Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, July 23, 2014

I Care, You Care, We Care

..Kepedulian..

Seorang teman saya pernah dengan garang menulis di status facebooknya menanggapi reaksi tidak menyenangkan dari orang-orang terhadap sikap tegasnya membela perempuan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.

My friend was once wrote a quite fierce facebook status to respond some people’s unpleasant reaction when she defended women who are the victim of domestic violence.

Rupanya ada orang-orang yang menganggap pembelaannya untuk wanita-wanita teraniaya itu sebagai tindakan yang berlebihan, sesuatu untuk mencari perhatian.

I assumed there were people thought she was over reacted, she just wanted to get attention when she defended those abused women.

Bukanlah hal aneh kalau orang menunjukkan sikap skeptis ketika melihat atau menerima suatu kepedulian yang dilakukan oleh seseorang.

It is not a strange thing when people or a person being skeptical upon seeing or receiving kindness from somebody who cares.

Lalu apakah kita akan berhenti peduli ketika diperhadapkan dengan respon skeptis seperti itu?

So will we stop to care when we bump into such skeptical reaction?

Semuanya tergantung seberapa besarnya rasa kepedulian yang ada dalam diri kita.

It is all depend on how big that careness in us.

Kalau kepedulian itu bagaikan api yang membakar, membara di dalam hati.. dia akan menjadi pendorong dan sejuta komentar negatif dari siapa pun tidak akan membuat kita mundur.

If the feeling is like a burning fire, raging inside.. it makes it the best motivator and a million negative comment will not make us back away.

Karena kalau yang berkomentar itu tidak merasakan apa yang kita rasakan, bagaimana kita bisa berharap apalagi menuntutnya untuk bisa mengerti, menerima atau mendukung apa yang kita lakukan..

If people don’t feel what we feel, how can we hope let alone demand them to understand, accept or support us?

* * * * * *

..Kepedulian..

Hari Selasa (22/7).. saya keluar untuk menjemur kain pel yang sudah saya cuci setelah dipakai untuk mengepel lantai rumah.

Tuesday (July 22nd).. I went outside to hang the cloth I just washed after used it to mop the floor.

Saat itulah terpandang oleh saya lampu jalanan di dekat rumah saya.. astaga! Lampu itu masih menyala!


It was then that I looked up and saw the streetlight near my house.. oh geez! It hasn’t turned off.

Jadi saya keluar untuk mematikannya.

So I got outside to turn it off.

Saya lupa sejak kapan saya jadi petugas yang mematikan lampu jalan itu karena tidak pernah ada surat pengangkatan dan juga tidak pernah ada upacara peresmiannya.. hehe..

I can’t remember when I become person in charge to turn off that streetlight because there is no appointment letter and it is never be made official either.. hehe..

Dulu sekali.. mungkin lebih dari setahun lalu.. tugas untuk menyalakan-mematikan lampu-lampu jalan dilakukan oleh satpam yang menjaga di RT saya. Tapi tugas itu mulai berantakan setelah satpam itu berhenti dan ada kurun waktu sekitar 2-3 bulan tanpa satpam.

Back then.. probably more than a year.. the task to turn on/off the streetlights was done by security guard in my neighborhood. But the job has since been abandoned when the guard quited his post and for about 2-3 months there wasn’t any guard.

Pada waktu itu entah siapa yang menyalakan lampu-lampu jalan setiap sore tapi siapa pun yang melakukan itu, esok paginya dia tidak mematikannya.

At those time I didn’t know who turned the streetlights on every evening but whoever did that, that person didn’t turn them off on the next morning.

Saya tidak peduli ketika itu karena berpikir itu bukan tanggung jawab saya.

I didn’t care at that time because I thought it wasn’t my responsibility.

Sampailah pada suatu hari ketika saya pulang siang dan saya kaget melihat lampu-lampu itu masih menyala. Itu artinya tidak ada seorang pun yang tergerak hatinya untuk mematikannya ketika melewati lampu-lampu itu.

Until one day I got home in the afternoon and I was surprise to see those streetlights were still very much on. It means nobody was moved to turn them off when he/she passed them.

Tidak seorang pun peduli.

Nobody cared.

Saya mencoba untuk tidak peduli.

I tried not to care.

Tapi kemudian saya berpikir lampu yang menyala sepanjang hari adalah suatu pemborosan listrik dan tentunya akan membuat lampu itu cepat rusak. Kalau dia mati belum tentu bisa cepat di ganti dan itu artinya tidak akan ada penerangan di jalan. Lagi pula, harga lampu kan tidak murah.

But later I thought it would be electric waste to let a lamp goes on the whole day and it would shortened the light bulb’s life. It wouldn’t nice to have the street dark without light if the light bulb can’t work while they don’t quickly replace it with a new one. Besides, light bulb is not cheap.

Akhirnya saya memutuskan setiap pagi saya akan mematikan lampu jalan mana pun yang masih menyala ketika saya melewatinya dalam perjalanan menuju tempat angkot. Dan kalau kebetulan saya pulang malam serta melihat lampu jalan belum ada yang menyalakan maka saya akan berhenti sebentar untuk menyalakannya. Bahkan berapa kali saya keluar dari rumah ketika melihat lampu jalan belum dimatikan atau dinyalakan.

