Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, July 22, 2011

Panggilan Hati / The Call

Predikat guru rupanya sudah menempel demikian lekat dengan diri saya sehingga biar pun saya sudah tidak mengajar lagi di sekolah tapi masih banyak yang mengira saya masih tetap mengajar. 
“Ibu mengajar di mana sekarang?” itu pertanyaan yang sudah berapa kali diajukan kepada saya begitu tahu saya tidak lagi mengajar di TK.

Bahkan setelah saya menjawab bahwa saya bekerja di gereja sebagai kepala rumah tangga & tata usaha, pertanyaan itu masih di ulang lagi.

“Ibu ngajar di sana?”

Ya ampun! Hehe. Capcay deh. Terpaksa harus saya jelaskan lagi bahwa saya tidak mengajar di gereja di mana saya bekerja sejak tanggal 1 Juli ini.

“Kok ibu ga ngajar lagi sih?” masih ada yang sulit percaya & sepertinya sulit menerima kenyataan.

‘Farrell tadi pagi tidak mau sekolah, bu’ demikian isi sms yang saya terima hari Senin (18/7) “Kalau bukan bu Keke yang ngajar di kelas. Terpaksa saya bohongi. Saya bilang bu Keke lagi cuti’.
Pertanyaan ‘kemana bu Keke’ & ‘kenapa bu Keke tidak mengajar’ menjadi 2 pertanyaan yang sebetulnya membuat saya tersenyum geli tapi sekaligus memedihkan hati saya.

Hari Senin sore saya sengaja mengirim sms kepada ortu mantan anak TK A yang sekarang sudah naik ke kelas TK B, untuk menanyakan bagaimana anak-anak itu di hari pertama sekolah & dari balasan sms mereka tahulah saya bahwa beberapa dari anak-anak itu menanyakan mengapa saya tidak ada di sekolah.

Cepat atau lambat pada akhirnya toh saya harus mengucapkan selamat berpisah juga dengan anak-anak itu. Saya sudah melakukannya selama 6 tahun saya bekerja sebagai guru di sekolah itu. Tapi ucapan perpisahan yang berbeda karena anak-anak itu pergi meninggalkan sekolah untuk melanjutkan pendidikan mereka di SD.

Beda benar dengan jenis perpisahan yang sekarang ini terjadi karena kali ini sayalah yang pergi.

Ada banyak hal yang saya syukuri dalam pekerjaan yang baru ini. Gajinya lebih besar. Orang-orangnya lebih banyak yang beraura positif. Lingkungan kerjanya menyenangkan. Pekerjaannya tidak terlalu rumit. Ada jaringan internet yang standby sehingga saya bisa mengirit pengeluaran untuk internet. Saya juga mendapat satu setengah hari libur. Bayangkanlah selama 6 tahun saya bekerja 7 hari seminggu!

Di atas semuanya itu adalah bahwa saya bekerja di rumah Tuhan. Saya mempelajari hal-hal yang dulu tidak saya ketahui tentang seluk beluk penyelenggaraan ibadah & pelayanan yang dilakukan oleh gereja.

Nah, kurang apa coba?

Dengan semua hal baik di atas itu & saya masih mengeluh juga…? minta di jitak sama Tuhan apa? Hehe.

Tapi… memang selalu ada ‘tapi’…, saya masih terkenang-kenang dengan anak-anak itu. Bahkan di tengah-tengah kesibukan kerja pun pikiran saya masih tetap bisa nyangkut ke mereka. Bertanya-tanyalah saya dalam hati sedang apa mereka di sekolah? Apakah mereka tidak mengalami kesulitan dengan kelas yang baru? Dengan teman baru? Dengan pelajaran yang baru?

Lalu pertanyaan terakhir itu yang mampu membuat saya menarik napas dalam-dalam. Kangenkah mereka pada saya? Masih ingatkah mereka pada saya?

Di satu sisi saya ingin mereka bisa menyesuaikan diri dengan kelas, lingkungan, pelajaran & guru yang baru. Tapi di sisi lain saya tidak rela melepaskan mereka. Saya cemburu memikirkan mereka kini berada di bawah asuhan guru lain. Saya tidak terima bahwa mungkin cepat atau lambat mereka akan menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa saya tidak berada di sekolah.

Konyol? Ya tentu saja. Saya kesal sekaligus geli & sedih memikirkan perasaan itu. Sungguh kekanak-kanakan sekali. Tapi begini jugakah perasaan seorang ibu yang harus melepas anaknya dalam asuhan guru di sekolah atau pada saat anak itu bertumbuh besar & menjadi semakin mandiri atau saat anak itu menikah & membentuk keluarganya sendiri?

Saya tidak tahu. Saya bukan seorang ibu. Saya belum pernah mempunyai anak, entah itu yang keluar dari perut saya sendiri atau yang saya adopsi. Yang saya miliki selama 6 tahun adalah anak-anak murid saya di sekolah.

Saya ingat bagaimana saya merasa iri, cemburu, sedih, kesal & sedikit marah saat saya melihat foto-foto sekolah saat penyelenggaraan SIL (Sekolah Injili Liburan) pada hari Senin sampai Rabu (11-12-13/7). Kenapa demikian? Karena saya melihat bagaimana ramainya suasana & cerianya anak-anak itu selama acara berlangsung. Kenyataan bahwa saya tidak lagi menjadi bagian dari semua itu yang membuat saya menjadi emosi.


Saya sudah berjalan cukup lama untuk mengenali suatu pola bahwa Tuhan tidak akan mengijinkan sesuatu terjadi dalam hidup saya kalau hal itu tidak memberi saya banyak hal baik & berguna. Jadi saya tahu fase yang saya jalani saat ini adalah hal yang baik untuk diri saya & kenyataannya memang demikian. Pekerjaan saya di gereja membawa banyak keuntungan.

Saya gembira bahwa Tuhan memberi saya kelebihan yang membuat saya menguasai bidang pekerjaan administrasi & manajemen perkantoran. Di sisi lain Tuhan juga membentuk & mendidik saya sebagai guru. Dia membekali saya sedemikian rupa sehingga saya bisa melakukan ke dua jenis pekerjaan yang sangat berbeda itu dengan baik.

Hanya saja sekarang saya betul-betul menyadari bahwa panggilan hati saya adalah menjadi seorang guru. Kalau pun saat ini saya terpaksa harus berhenti dari pekerjaan itu, tidak berarti saya berhenti melihat diri saya sebagai seorang guru. Panggilan hati tidak bisa di buang semudah itu. 

Benar juga kata mamanya Farrell ‘saya bilang ke Farrell kalau bu Keke lagi cuti’. Ya, itulah yang terjadi saat ini. Saya sedang cuti dari pekerjaan saya sebagai guru karena Tuhan ingin saya beristirahat & mendapat banyak kelegaan sambil tetap belajar tentang hal-hal yang ingin Dia ajarkan kepada saya.

Cuti ini tidak akan berlangsung selamanya. Pada suatu hari nanti saya akan kembali mengajar karena saya seorang guru. Dan pada saat hal itu terjadi, saya tahu saya tidak akan meninggalkan jati diri saya sebagai seorang guru selamanya. Boleh saja saya mungkin mengurusi administrasi & manajemen atau mungkin saya juga memiliki bisnis sendiri tapi saya tetap akan bekerja sebagai guru.

Panggilan hati adalah takdir. Siapakah dari kita yang bisa melarikan diri dari takdir?
___________________________________________________________________

Being a teacher somehow has stuck as my identity seeing how often I am asked where am I teaching now after resign from the kindergarten. Even after I explained that I work as head of the household & administration at the church they still asked if I teach there.

“Why do you quit teaching?” has become the next question after they understand that I don’t teach in church. A question expressing regret as if hard to accept the fact that I don’t teach anywhere.

‘Farrell didn’t want to go to school this morning if you were not the teacher in his new class’ Farrell’s mother texted me on Monday morning (July 18th) ‘I had to lie to him when I told him that you are taking a leave’.

The questions of ‘where is miss Keke?’ or ‘why do you not teach?’ make me smile though also sad at the same time.

I texted the kids’s moms on that Monday afternoon to ask them how their kids did on their first day of school. Were they able to adjust themselves in their new class, new classmates, new lesson & new teacher? From their respond I learned that some of the kids asked where am I as they didn’t see me in school.

Well, sooner or later I will have to say goodbye to them. I have been doing it in the past six years. But this is a different goodbye. The previous goodbyes were made because they went to elementary school to become first graders. This time it’s me who left. It’s a different goodbye for sure.

I am thanking God for lots of good things in this new job. Good salary. Uncomplicated work. Positive aura people. Nice place. Accessable internet line that can make me save my money as I don’t have to go to internet cafĂ© to go online. And plus I have a one & half day off. It’s really wonderful considering that I work 7 days a week in my previous job & it went for 6 years.

But the best part is I am working at God’s house. This is a church. I am given opportunity to learn how to manage church actitivities. I have never known how things work in church. Now I know.

So with all the good things in this job & I’m still grumble? … God would have give me a spank definitely.. lol.

But.., there’s always ‘but’…, I can’t stop thinking about the kids. Even when I am busy with work I am still thinking about them. Are they doing okay in school? How are they doing in the new class?

Then came the last question that makes me hold my breath. Do they miss me? Do they still remember me?

In one side I want them to adjust with every new things in school, to be independent & to move forward. But in other hand it feels so hard to let them go. I feel jealous thinking that they are now under the supervision of other teacher. It’s hard for me to accept the fact that sooner or later they will get used of not having me in school.

Silly? Yes, I am. Somehow I think these feelings could be a mother’s feelings when she let her child to be educated in school, how she is no longer the central object of attention in her child’s life. Or when the child grows older & get more independent. When the child gets a job & get married eventually.

What do I know anyway? I am not a mother. I’ve never had a child of my own. It’s just the kids in school who have become my kids.



I can still recall how upset & jealous I was when I saw photos taken on Monday (July 11th). I didn’t  like the fact that I was not part of it.


Long time life experience has taught me that whatever God allows me to go through must have good purpose. So my present job is given to me for good purpose.

I am happy that God has given me experience, intelligence & talents that make me able to do well in office work & teaching. Two different kind of works which is not related to each other.

But now I realize that I am a teacher. It is my call. I can’t deny it though for time being I am like what Farrell’s mother told him ‘Miss Keke is taking a leave from teaching’. I am just temporarily being released from my work as a teacher because God wants me to take a break, enjoy the ‘me’ time as much as learning lots of new things in the present job.

And when the time comes for me to take my work back as a teacher, it will go forever. I may also doing administration work or doing business but I will also teach. I feel the call in my heart that says I am a teacher. It’s a destiny. No one can escape from destiny.

No comments:

Post a Comment