Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, July 30, 2011

Musuh Terbesar / Biggest Enemy

“Ayo, Keke. Kita sudah mulai latihan” Bu Ratna tiba-tiba muncul di ruangan saya “Sudah kita kasih tahu pak Yohanes kalau kamu ikut Gloria”

Waduh! Saya gelagapan jadinya. Rupanya mereka serius saat menawarkan supaya saya ikut paduan suara Gloria.

“Ah, bu, saya tidak bisa nyanyi” begitu selalu alasan yang saya berikan setiap kali ada yang menawari saya bergabung dengan paduan suara itu “Ya, nyanyi sih bisa. Tapi nyanyi begitu-begitu aja …”

“Kamu kira kita-kita ini bisa nyanyi?” Bu Ratna tersenyum keibuan “Semua di sini masih belajar kok”

Jadilah dengan agak enggan Sabtu (23/7) pagi itu saya membuntuti beliau masuk ke ruang ibadah di mana ibu-ibu yang bergabung dalam paduan suara Gloria selalu berkumpul seminggu sekali selama 1-2 jam untuk berlatih.


Nah, pikir saya, satu hal baru lagi sementara melintas dalam ingatan saya bagaimana 6 tahun lalu tiba-tiba saya di ajak bergabung di sekolah minggu. Bukan sebagai pengunjung biasa tapi langsung bergabung bersama-sama guru sekolah minggu lainnya. Ikut mengajar.

Dan sama seperti saat saya bergabung di kelas sekolah Minggu, tidak ada seorang pun yang mencela saya. Bahkan semua bersikap terbuka. Menyambut dengan gembira & memperlakukan saya sebagai bagian dari diri mereka.


 Dulu saya tidak punya pengalaman apa pun tentang mengajar. Tapi saat ini setidaknya saya tidak terlalu kaget karena pekerjaan saya sebagai guru TK selama 6 tahun membuat saya tidak lagi sungkan untuk bernyanyi di depan siapa pun (dan suara saya juga rasanya tidak terlalu malu-maluin… hehe).

Saya tidak terlahir dengan bakat atau kemampuan yang langsung ‘gemerlap’. Semua itu datang pelan-pelan dengan seiringnya waktu. Bahkan sebetulnya banyak yang baru muncul saat usia saya berada di penghujung 30an. Ada faktor-faktor yang saya pikir berperan dalam kondisi tersebut.

Yang pertama adalah waktu. Biar pun seorang manusia sudah berusaha mati-matian atau berada dalam sikon mendukung tapi tapi baru setelah waktunya tiba yaitu waktu yang sudah ditakdirkan bagi dirinya untuk bertemu seseorang atau menjadi seseorang maka barulah hal itu bisa terjadi.


Yang kedua adalah diri kita sendiri kadang menjadi penghambat atau penghalang. Misalnya sifat pemalu, minder, ragu, takut, cemas, pemarah atau egois yang membuat kita menolak secara sadar atau tidak untuk mau melakukan atau menerima hal-hal baik yang diberikan kepada kita. Saya berikan contoh dari pengalaman saya.


Sekitar 11 tahun lalu saya pernah menjalin hubungan singkat dengan rekan kerja. Dia baik, tampan & karirnya cukup baik. Sayangnya dia juga… plin plan. Akibatnya ada banyak hal baik yang lepas dari tangannya. Termasuk pula hubungan kami.

Saya pernah mengenal seseorang yang memiliki banyak potensi. Tapi beliau juga penuh dengan pembenaran diri yang membuatnya selalu merasa bahwa dalam hal apa pun, ketidakberesan itu pasti tidak datang dari dirinya. Akibatnya bukan rasa hormat, kagum & sungkan yang diperolehnya dari orang-orang disekitarnya. Melainkan banyak sakit hati yang membuat bahkan seorang yang lebih rendah dalam kedudukan, umur & pengalaman sampai menjulukinya ‘nenek lampir’ & dibelakangnya menyebutnya hanya dengan nama tanpa mempergunakan sebutan ‘ibu’.

Dari 2 contoh di atas dapat kita lihat & pelajari bahwa sebetulnya musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Bukan orang lain. Bukan keadaan.  Bukan tantangan atau masalah. Tapi anehnya kita menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga & perhatian untuk memerangi semua orang & semua hal kecuali diri sendiri.

_____________________________________________________



“Come on, Keke, rehearsal has started” Mrs. Ratna popped herself in my room this Saturday morning (July 23rd) “We have told Mr. Yohanes that you’re joining Gloria Choir today”

Man, this suddenly made me gasped for air out of surprise & nervous. They were serious when they offered me to join the church choir.

“But I can’t sing” that’s the same excuse I use when anyone offer me to join any choir “Yeah, so I sing but not the kind of choir singing”

“So do you think we can sing better?” Mrs. Ratna’s smiled softly “We all learning to sing”

Hesitatedly I followed her to the main room where the sermon is held every Sunday. The same room they use to have their choir rehearsal for 1-2 hours every Saturday morning.

So another new thing, I thought to myself as I remember 6 years ago I was asked to join other church Sunday school. Not just as a visitor but as one of the teachers.

And just as in my previous experience, this time too, not a single person underestimate or laugh at me. Infact they welcome me with open arms. Happy to assist me. Treat me as their number.

You see, I wasn’t born with shining talents & potentials. They are all came to the surface with the passing time. Infact, many of them were discovered when I was in the mid-thirties. There are key factors.

One is time. Even though someone is in the right place, having the right stuff or have done the best but if time has not come yet, nothing will happen. Sometimes time seems like destiny.

The other factor is ourselves. We can become our own obstacle. How? It is our characters of shyness, low in self confident, worrying about everything, jealousy, easily get angry or selfishness are just few I can name. But how could any of them become an obstactle to ourselves? I give you two examples from my own experience.


 About 11 years ago I had a relationship with a coworker. He is a dashing young man & kind with a good career. But his changing mind made so many good things slipped through his fingers. Including our relationship.



I know a woman with lots of potentials but she is so filled with self justification that it hurts people’s feelings. At the end it is not respect she gains from the people around her because a maid even called & addressed her as ‘that witch’ behind her back.


So from those two examples we can see that it is ourselves that become the biggest challenge. Not situation. Not our limitations. Nor problems. Funny thing is we spend a lot of time at war with other people or situation and not with ourselves.

No comments:

Post a Comment