Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, April 16, 2016

Read Only

Minggu lalu saya sempat dibuat kebat-kebit dengan satu orang karena pesan whatsapp, sms, email dan telpon saya tidak dijawab.

Last week somebody drove me nearly crazy for not replying my whatsapp and text messages nor my email and phone calls.

Padahal saya sangat membutuhkan konfirmasinya karena hari Minggu dia akan bertugas.

image: www.123rf.com
I needed her confirmation badly because she would be on duty on Sunday.

“Ini orang kemana sih?” pikir saya gemas “Apa dia lagi sibuk banget, pelupa, kagak punya pulsa, kagak mikir ini perlu dibalas, nganggap ini ga penting atau dia lagi marah ke saya? Ngambek? Ngediemin saya? Atau lagi keluar kota? Keluar negeri? Keluar angkasa? Hpnya rusak atau dicolong? Atau lagi sakit? Koma di ruang ICU?”

“Where the hell is she?” I thought agitatedly “Is she very busy, forgetful, running out of mobile credit, does not think it needs to be replied, consider it unimportant or is she upset to me? Turn icey to me? Don’t wanna speak to me? Or is she out of town? Go overseas? Go outer space? Is her cellphone broke down or stolen? Or is she ill? Coma in the ICU?”

Saya senewen kayak orang gila sampai akhirnya saya berdoa dan saya dengar suara Tuhan menjawab lembut “Dia akan datang hari Minggu, jangan khawatir, Keke”

I was so damn nervous that I finally prayed about it and I heard God gently answered me “She will be there on Sunday, don’t worry, Keke”

Itulah yang terjadi.

It really happened.

Saya menghampirinya dan tanpa menunjukkan atau mengatakan keheranan serta kedongkolan saya atas diamnya dia, saya berkata “saya tidak bikin print outnya. Mudah-mudahan kamu sudah print sendiri di rumah”.

I went to her and without showing or saying my curiosity and upsetness for her silence, I told her “I didn’t make any print out so I hope you have printed it at home”

“Oh iya” dia menengok sejenak ke saya “Aduh, mana semalam yahoo susah dibuka” lalu dia kembali mengobrol dengan orang yang berdiri didepannya.

“Oh yes” she looked at me for a second “Man, yahoo was having trouble to login last night” she then resumed her conversation with the person infront of her.

Tidak ada kata terima kasih atau maaf diucapkannya.

There was no thank you nor sorry from her.

Tanpa berkata apa-apa saya juga meninggalkannya. Kembali ke ruang kerja saya. Membawa sejuta pikiran. Tersenyum sendiri saya ketika sebaris kalimat muncul dibenak saya “Manusia Read Only”.

I too left her without saying a word. Went back to my office. Taking millions of thoughts in my head. I smiled quietly when a line popped in my mind “Read Only Person”.

Satu lagi pengalaman.

Another experience.

Pengalaman untuk dituliskan di blog.

An experience to be written in the blog.

Bukan untuk mendiskreditkan orang. Semata untuk berbagi pengalaman. Supaya mereka yang membaca blog ini bisa belajar dari pengalaman saya.

Not to discredit anyone. Just sharing the experience. So whoever reads this blog can learn from my experience.

*  *  *  *  *

“Dulu ibu saya selalu nyuruh saya buat nulis ucapan terima kasih” tiba-tiba terdengar suara Andre dari belakang.

“My mom used to ask me to write thank you letters” suddenly I heard Andre’s voice from my back.

Kaget, saya menoleh dan melihat dia berdiri dibelakang saya.

Surprised, I looked back and saw him stood behind me.

“Aduh, kirain kamu lagi nonton tv” kata saya.

“Man, I thought you were watching tv” I said to him.

Dia menunduk, mencium saya dan berbisik “Saya lapar. Mau roti pakai selai kacang?”

He bowed down, kissed me and whispered “I’m hungry. Wanna peanut butter sandwhich?”

“Mau banget” saya menciumnya “Terima kasih”

“Yes, please” I kissed him “Thanks”

Saya memperhatikan dia membuka lemari makan, mengambil roti, selai kacang, mentega dan pisau.

I stared at him while he opened the kitchen cabinet, took the bread, peanut butter, butter and knife.

“Apa maksudmu tadi dengan ibumu selalu nyuruh kamu nulis ucapan terima kasih?” tanya saya karena tiba-tiba teringat pada ucapannya.

“What do you mean your mom always told you to write thank you letters?” I asked him as I suddenly remember the things he said earlier.

