Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, July 4, 2012

Dialek / Dialect

Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa orang bisa merasa lucu mendengar logat bicara saya.

‘Ape… kemane… diem dulu nape sih.. kaga tau… kudu… noh… ade disono’

Betawi banget kagak sih tuh? Hehe..

Jakarta
Begini deh kalau lahir dan gede di kota Jakarta. Jumlah orang Betawinya sendiri mungkin kalah banyak sama pendatang tapi dialeknya ternyata ‘berkibar’ banget! Buktinya sebelum saya berkesempatan untuk bekerja dan tinggal diluar kota,  saya tidak tahu kalau lidah saya berlogat Betawi banget.

 Nah, laen Jakarta, laen lagi Bogor, kota yang menjadi tempat tinggal saya sejak tahun 1998, masuk dalam bagian Jawa Barat. Jadi, biar kate tu kota deket banget sama Jakarte dan sudah bertaon-taon nampung luberan penduduk dari Jakarte tapi die punye budaye sendiri. Hehe..

Di Bogor ini saya bergaul dengan orang-orang Sunda. Walaupun kami berbahasa Indonesia tapi yang satu berdialek Betawi sementara yang lain berlogat Sunda. Lucu juga sebetulnya kalau betul-betul disimak karena dialek Betawi itu seperti bunyi mercon sementara logat Sunda bagaikan aliran sungai yang mengalun tenang. Yah, menurut saya bunyinya sih seperti itu...

Beda lagi dengan bahasa dan dialek yang saya temukan di Indramayu, kota yang pernah saya tinggali selama kira-kira setengah tahun karena saya bekerja di perusahaan yang berlokasi dekat dengan kota itu.

Pertama kali mendengar bahasa dan dialek orang Indramayu, saya kebingungan. Habis kedengarannya seperti bahasa Jawa dicampur dengan bahasa Sunda tapi dengan dialek yang Jawa bukan, Sunda juga bukan. Kuping saya juling jadinya karena saya mengerti bahasa Jawa sedikit-sedikit tapi saya tidak bisa mengerti sedikit pun bahasa yang diucapkan oleh orang-orang Indramayu itu. Hehe…

Ibu saya seorang Manado. Nah, beda lagi bahasa dan dialeknya. Tapi saya tidak pernah menduga bahwa pada suatu waktu pengenalan saya pada bahasa itu bisa berguna. Ini terjadi 3-4 tahun lalu sewaktu disekolah tempat saya bekerja menerima murid pindahan dari Manado.

Nio, yang kala itu berusia 4 tahun, pernah menghampiri saya sambil berseru ‘Ibu guru, Nio basuar’. Yang lain terheran-heran kecuali saya karena saya mengerti arti 'basuar' adalah berkeringat. Kali lain dia menghampiri saya sambil berbisik ‘Ibu guru, Nio mau pu’. Saya pun buru-buru menggiringnya ke toilet karena ‘pu’ berarti ‘B.A.B’.. tau dong singkatan apa itu.

Nah, bayangkan kalau tidak seorang pun mengerti arti ucapan Nio. Repot kan? Hehe..

Tapi tahukah anda bahwa saya pernah merasa sangat homesick hanya dengan mendengar logat bahasa saya? Ini terjadi waktu saya bekerja di Indramayu. Saat sedang bicara dengan dialek Betawi tentunya, tiba-tiba saya merasa kangen banget dengan Jakarta dan merasa sendiri ditengah-tengah orang yang bicara dengan dialek campuran Jawa dan Sunda. Hiks…

Apa sekarang saya merindukan Jakarta setiap kali saya mendengar dialek Betawi dalam kata-kata yang saya ucapkan? Mmm… ga juga tuh. Mungkin karena Bogor dekat dengan Jakarta atau mungkin juga karena disini banyak orang-orang Jakarta atau mungkin karena saya tidak tinggal seorang diri di Bogor.

Kalau dipikir-pikir bahasa Inggris itu lebih sederhana karena tidak bercampur-campur dengan bahasa daerah seperti bahasa Indonesia. Paling yang membedakan cuma logatnya. Orang Inggris punya logat berbeda dengan orang Amerika, Australia, Selandia Baru, Skotlandia dan Irlandia.

Tapi yang pasti, apa pun bahasa dan dialeknya, saya bersyukur dan bangga terlahir sebagai orang Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena negeri ini memiliki ratusan bahasa daerah. Dan ada begitu banyak orang dari berbagai bangsa datang untuk mempelajari bahasa nasional serta bahasa daerah bangsa ini.
________________________________________________

It has never crossed my mind that people would find my dialect sounds funny.

You see, Indonesia has 538 dialects. Mine is Betawi dialect. I don’t come from Betawi ethnic group but I was born and raised in Jakarta where inhabit by the Betawi ethnic. Their population may be minor in number compare to other ethnic that inhabit the city but they bring big influence on the dialect spoken by those who born and raised there like myself.

And then I moved to Bogor in 1998. Bogor’s location is near Jakarta and therefore gets lots of influence from the Jakartans who move to live in Bogor. But the town has its own dialect spoken by the people that belongs to Sunda ethnic group.

I oftenly find it funny to hear my own dialect that sounds like firecracker compare to Sundanese dialect that reminds me of the sound of river flows softly. Well, to me they sound like that.

It is another dialect that I found in the town of Indramayu. I was working and staying there for about six months. The first time I heard them spoke their ethnic language, I got so confuse because I didn’t understand a word of it though the language and dialect sound like Javanese mixed with Sundanese. I know a little Javanese but I couldn’t tell what kind of language do they speak in Indramayu.

My mother
My mother belongs to Manado ethnic group. That means she has her own dialect. I’ve heard it many times and understand it well but never thought it would one day be useful.

There was a boy transferred from his school in Manado to Bogor. He was about 4 years old at that time and became my student. Nio, that was his name, came to me and said “miss, I’m sweating”.

He spoke the word ‘sweating’ not in Indonesian language (berkeringat) but in his Manado language (basuar). Having heard the word spoke by my mother made me understood its meaning while others looked puzzled trying to guess what he was talking about.

Another time he came and whispered to me “miss, I want to pu”. I rushedly took him to the toilet because ‘pu’ means ‘poop’. Now imagine if nobody understood that word.. lol..

But would you know that my own dialect has once made me felt homesick? It did happen when I worked in Indramayu. I heard my own dialect when I was speaking and it just struck me with the feeling that I was so far away from home.

Would I feel the same now that the people where I live and work speak different dialect with my own? Not really. Perhaps because Bogor is pretty near with Jakarta or perhaps because there are lots of Jakartans people live in this town or maybe because I live with my parents.

I think English is much simple. It doesn’t mixed with other language like Indonesian language. The thing about English is just the variety in accent spoken by the American, Australian, New Zealander, Scottish and Irish.

The thing is I am proud and happy to be born as an Indonesian. One of the reason is because Indonesia has many dialects and so many people from various countries have come to learn Indonesian language and the dialects.

No comments:

Post a Comment