Finally I decided I am the one who turning off the street light that I pass by on my way to angkot shelter every morning. And when I get home in the evening and see no one turn them on, I am the one who is turning them on. It even happened several times when I got outside to turn the street light off or on.

Yang repot kalau saya libur karena saya tidak bangun sepagi biasanya dan kadang begitu bangun saya langsung sibuk dengan pekerjaan bebersih rumah sehingga saya lupa lampu jalan di depan rumah saya belum dimatikan.


The thing is I don’t get up early in my off day and once I get up I soon get busy with house cleaning so I forgot that the streetlight infront of my house is still on.

Kan ada tetangga yang bisa mematikan lampu itu..mungkin anda akan berkata demikian.. yah, awalnya saya juga berpikir begitu tapi..

There’s neighbor who can turn it off.. you may say it.. yeah, I thought about that too at first but..

Seperti yang saya tulis tadi di atas, tidak ada yang peduli dan itu belum berubah sekali pun tetangga-tetangga sekitar rumah telah beberapa kali melihat saya mematikan lampu itu. Mungkin mereka berpikir itu toh sudah dilakukan oleh Keke jadi ada Keke atau tidak ada Keke, mematikan lampu adalah urusan Keke dan bukan urusan mereka.

Just as I have written it above, nobody cares and it has not changed though my neighbors have seen me turn the streetlight off. Maybe they thought it has been done by Keke so whether there is Keke or not, turning off the street light is Keke’s thing and not their thing.

Awalnya saya kesal dan heran. Tapi kemudian saya pikir kalau memang hanya saya yang merasa terbeban untuk mematikan atau menyalakan lampu jalan maka itu artinya kepedulian itu adalah untuk saya dan karenanya sayalah yang memang harus melakukannya.

At first it annoyed and puzzled me. But then I thought if I am the only one who feels obliged to turn the streetlight on or off then it means the care feeling is given to me and therefore I am the one who is chosen to do the job.

Rasa peduli tidak bersifat menular dan tidak bersifat instan.

The feeling of care is not a contagious thing and it is not appear instantly.

Seorang pengemis atau pengamen jalanan misalnya.. ada banyak orang yang melihat dan melewati mereka tapi ada yang memberi dan ada yang tidak. Itu artinya ada yang peduli dan ada yang tidak.


Take a street beggar or musician as an example.. people see and passing them but some give them money and while others give them nothing. 

Lalu apakah orang yang tidak memberi uang adalah orang yang tidak peduli? Belum tentu.

Those who just pass and give no money, do they heartless? No.

Tetangga-tetangga saya yang tidak peduli dengan urusan lampu jalan adalah orang-orang yang telah banyak menolong kami terutama ketika orang tua saya sakit dan harus masuk rumah sakit.

My neighbors who don’t care about the streetlight are the ones who helped us especially when my parents got ill and had to be hospitalized.

Dari situ kita bisa melihat bahwa setiap manusia memiliki kepedulian yang berbeda-beda.

It shows how each person has different object of care.

Seseorang yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga bisa tergerak hatinya untuk menolong atau membela orang lain yang dilihatnya sedang menjadi korban kekerasan yang sama.

A person who once suffered domestic violence may feel moved to help or defend others whom suffer the same kind of violent.

Seseorang yang pernah mengalami pahitnya dampak peperangan akan berusaha untuk menciptakan perdamaian.

Somebody who has endured the bitterness of war will seek ways to create peace.

Seseorang yang pernah kehilangan orang tercinta karena di tabrak oleh pengemudi yang mabuk akan berusaha meningkatkan kesadaran pengemudi untuk tidak mengemudi setelah minum minuman beralkohol untuk mencegah supaya jangan sampai ada orang lain yang akan jadi korban dalam kasus kecelakaan lalu lintas akibat pengemudi yang mabuk.

Somebody who lost loved one in auto accident that collided with a drunk motorist may try to raise people’s awareness about the danger of drive under the influence of alcohol to prevent more people have to lost their lives in auto accident.

Seseorang yang mencintai gedung-gedung bersejarah mungkin akan berdemo menentang keputusan dewan kota untuk menghancurkan satu gedung tua yang oleh dewan kota dinilai tidak punya arti tapi oleh orang itu dinilai sebagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan.


Somebody who loves historical buildings may go in a demonstration to protest the city’s decision to demolish an old building which they consider has no value which the person sees as historical building that should be conserved.

Kesimpulannya; tidak ada satu manusia pun yang tidak memiliki rasa peduli. Hanya saja, rasa kepedulian setiap manusia tidak selalu jatuh pada hal yang sama.

The conclusion is this; none of us has no feeling of care. It is just that we care for different things.

Tuhan telah mengaturnya demikian supaya setiap bagian dalam hidup ini menjadi seimbang. Kalau tidak, apa jadinya kalau semua orang hanya peduli pada anak yatim dan tidak ada yang peduli pada pengemis, janda-janda, lansia, anak jalanan, korban kekerasan dalam rumah tangga, pengungsi, hutan, gedung tua, lampu jalan.. dll..?

God has made it this way to balance every aspect in this life. Otherwise, what would happen if all people care only for the orphan children and none cares for the beggars, widows, elderly people, street children, victims of domestic violence, refugee, forrest, old buildings, street light.. etc..?

No comments:

Post a Comment