Humans say; hey, you make errors here, here and here. Fix it. Find your own solution or your out of the league.

Saya tidak mau menghancurkan murid-murid saya. Saya telah dan saat ini sedang mengalami bagaimana orang-orang tertentu berusaha menghancurkan saya. Saya tidak akan melakukan hal yang sama pada murid-murid saya.

I don't want to destroy my students. I have and at this present time am having certain people who are trying to destroy me. I won't do the same to my students.

Dari dua puluh empat anak TK B ada beberapa yang sepertinya sulit dan mungkin bahkan tidak akan pernah bisa mendapat nilai di atas 50.

Of the twenty four children in B class there are few who seem hard and even impossible to earn higher than 50 on their scores.

Tidak, mereka bukan anak-anak yang gagal.

No, they are not failures.

Kelemahan di satu pelajaran bukan berarti mereka gagal dalam semua pelajaran.

A weakness in one subject doesn't mean they fail in all class.

Kegagalan dalam satu aspek bukan berarti gagal dalam segalanya di dunia ini.

Failing in one aspect doesn't mean failing in everything in this world.

Ada banyak penyebab kenapa seseorang tidak bisa menjadi sebaik orang lain. 

There are many reason why a person can't be as good as others.

Bisa karena dia tidak berada di tempat atau di bidang yang sesuai dengan bakat, minat serta kemampuannya. 

Maybe because that person is not in the place or in the field that matched with his/her talent, interest and ability.

Bisa juga karena dia tidak ditangani dengan cara yang tepat atau oleh orang yang tepat. 

Maybe because that person is not handled in the right way or by the right person.

Bisa juga karena faktor seperti kondisi kesehatan atau konflik pribadi.

It may because of health condition or personal conflicts.

Anak-anak TK B yang nilainya jeblok ini bukanlah anak-anak yang gagal. Saya tidak melihat mereka gagal dalam bahasa Inggris. 

These B class kids who flunk in their scores are not failures. I don't see them fail in English.

Penyebab nilai mereka jeblok mungkin karena mereka belum sempurna dalam mengenali huruf atau mungkin karena mereka memerlukan metode menghapal yang berbeda atau karena lingkungan kelas yang ramai mempengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi sehingga semua yang sudah dihafalkan hilang dari otak atau karena merasa diri tidak mampu, takut, ragu, tidak percaya diri, takut berbuat salah.



The reason they flunk maybe because they have not completely skilled in their ABC's or maybe they need a different way of learning or the noisy classroom effected their concentration that just blanked their brain or maybe because they feel weak, afraid, have doubt, low selfesteem, afraid to make mistake.

Tidak semua guru punya waktu dan kesabaran untuk menghadapi anak-anak seperti ini.

Not all teacher has time and patience to deal with this kind of kids.

Itu tantangan yang sama buat saya. Waktu saya terbatas. Satu jam mengajar harus dibagi dalam sesi mengulangi PR mereka sebelum test, membagi kelas itu menjadi dua bagian ketika mengikuti test, memberikan mereka PR baru, mengecek apakah mereka telah menuliskan PR itu dengan benar di buku masing-masing dan menuliskan catatan untuk orang tuanya mengenai kapan dan materi untuk test berikutnya.

I face the same challange. I have limited time. One hour to be splitted into the time when I must refresh them before running the test, split the class in two groups, run the test, give them new homework, check if they have written it correctly in their books and write note for their parents about when and what subject for the next test.

Tapi tidak adil kalau saya tidak memberi kesempatan bagi mereka yang nilainya jeblok untuk saya pelajari apa yang membuat mereka sulit mendapat nilai lebih baik.

However, it is unfair if I don't give those who flunk their scores chance for me to see what has made them can't get better score.

Karena itu setiap empat minggu sekali biasanya saya menyisihkan waktu khusus untuk mereka. Mengulangi lagi kata-kata hafalan, menuntun mereka menghapal dan menjalankan test khusus untuk mereka.

It is why in every four weeks I spare special time for them. Reviewing the words I have given them for their homeworks, help them memorizing those words and run special test for them.

Intinya bukan tentang memperbaiki nilai. Ini lebih untuk memberi mereka kesempatan dan menolong mereka ketika mereka berusaha memperbaiki nilai mereka serta memberi mereka rasa bahwa mereka juga bisa dan bahwa mereka bukan orang yang gagal.

The point is not about fixing the score. This is more to give them a chance and to help them when they try to fix their scores and to give them the feelings that they can and that they are not failures.

4 comments:

  1. Jadi inget pas anak-anak saya masih TK. Biasanya mereka seneng banget kalau dikasih bintang ma gurunya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senengnya pake banget mbak myra :) anyway, tq sdh mampir & buat komennya

      Delete