Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, October 10, 2016

A Teacher’s Hapiness

Kalau Selasa, 20 September lalu adalah hari penuh dag-dig-dug karena hari itu adalah hari pertama saya kembali mengajar di sekolah setelah lima tahun vakum, nah, Selasa 27 September ini saya sudah lebih santai.

So I had anxieties on Tuesday, 20 September because it was the first day I taught in school after resigned the post for five years, well, a week later, Tuesday, 27 September, I was more relaxed.

Segala sesuatu yang pertama itu memang suka bikin senewen, ya kan? Padahal saya kembali mengajar di sekolah tempat saya pernah mengajar selama enam tahun dan selama lima tahun setelah resign dari sana tidak berarti saya berhenti mengajar, cuma ya ngajarnya itu hanya sebagai guru les bahasa Inggris.

Well, the first time has always make us nervous, right? Well, it shouldn’t because I am back teaching in my former school where I taught for six years and in these five years after I resigned I keep teaching though only as an English tutor.

Kembali ke sekolah yang lama, kembali ke ruang kelas TK A dimana saya pernah menjadi wali kelas selama setahun (2010-2011), melihat muka-muka yang sudah saya kenali dan terutama kembali mengajar sebagai guru di sekolah.. ah, rasanya saya seperti seorang pengembara yang sudah terlalu lama berputar-putar di padang gurun dan akhirnya menemukan oase..


Back to my former school, back to the classroom for the four year olds where I incharged for a year back in 2010-2011, seeing the familiar faces and most of all going back teaching as a teacher in school.. ah, it feels like a wanderer who has been in the dessert for too long and just found a spring..

Hari Selasa ini semua terasa jadi lebih santai buat saya. Tidak seperti seminggu sebelumnya yang langsung go show, kali ini saya sudah tahu tema pelajaran dan sudah membekali diri dengan materi untuk dikerjakan anak-anak itu.

This Tuesday I was much more relaxed. Unlike last Tuesday when I just went and plunged myself in, this time I knew the subject taught on this week and so I have prepared stuff for the kids.

Saya berangkat dengan hati yang gembira.

I left home feeling happy.

*  *  *  *  *

Satu hal yang selalu saya sukai tentang mengajar adalah segala sesuatunya tidak bisa diduga.

One thing I have always like about teaching is everything is unpredictable.

Sekolahnya, orang-orangnya, murid-muridnya, tema pelajarannya, lagu-lagunya mungkin tetap sama tapi setiap hari akan selalu ada hal baru dan hal tidak terduga yang terjadi.

The school, the people, the students, the subject of teaching, the songs maybe same but new and unexpected things may happen everyday.

Pagi ini misalnya, tiba-tiba saja saya melihat Evelyn!

This morning, for example, suddenly I saw Evelyn!

Kami berdua langsung berteriak, berpelukan dan cipika cipiki (cium pipi kanan dan kiri.. hehe). Heboh.


We both squaled in our excitement, hugged and kissed each other cheeks. Okay, we created quite a scene.. haha..

Evelyn itu asisten saya selama satu semester ketika saya menjadi wali kelas TK A. Kami berdua langsung cocok karena sama gilanya, sama-sama humoris dan berprinsip sama mengenai cara mengajar.

Evelyn was my assistant for one semester when I incharged in the class for the four year olds. We both clicked from day one because we were one of a kind, same sense of humor and share same teaching principle.

Entah kapan terakhir kali kami ketemu. Mungkin empat tahun yang lalu.

With mothers of our former students. 2011
I don’t know when was the last time we met. It was probably four years ago.

Selama itu pula kami jarang berkomunikasi walaupun sebetulnya tempat tinggal kami tidak jauh-jauh banget.

We rarely communicated during those time though we live not too far away from each other.

Dia mengetahui saya kembali mengajar setelah saya menaruh link blog ini di facebook.
     
She learned about my return to my old teaching post in this school after I put this blog link on facebook.

Saya tidak menduga dia niat betul mampir ke sekolah hari Selasa ini demi ketemu saya.

I didn’t expect her to stop by at school this Tuesday to meet me.

Itu baru satu kejutan yang terjadi hari ini.

That was the first surprise for the day.

*  *  *  *  *

Jotta

Pertama kali saya melihat anak laki-laki ini saya bertanya-tanya dalam hati apakah anak ini masih setengah tidur karena dia duduk dengan muka seperti orang sedang dalam keadaan trance. Matanya terbuka lebar tapi kosong. Air mukanya datar. Dia tidak bersuara, tidak tersenyum, tidak tertawa, bahkan menguap atau bersin saja juga tidak.. hehe. Saya tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan atau rasakan.

The first time I saw this boy I wondered if he were still half asleep because there he sat like he were in trance. His eyes were wide opened but they were staring blankly. There was no emotion on his face. He made no sound, he didn’t smile, didn’t laugh, he didn’t even yawn nor sneeze.. lol. I didn’t know what he was thinking or feeling.

Teman saya mengatakan begitulah dia dari hari pertama.

My friend said he is just like that from the first day of school.

Selasa pertama saya mengajar di kelas TK A, selama satu jam mengajar, saya memperhatikannya. Ya, saya memperhatikan setiap anak yang ada di sana tapi yang satu ini menarik perhatian saya melebihi dari yang lainnya untuk alasan yang tidak bisa saya jelaskan.

The first Tuesday when I taught in his class, for an hour there I quietly observed him. Yes, I gave each kid my attention but this one particular boy got my attention for a reason that I myself can’t explain.

Mungkin saya penasaran.

Maybe I was curious.

Yang saya tahu adalah setiap kali berada didekatnya atau melihatnya, hati saya terisi oleh rasa kasih sayang yang begitu besar sampai saya heran sendiri.

All I know is everytime I am around him or stare at him, my heart is filled with this tremendous love that it even amazed myself.

Saya tidak memandangnya sebagai anak yang aneh atau sulit. Saya tidak merasa kesal atau terganggu dengan kepasifannya. Yang ada di hati saya hanyalah kasih, kasih dan kasih yang begitu besar sampai seperti meluap untuk anak ini. Saya bicara padanya, memujinya, mengelus kepalanya, menepuk bahunya, menolongnya menulis walaupun dia tidak merespon.

I didn’t and don’t see him as weird or a difficult child. His passiveness didn’t and don’t upset nor bother me. What I have in my heart is love, love and lots of love that it felt like bursting for this child. I talked to him, praised him, caressed his head, patted his back, helped him with his writing though he didn’t respond.

Lalu pagi ini..

This morning..

Dia menatap saya dan selintas memberikan senyum.

He looked at me and smiled slightly.

Saya kaget. Itu senyum tidak terduga dan itu senyum paling indah yang saya lihat hari ini.

It surprised me. It was an unexpected smile and it was the most beautiful smile I saw today.

Dia masih kelihatan seperti setengah trance tapi setidaknya dia sudah lebih responsif. Dia mengangkat tangan ketika saya bertanya siapa yang duduk di atas kursi berwarna blue karena hari ini saya mengajarkan mereka tentang tiga warna dalam bahasa Inggris.

my friend showing a kid how to write her name
He still looked like half in trance but at least he was more responsive. He raised up his hand when I asked the class who sat on blue chair because today I taught them three colors in English.

Lalu ketika saya memintanya untuk maju ke depan kelas dan menghitung satu sampai lima dalam bahasa Inggris, dia maju dan sementara saya merangkulnya, dia menghitung dengan suara cukup keras.

And then when I asked him to come forward to count one to five in English, he came and with me wrapping my arm around him, he counted with quite a loud voice.

Dia tidak tahu kalau dalam hati saat itu saya merasa begitu gembira sampai saya ingin melompat dan menari rasanya.

He didn’t know that I felt so happy I felt like jumping and dancing.

Bukan karena saya merasa saya demikian hebat sampai bisa membuat anak ini berlaku seperti itu. Tidak. Saya tidak membanggakan diri. Kebahagiaan saya adalah karena rasa syukur pada Tuhan.

It is not because I feel I am so great that I could make him change his attitude. No. I do not pride myself. My happiness is because I am so grateful to God.

*  *  *  *  *

Light in the dark

Anak TK B menyambut saya tidak sespontan seperti adik-adik mereka di TK A.

The children in class for the five year olds greeted me less spontaneous than their juniors in the class for the four year olds.

Mereka terlihat lebih tenang. Hampir terlalu tenang untuk anak seusia mereka.

They looked cool. Way too cool for kids in their age.

Masuk ke dalam kelas itu rasanya seperti ada awan yang menghalangi sinar matahari. TK A begitu ceria tapi di sini seperti mendung.

Walking into that class felt like there was a cloud blocking the sunshine. It was so cheerful in the other class but here it looked like it was cloudy.

Apakah mereka telah berhasil dijinakkan? Dikendalikan sedemikian rupa sampai mereka tampak terlalu serius untuk usia mereka.

Have they been succeedly tamed? Being controlled in a way that made them look too serious for their age.

Ruang kelas yang sempit dan anak yang harus duduk diam.. oh, bikin saya merasa sesak napas berada di sana dan melihat mereka seperti itu.

The small classroom and the children who have to sit quietly.. oh, it suffocated me to be there and to see them like that.

Saya bernyanyi, saya menghampiri mereka satu persatu untuk secara pribadi menyalami, mencandai, memuji, mengoreksi, mengelus rambut, menepuk bahu, menanyai dan bicara sekalipun ini sebetulnya melelahkan buat saya.

I sang, I approached them one by one to personally greeted them, to joke, praised, corrected, caressed the hair, patted the shoulder, asked questions or talked to each one of them though it actually exhausted me.

Dua puluh empat anak.

Twenty four children.

Tapi ada suatu dorongan dalam diri saya yang membuat saya merasa saya harus melakukannya.

But there was an urge in me that made me felt I had to do that.

Saya tahu Tuhan melihat mereka sebagai individu. Masing-masing dikenalNya. Setiap anak dikasihiNya dan diterimaNya sebagai dirinya sendiri.

I know God sees them as individual. He knows each one of them. He loves and accepts each kid as him/herself.

Dia membuat setiap anak itu merasa dirinya diperhatikan secara personal dan hal itu seperti mengangkat awan mendung yang saya rasakan ketika saya masuk ke kelas itu.

He made every child felt he/she got personal attention and it was like lifting the dark cloud that I sensed when I entered the classroom.

Seisi kelas menjadi lebih terbuka, lebih ceria, lebih santai, lebih responsif dan tentu saja jadi lebih ramai suasananya tapi saya malah lebih suka begitu. Suasana tenang tadi adalah karena kendali tapi jadi bikin saya merasa tertekan dan pasti mereka juga merasa demikian.


The whole class became more open, more cheerful, more at ease, more responsive and of course noisier but I prefer that way. The calm that I saw when I entered their classroom was the result of control but it depressed me and I sensed they must have felt it too.


Ketika kita mengendalikan sesuatu tentu saja kita melakukan itu sesuai dengan selera, kemauan, metode dan pengertian kita. Pertanyaannya adalah apakah itu sejalan dengan mau Tuhan?

When we are doing the control we certainly do that according to our taste, wishes, method and understanding. The question is whether it goes according to God’s will?

Kalau kendali yang kita terapkan membuat banyak orang jadi tertekan, lari meninggalkan kita atau memberontak melawan kita entah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, itu berarti kendali kita bukan datang dari Tuhan.

If our controlling has depressed many people, made them ran off from us or rebel against us whether openly or secretly, it means our control does not come from God.

Kendali yang datang dari Tuhan tidak membuat manusia gelisah.

The control that comes from God does not make man (human) restless.

*  *  *  *  *

You bring back happiness to me and restore my broken spirit

Lima tahun bukanlah waktu yang pendek. Selama tahun-tahun itu banyak hal terjadi yang berkali-kali seperti akan menghancurkan saya.

Five years are not a short period of time. During those years many things happened that felt like they wanted to destroy me.

Orang luar tidak mengetahui hal ini karena dari luar saya tampak biasa-biasa saja.

Outsiders don’t know this because I look okay from the surface.

Banyak yang salah mengerti.

Many misunderstood me.

Banyak juga yang tidak peduli karena ada banyak hal dan orang lain yang jauh lebih penting yang harus diperhatikan dan diperdulikan.

Many don’t care because there are many things and people who are much more important to be given attention and to be cared.

Beberapa menganggap saya sebagai semacam cela. Noda yang memalukan. Bukan manusia yang memberikan contoh baik.

Few think me as some sort of a disgrace. Shameful taint. Not the good exemplary person.

Beberapa orang mendepak saya karenanya.

Few of them kicked me out because of that.

Beberapa dari mereka bahkan memata-matai saya, mencoba mengumpulkan lebih banyak kesalahan, kekurangan dan cela saya. Entah untuk apa. Entah karena apa. Entah untuk tujuan baik bagi diri saya atau bagi diri mereka.

Few of them have even spied on me, tried to gather more of my mistakes, weaknesses and flaws. I don’t know what is it for. Neither do I have the idea why they did that. Is it for my good sake or for theirs.

Saya bukan manusia sempurna. Saya punya banyak kelemahan. Saya membuat banyak kesalahan dan kebodohan. Ya, saya berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki diri tapi tetap saja saya tidak bisa membuat diri saya jadi seratus persen hebat dan baik. 

I'm not a perfect human. I have many flaws. I have done many mistakes and foolishness. Yes, I tried my best to improve myself but still I can't be a one hundred percent great and good person.

Tapi ketika suatu tempat lebih mengutamakan manusia yang menampilkan diri dengan baik dan menjatuhkan cap buruk pada orang yang tidak bisa memenuhi definisi atau ukuran mengenai 'manusia baik'.. ah, kalau begitu hati seseorang tidak masuk hitungan dong. Yang penting dari luar orang itu terlihat baik.

But when a place focus more on those who can show themselves as good people and put bad mark on those who can't meet the 'good person' definition and standard.. ah, it means a person's heart doesn't count. The only thing count is the good outer appearance.

Kalau begitu dengan melihat diri saya, masa lalu saya, kepribadian, sifat dan kelemahan serta kekurangan saya.. saya tidak layak dong untuk berada di tempat itu dan tidak layak pula untuk berada di antara 'orang-orang baik' yang berada di sana.

If that the case then seeing me, my past, my personality, characters along with my weakness and flaws.. making me undeserved to be in that place nor to be around the 'good people' there.

Bulan September tanpa terduga Tuhan membuka jalan hingga saya bisa kembali mengajar sebagai guru di sekolah. Saya memang dibayar tapi bukan bayarannya yang membuat saya menerima pekerjaan ini. 

God opened a way for me to resume my teaching post in September. It was an unexpected thing. I get paid of course but that's not why I accepted it.

Kembali mengajar di sekolah memulihkan jiwa saya yang terkoyak oleh berbagai hal dan dikoyakkan oleh banyak manusia. Itu mengembalikan kebahagiaan saya.

Teaching in school again restores my spirit that has been shattered by many things and by many people. It brings happiness back to me.

*  *  *  *  *

What's precious? Outer appearance or the heart?

Saya memperhatikan hasil kerja murid-murid saya itu.


I looked at my students papers.

Ada yang mengerti maksud dan penjelasan saya. Ada yang tidak.


Some understood what I wanted and my instruction. Some did not.

Ada yang dapat melakukannya dengan baik. Ada yang tidak.


Some could do well. Some could not.


Yang hasil kerjanya terlihat baik, apakah hal itu menggambarkan mereka sebagai orang yang baik? Apa berarti sifat, kepribadian dan kebiasaannya baik semua? Apakah itu berarti kelak mereka akan berhasil dalam kehidupan?

The ones who appeared to have done it well, would it tell that they were good people? Would it mean all of their characters, personalities and habits are good? Would it mean they would be success in their future lives?

Yang hasil kerjanya terlihat berantakan, kacau dan jelek, apakah hal itu menggambarkan mereka sebagai orang yang tidak baik? Apa berarti sifat, kepribadian dan kebiasaannya tidak baik semua? Apakah itu berarti kelak mereka akan gagal dalam kehidupan?

The ones whose work appeared to be all messed up, would it tell that they were bad people? Would it mean all of their characters, personalities and habits are bad? Would it mean they would be fail in their future lives?

Tentu tidak kan.

Absolutely not.

Jadi bijaklah ketika menilai seseorang.

So be wise when you judge somebody.

Jangan tertipu dengan penampilan dari luar.

Don't be fooled by outer appearance.

believeinplace.com

8 comments:

  1. selalu salut ama guru2 seperti kamu mba.. bisa sabaaaar banget ngadepin anak kecil yg rame begini :).. ntahlah, mungkin krn aku g suka anak2 ya, jd kalo dikelilingi 2-3 anak aja udh pusing sendiri.. apalagi 1 kelas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk.. lha, kamu malah sdh punya anak, Fan, aku belon. hrsnya lebih pengalaman & sabar kamu dibandingkan aku. dulu sebelon jadi guru, aku malah takut banget deket-deket anak kecil. lucu juga sih sebetulnya kalau diingat-ingat lagi

      Delete
  2. Selamat kembali ke dunia ajar-mengajar anak anak mbak :) tentunya setelah 5 tahun jeda, perlu sedikit waktu pemanasan ya hehe. No worries you will get used to it. