Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, July 20, 2016

No Big Deal

Karena sepanjang Juni tema postingan saya adalah tentang blogging jadi ada banyak hal di bulan Mei dan Juni itu sendiri yang belum ditulis. Jadi itu sebabnya postingan di bulan Juli ini temanya adalah postingan yang terlambat diposting.

Since I made blogging as the theme in June so there are things in May and June itself that have not yet written. It is why the theme for July is belated post.

*  *  *  *  *

Beberapa waktu lalu seorang teman saya di facebook mengomentari foto saya; masa sih mereka bikin kamu jijik?

A little while ago a facebook friend commented on my photo; how could they possibly disgust you?

Ya iya buat kamu ga ngejijikin karena kamu suka sama reptil.

Yeah it is not disgusting for you since you love reptile.

Tapi buat orang awam, terutama perempuan, reptil itu menjijikan dan mengerikan, tahu..

But for ordinary people, female especially, reptiles are disgusting and scarry, y’know..

Dulu saya juga ga ada beda dengan mereka. Gara-gara saya temenan sama Vincent yang seminggu sekali muncul di kantor saya dengan membawa hewan peliharaannya, jadilah saya berkenalan dengan yang namanya tokek hias, buaya, ular, biawak, musang.


I was no different with them. It’s all because of my friend Vincent who comes to my office once a week bringing with him his pets and so I get to meet personally with lizard, crocodile, snake, weasel.

Buat Vincent, binatang-binatang seperti itu tidaklah luar biasa tapi buat saya awalnya bikin merinding. Tapi lama-lama saya kepingin juga megang dan akhirnya jadi terbiasa juga, malah setiap dia muncul, saya dengan antusias menunggu binatang apa yang akan dia keluarkan dari ranselnya.

For Vincent those are no big deal animals but the first time they did raise the hair on my neck. But then I wanted to touch them and I get used eventually, later everytime he shows up, I wait enthusiastically to see the animal he is taking out from his backpack.

Tapi sementara saya sudah terbiasa dengan binatang-binatang itu, ternyata tidak demikian dengan orang lain dan umumnya jangankan kepingin megang, dekat-dekat aja mereka ogah.


However, while I have get used with those animals, it is a different thing for other people who mostly wouldn’t even think of get near of them.

*  *  *  *  *

Beberapa minggu lalu rekan saya menceritakan tentang kelakuan minus dari beberapa orang tertentu.

Few weeks ago my colleague told about some people’s upsetting behavior.

Reaksi dari yang mendengar?

How did the listeners react?

Yang seorang dari mereka mengatakan begini; “Ya sudahlah, kita maklumi saja. Mereka masih anak-anak”

One of them said this; “Well, we need to go easy on it. They’re just kids”

Rekan saya itu, saya dan beberapa rekan lainnya diam tapi ketika tinggal hanya kami saja, hal itu menjadi satu dari sekian banyak yang kami bicarakan.

My colleague, me and other colleagues were quiet but when there were just us, that particular topic became one of the things we talked.

“Kok bisa ya dia ngomong gitu?” rekan saya tertawa tapi juga terlihat bingung “Kelakuan begitu kok dibilang dimaklumi aja. Lagian anak-anak apaan? Emang dikata mereka itu anak umur 5 tahun apa??”

“How could he talk like that?” my colleague laughed but at the same looked puzzled “How could he say go easy to that kind of behavior? Kids? Give me a break. Are they a bunch of five year olds?”

Saya ngakak “Yah, begitulah menurut orang itu”

I bursted out my laugh “Yep, so that’s what the dude thinks”

Malamnya saya menceritakan kasus itu pada Andre. Saya kepingin tahu bagaimana pendapatnya.

I told Andre about it in the evening. I wanted to know what he thought about it.

Dia diam. Menarik napas. Ditatapnya saya. Matanya bersinar kocak.

He went quiet. Took a breath. Stared at me. His eyes shone funnily.

“Kalau saya datang ke rumahnya persis ketika dia sedang makan siang” pelan-pelan dia berkata tapi dengan cengiran lebar “Lalu setelah saya dipersilahkan masuk, tanpa bilang apa pun, tanpa permisi, saya langsung ke ruang makannya, mengambil piring dan sendok, kemudian mengambil makanan dan duduk di meja makannya lalu makan. Nah, saya pingin tahu dia bakal bilang apa”

“If I came to his house when he is having lunch” he slowly spoke but grinned broadly “After I was let inside, without saying a word, without asking for permission, I went straight to the diningroom, took a plate and a spoon, took the meals and sat on his dining table and ate it. I wonder what he would say about it”

Saya melongo tapi detik berikutnya pecahlah tawa saya.

I was stunned but the next second I just bursted my laugh out loud.

“Dasar sinting!” saya tertawa sampai sakit perut karena benar-benar membayangkan Andre melakukan hal itu dan membayangkan muka orang yang berkata harap maklum itu.

“Nuts!” I laughed until I hurt my stomach as I really pictured Andre did those things and to imagine the face of the person who said go easy with it.

“Saya pingin tahu, apa dia akan mengatakan; ah, harap maklumlah, ada bule gila masuk rumah saya” Andre ikut tertawa.

www.123rf.com
“I wonder, would he say; just go easy with it, a crazy pale face just entered my house” Andre laughed.

“Atau dia akan bilang yah, maklumin aja, kan masih anak-anak”

“Or would he say, relax, it’s just a kid”

Saya tidak bisa berhenti tertawa. Ya ampun.. sampai keluar air mata, tahu.. hehe.. Soalnya Andre itu tergolong manusia serius, jarang konyol-konyolan seperti saya tapi sekalinya dia konyol.. konyolnya tidak terduga dan itu yang bikin jadi lucu banget.

I just couldn’t stop laughing. Man.. I laughed so hard until tears came out of my eyes.. lol.. Andre is a serious type of guy, he rarely say or do silly stuff unlike me but once he did that.. it was unexpected and that what makes it so funny.

“Anak-anak dari mana?” saya menarik telinganya “Brewokan begini, ubanan pula”

“Kids my ass” I pulled his ears “With all your beard and grey hair too”

Dia tersenyum dan tiba-tiba merengkuh saya ke dalam pelukannya.

He smiled and suddenly grabbed me to his arms.

“Dan kamu adalah bayi saya” bisiknya lalu menunduk dan mencium saya.

“And you are my baby” he whispered, bowed down and gave me kisses.

Mmmm…

*  *  *  *  *

“Tapi elo ga bakal mundur kan, Ke?” sahabat saya menatap saya dengan cemas “Lo bakal tetap bantuin gue kan? Kita justru harus tetap maju”

“But you won’t back off, right, Keke?” my bestfriend looked worried as she stared at me “You still assist me, right? We should keep going”

“Iyalah” jawab saya tegas “Ga segampang itu bikin gue mundur”

“You bet” I said firmly “It’s not that easy to make me back off”

“Bagus, kita tunjukkin ke dia, kita pantang mundur”

“Good, we show her that we’re unstoppable”

Sore itu kami bertemu untuk membicarakan materi yang akan kami sampaikan dan di antara sekian banyak yang kami obrolkan, terselip juga mengenai hal tidak menyenangkan yang saya alami.

We met that afternoon to talk about the material we were going to present and of all the many things we talked, my unpleasant experience was one of them.

“Wah, gue ga nyangka” sahabat saya tampak heran tapi juga terpukul setelah membaca pesan-pesan whatsapp dari seseorang untuk saya “Kok bisa ya?”

“I am completely surprised” my bestfriend looked amazed but also shocked after read the whatsapp messages that were sent to me by somebody “How could that possible?”

“Yah, ada banyak manusia aneh” saya nyengir “Ini seorang dari mereka”

“Well, there are many freaks” I grinned “This is one of them”

 Dia diam tapi kemudian menatap saya dengan tatapan seperti merasa bersalah.

She was quiet but then she stared at me with guilt look on her face.

“Apa karena gue ya?”

“Is it because of me?”

Saya mengangkat alis. Bingung. Emangnya lo bikin apa?

I raised my eyebrows. Puzzled. What did you do?

“Beberapa hari sebelumnya gue ketemu sama dia” sahabat saya bercerita “Dia tanya gimana presentasi gue dan gue ceritalah dengan penuh semangat soal kolaborasi kita bertiga”

“I met her few days ago” my bestfriend shared the story “She asked how was my presentation and I excitedly told her about the three of us collaborated on it”

Dia berhenti. Kami bertatapan.

She paused. We stared at each other.

“Gue cerita tanpa maksud apa-apa, Ke” lanjutnya “Gue lagi girang banget karena gue dapat bantuan dari elo berdua. Nah, gue ceritain deh ke dia soal presentasi kita”

“I just told her about it, Keke, there was no catch” she continued “I was so happy to get you guys assistance. So, I told her about our presentation”

Saya menghela napas “Kalau memang benar dugaan kita mengenai latar belakang sampai dia menuliskan kata-kata menyakitkan hati itu dalam pesan-pesan whatsappnya ke saya.. maka apa yang menurut kita hanyalah bercerita tentang kebahagiaan dan kelegaan karena presentasi kita berjalan dengan lancar, itu karena hati kita lurus-lurus saja dan kalau si pendengar juga punya hati yang sama dia akan menerimanya dengan baik”


I took a breath “If we had same thought about the background that made her wrote those hurting words in her whatsapp messages to me.. then what we thought as just a story about our happiness and relief for having our presentation gone well, it is because we didn't have any bad thoughts in our minds and if the person who listened to it had the same mind then she would well accept it”

“Sori, Ke” sahabat saya tampak menyesal. Dia merasa gara-gara dia bercerita tentang kegembiraannya untuk kolaborasi kami pada seseorang telah akhirnya membuat saya akhirnya harus menerima kata-kata jahat dari orang itu.

“I am sorry, Keke” my bestfriend looked guilty. She felt her happy story about our collaboration to somebody has ended up by me received mean words from that person.

“Ah, sudahlah” saya tertawa “Ada koleksi banyak manusia aneh disini, ketemu satu manusia aneh lagi ga bakal bikin gue mati”

“Nah, just cool” I laughed “There are many collection of freaks in here, one more freak won’t kill me”

*  *  *  *  *

Semua adalah tentang persepsi.

Everything is about perception.

Apa yang oleh seseorang dipandang sebagai hal ‘maklumin aja deh’ belum tentu demikian adanya dalam pandangan orang lain.

A thing may be seen as “go easy with it” by somebody but it’s not seen that way by others.

Seperti pada ilustrasi pertama. Buat para pencinta reptil, hewan seperti ular, kadal dan buaya dilihat sebagai hewan menarik, eksotis. Tapi orang-orang yang tidak suka reptile melihat hewan-hewan itu menjijikkan dan menakutkan.

Take the first illustration. For reptile lovers, snakes, lizzards and crocodiles are seen as interesting, exotic animals. But people who  dislike reptile see those animals disgusting and scarry.

Persepsi bisa dirubah.

Perception can be changed.

Vincent bilang karena itu perlu pendidikan dan sosialisasi untuk menghilangkan pandangan negatif orang awam pada hewan reptil.


Vincent said it is why common people need to be educated and be socialized with reptile to get rid their negative opinion on it.

Ya, dia sukses melakukan hal itu ke saya tapi mayoritas orang awam lainnya yang ada di tempat ini tidak merubah pandangan mereka tentang reptil.

Yes, he has succeedly done that to me but most people here don’t change their perspective about reptile.

Kok saya bisa berubah dan yang lain masih juga tidak berubah?


Howcome I could change and others still can't?

Yah, kita harus mengerti bahwa setiap orang punya kepribadian berbeda.

Well, we must understand that every people has different personality.

Ada yang berpikiran terbuka, sementara yang lain tidak mau keluar dari zona nyamannya.

There are those with open minds, while others refuse to get out of their comfort zone.

Ada yang berpikir mungkin pandangan orang lain benar, tapi ada yang bersikukuh berpendapat dirinyalah yang paling benar.

There are those who think maybe others are right, but there are people who think they can do no wrong.

Jadi bergembiralah untuk mereka yang bisa berubah dan jangan berkecil hati menghadapi mereka yang ogah berubah. Untuk golongan yang terakhir ini mungkin perkara waktu atau mungkin juga mereka memang tidak akan berubah, dan kalau memang demikian adanya, hal itu bukanlah kerugian kita.

So be happy for those who can change and don’t be discouraged by those who refuse to change. The last type may need more time or they probably won’t change forever, if this is the case, then we’ve got nothing to lose.

*  *  *  *  *

Tapi di sisi lain, pemikiran atau pandangan ‘maklumin aja deh’ atau ‘perkara kecil’ bisa menggambarkan tentang ketidakpedulian orang.

But in other hand, this ‘go easy with it’  or ‘no big deal’ mind or perspective sometimes tells about people’s ignorance.

Kalau bukan dirinya atau keluarganya yang menerima penghinaan atau mengalami kesusahan, dia akan anggap enteng penderitaan atau sakit hati orang yang menerima penghinaan atau kesulitan.

If it is not him/herself or his/her family who got insulted or going through hardship, this kind of person will take other people’s pain or heartache as a no big deal.

Semua ini tergantung pada kemampuan manusia untuk berempati pada sesamanya.

It all depends on people’s ability to have empathy to their fellow human.

Apa sih empati itu?

What is empathy?

Empati adalah saat seseorang bisa menempatkan dirinya pada posisi orang lain, ketika dia bisa membayangkan gimana ya rasanya kalau dia yang ada di tempat serta di posisi orang lain dan mengalami apa yang terjadi pada diri orang lain tersebut, mendengar atau melihat apa yang didengar atau dilihat oleh orang lain itu.

Empathy is when a person can place him/herself in other person’s shoes, when that person can imagine how it feels if he/she were in the place and in position of other person and experience the things other person has experienced, to hear and see what other person hears or sees.

Kemampuan empati diajarkan dan dilatih dari kanak-kanak.

Empathy is taught and trained since childhood.

Mereka yang kadar empatinya kecil atau sama sekali tidak ada mungkin kurang mendapatkan pengajaran dan latihan dari kanak-kanak atau mungkin karena dibesarkan oleh orang-orang yang memang sama sekali tidak memiliki rasa empati.

Those who have small amount of empathy or have nothing at all may get less education or training when they were children or raised by people who had no empathy at all.

Bisakah mereka berubah?

Can they change?

Tergantung dari sikon dan nurani.

It depends on situation and consciousness. 

Menurut saya, seseorang sulit berempati kalau dia merasa dirinya terlalu kuat karena memiliki hal-hal yang membuatnya lebih dari orang lain.

I think a person has difficulty to have empathy if he/she feels as a tough guy because of the things he/she has that makes him/her superior than others.

Anehnya seringkali orang-orang susah, lemah, miskin, penyakitan dan tidak berpendidikan mempunyai kadar empati lebih besar terhadap sesamanya.

It is strange that oftenly people who have many troubles, weak, poor, sick and uneducated have bigger empathy level for others.

Amazing, isn't it? but it's true

No comments:

Post a Comment