“Setiap kali saya menerima hadiah ulang tahun, hadiah natal atau pemberian dari siapa pun, dia selalu menyuruh saya segera menulis surat untuk mengucapkan terima kasih” Andre membuka kulkas, mengambil keju dan menatap saya “Keju?”

“Everytime I got birthday present, Christmas present or gift from somebody, she always told me to write thank you letter” Andre opened the fridge, took the cheese and looked at me “Cheese?”

“Ya” saya nyengir. Roti selai kacang dengan keju.. mmm.. Terima kasih, Tuhanku sayang, sudah sembuhin perut saya.

“Sure” I grinned. Peanut butter sandwhich with cheese.. mmm.. Thank you, dear Lord, for healing my stomach.

Dia duduk, mulai mengolesi roti dengan mentega, selai kacang dan menaruh lembaran keju diatasnya. Saya memperhatikannya. Menunggu dengan sabar kelanjutan kata-katanya.

He sat down, smeared the bread with butter, peanut butter and put slices of cheese on each of the bread. I watched him. Waiting patiently for what he’s got to say.

“Waktu selintas saya baca tulisanmu itu, saya jadi ingat sama ibu saya” dia menatap saya “Dia selalu mengingatkan saya untuk menghargai orang. Untuk memberi respon”

“When I slightly read your writing, I just remembered my mom” he looked at me. “She always reminded me to appreciate people. To give respond”

Saya tersenyum. Diberkatilah ibunya untuk memiliki kebijaksanaan seperti itu.

I smiled. Blessed be his mom for having that kind of wisdom.

“Dia memberikan contoh” Andre memotong-motong roti “Setiap kali kami pulang setelah menghadiri pesta atau makan malam, dia pasti akan duduk dan mulai menulis surat untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang mengadakan acara itu”

image: www.123rf.com
“She set example” Andre sliced the bread “After we attended a party or dinner, she would sit down and started to write thank you letter to the host”

Dia bangun untuk mengambil piring “Jaman kita dulu alat komunikasi tidak secanggih sekarang kan jadi kita pakai surat”

He got up to take some plates “Back then communication gadgets were not as cool as today so we wrote letters”

“Jaman semakin maju tapi yah, nilai-nilai baik malah merosot” dia menaruh roti diatas piring dan menyerahkannya ke saya “Merespon adalah cara sederhana untuk menyatakan penghargaan kita”

“It is getting sophisticate now but well, good values are degrading” he put the bread on plate and handed it to me “Giving respond is a simple way to express our gratitude”

“Terima kasih, sayang” saya menciumnya “Kalau saya ga bisa habisin..”

“Thank you, baby” I kissed him “If I can’t eat this all..”

“Makanlah sambil kita ngobrol dan kamu ngerjain draft itu” dia menepuk pipi saya “Kamu harus makan buat bikin badanmu kuat lagi. Saya ga mau lihat kamu pucat, kurus, jelek, tau, jadi kayak nenek-nenek”

“Eat it while we talk and you work on that draft” he patted my cheek “You have to eat to make your body gain its strength. I don’t wanna see pale, skinny, you look ugly, don’t you know? You look like an old woman”

Saya tersenyum. Alangkah nyamannya mendengar dan melihat orang memberikan respon. Kalau anda membaca postingan saya yang berjudul Remember Gethsemane, anda akan mengerti bagaimana perasaan saya ketika saya sakit dan orang-orang di kantor.. yah.. mereka cepat sekali merespon kalau saya melakukan kesalahan tapi ketika saya melakukan semuanya dengan benar dan ketika saya sakit.. bagi mereka saya hanyalah mahluk astral.

I smiled. It is so comforting to hear and see somebody responds. If you read my post, Remember Gethsemane, you will understand how I felt when I fell ill and the people at work.. well.. they are quick to respond to my errors but when I do things right and when I fall ill.. to them I am an invisible creature.

Demikian pula yang saya rasakan ketika orang yang saya kirimi pesan sms, whatsapp, email dan telpon tidak merespon.

The same feeling when the messages I sent to someone through whatsapp, sms, email and phone were left unresponded.

*  *  *  *  *

“Maaf, smsnya baru dibalas”,

“Sorry, I just reply your text message”,

“Aduh sori, baru buka whatsapp sekarang”,

“Man, sorry, I just have checked my whatsapp”,

“Maaf, telpon ga diangkat. Tadi lagi mandi”

“Sorry, didn’t answer the phone. I was on the shower”

“Sori, emailnya telat dibalas. Lagi sibuk banget jadi baru bisa balas sekarang”

“Sorry, the email wasn’t replied promptly. So wrapped up with work, just got the time to reply it now”

Itu respon saya kepada pengirim pesan-pesan yang terlambat saya balas atau pada orang yang menelpon saya tapi telponnya tidak terjawab oleh saya.

Those are my respond to anyone who sent me messages that I couldn’t reply promptly or to anyone who called me but the call left unanswered.

Respon yang sederhana dan jujur itu biasanya menenangkan kegelisahan orang.

Simple and honest respond usually enough to calm down people’s anxiety.

Ada respon yang bikin saya senyum-senyum sendiri.

There is a respond that made me smiled.

Sekali waktu saya menghubungi seseorang lewat sms dan telpon tapi tidak pernah direspon. Jadi saya hubungi istrinya. Ternyata, yah, sama aja mentoknya.

I once contacted somebody through text message and phone call but got no respond. So I tried to reach his wife. Well, it was the same dead end.

Tepat ketika saya sudah menyerah, saya menerima sms ini.

Sorry, Keke.. sorry just replied your text message.
I ran out of phone's credit. yes, he can. I have informed him.
Sorry he didn't reply yesterday because he probably was in a meeting,
while I turned off my phone. Thanks. God bless you
Right at the time I have given up, I received this text message.

Sederhana dan jujur sekali tapi saya sangat lega karena dia sudah konfirm dan yang paling penting adalah karena dengan respon itu dia tidak membuat saya mengajukan seribu pertanyaan seperti pada contoh kasus pertama yang saya tulis diatas tadi.

Simple and so honest but I was so glad to have her confirmation and most importantly is her respond made me not having thousand of questions just like in the first case that I have written above.

Yang pasti saya tidak merasa tidak dihargai seakan saya ini mahluk astral.

One thing for sure is I don’t feel being unappreciated as if I were an invisible ghost.

*  *  *  *  *

Jangan mengira ‘manusia read only’ itu adalah orang-orang yang rendah pendidikannya, tingkat intelegensianya rendah atau dari golongan masyarakat bagian bawah.

Don’t assume the ‘read only people’ are low educated, low in intelegence or come from low level of society.

Rata-rata yang saya temui adalah mereka yang pendidikannya jauh lebih tinggi dari saya, jauh lebih pintar dan dari golongan menengah ke atas.

The ones I met are mostly have high level of education, higher than mine, smarter than me and come from middle to high level in the society.

Mereka yang serba biasa saja malah lebih punya pikiran dan kepekaan terhadap perasaan orang lain.

Truth is the average ones are more mindful to other people’s feelings.

Benar kata Andre, semua bergantung dari kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua pada anak dan tentunya kembali pada anak itu sendiri apakah kebiasaan itu akan dia bawa terus atau hilang ditengah jalan.

Andre is right, everything depends on the values instilled by parents to a child and certainly it depends on the child whether he/she will keep the values or lost in along the way.

*  *  *  *  *

Tapi memang ada orang dengan tipe kepribadian tertentu yang terlahir dengan pembawaan untuk menjadi ‘manusia read only’. Jadi bukan karena mereka tidak punya kepekaan atau tidak bisa menghargai perasaan orang lain.

However, there are people born having this type of personality that turns them into ‘read only people’. So it is not because they are insensitive or can not appreciate other people’s feelings.

Contohnya seorang senior saya yang menjawab pesan sms atau whatsapp dengan cara menelpon.

Take my senior as an example, he answers text or whatsapp messages by calling the sender.

Kenapa begitu? Karena dia merasa lebih enak kalau ngomong langsung. Mungkin karena dia tidak sabaran kalau harus ngetik jawaban panjang-panjang.

Why? Because he feels comfortable to talk directly. Maybe he is impatience to type long answer.

“Kamu tuh kayak anak-anak saya” katanya sekali waktu sambil nyengir lebar “Pada bisa ngetik pesan panjang-panjang. Saya ga bisa, tau. Enakan nelpon”

“You are just like my kids” he said, grinned broadly “They can type long messages. I can’t, y’know. It is better to call”

Nah, karena sudah ada pemberitahuan seperti itu saya jadi tidak berpikir negatif kalau dia tidak ada respon darinya untuk sms atau pesan whatsapp saya.

Since he has let me know why he is unresponsive toward my text or whatsapp messages, it prevents me of having negative thoughts.

Tapi kadang-kadang saya juga suka kesal karena dia tidak ada bunyinya. Di telpon juga tidak menjawab. Kalau sudah begitu, saya akan mengirim pesan whatsapp singkat “Bapaaaakkkk!!”

image: www.123rf.com
Still sometimes it upset me when he went silent. My call left unanswered. Whenever it happens like that I send him short whatsapp message “Sirrrrr!!”

Pasti deh dia akan menelpon dan begitu saya mengangkat telpon yang terdengar adalah “Apa, bawel?” atau “Bawel, bawel, bawel” dan saya cekikikan mendengarnya.

He is definitely calling me right away and once I picked up the phone he is blurbing out “What is it, you noisy little thing?” or “Noisy, noisy, noisy” and it makes me giggle.

Nah, asyik kan kalau ketemu sama manusia tipe read only kayak gitu yang ga bikin hati jadi murang-maring.

So, isn’t it cool to have a read only person like that who won’t drive me insane.

Atau contoh lainnya; teman saya yang juga tipe manusia read only pernah bilang ke saya “Kalau ga ada berita dari saya, itu artinya semua ok”

Or other example; a friend of mine who is the read only person once told me “If you hear nothing from me, it means everything is ok”

Kan enak dong kalau sudah dikasih kode kayak gitu jadi saya ga pegel hati nungguin konfirmasi dari dia.

It is nice to be given such a code so I don’t have to get pissed waiting for his confirmation.

*  *  *  *  *

Sayangnya tidak semua manusia read only seperti dua contoh diatas itu. Mayoritas sih tega diam saja biar pun pesan sms atau whatsapp bertebaran, telponnya menampilkan pemberitahuan ada miscall.

Too bad not all read only people are like those two in the above examples. Many have the heart to ignore the text or whatsapp messages, able to stay ignorant though there is miscall notification.

Efeknya jadi tidak baik.

It creates bad effect.

Kira-kira enam bulan yang lalu kepada seseorang saya menyampaikan hal-hal yang mengganggu bagi saya dengan keinginan supaya kami bisa mencari jalan keluarnya.

About six months ago I let somebody knew about the things that bothered me, hoping we could find some solution.

Saya menunggu, menunggu dan menunggu.

I waited, waited and waited.

Tidak ada respon sama sekali.

There was no respond at all.

Saya kembali menanyakan tapi sepertinya dia menutup telinga terhadap saya.

I did ask him about it but it seemed he turned deaf to me.

Sampai akhirnya saya kehilangan kesabaran.

I lost my patience eventually.

Saya bingung, kecewa, marah, sedih, sakit hati.

It confused, disappointed, angered, saddened, hurt me.

Bahkan setelah saya mengambil keputusan itu.. saya masih berharap dia akan merespon..

Even after I made that decision.. I kept a hope he would respond..

Tapi percuma menunggu dan saya pun membuang semua harapan dia akan datang, merespon dan meminta saya kembali..

It was no use to wait and I threw away all the hope that he would come, respond and ask me to go back..

Justru Andre yang datang, mengatakan bahwa dia masih menyayangi saya dan minta saya untuk mau kembali padanya.

Instead, it was Andre who came, telling me that he still loves me and ask me to return to him.

Ketika itu sudah kira-kira tujuh bulan kami putus dan selama itu dia seperti tidak pernah capek, bosan atau menyerah untuk melepaskan cintanya pada saya.

At that time we have broke up for about seven months and during that time he seemed never tired, bored or given up to let go his love to me.

Yah, pada akhirnya saya melihat sendiri siapa yang benar-benar mencintai saya.

Well, eventually I saw it myself who really loves me.

Kamu sendirilah yang menempatkan saya pada sikon yang bikin saya harus memilih dan saya sudah memilih. Saya bahagia sekarang.


It is you yourself who put me in a situation that made me had to choose and I have made my choice. I am happy now.

*  *  *  *  *

Begitulah kisah manusia-manusia read only.

So there goes the story about read only people.

Mengajarkan banyak hal. Menyingkapkan rahasia. Memberikan pengalaman berharga.

It taught many lessons. Revealed secrets. Gave valuable experience.

4 comments:

  1. Hahai..baca post ini mengingatkan saya kembali ttg manusia read only ini dan segala efek 'rasa' yg diberikannya :D
    Sungguh 'dalem' dirimu menuliskannya. Great content! Salam kenal ^_^

    ReplyDelete
  2. hai.. ini mama aira ya? tq buat komennya. hehehe.. masing-masing punya pengalaman ya sama manusia tipe read only

    ReplyDelete
  3. bahasa inggrisnya jago, sy cuman punya kuncinya doang; kunci inggris hehehe

    ReplyDelete
  4. wkwkwk.. dulu jaman sekolah saya bego ampun-ampunan di matematika jadi kompensasinya ke bhs inggris & Tuhan kasih saya otak bhs jadi belajarnya gampang aja. Mau diajarin bhs inggris sama saya?

    ReplyDelete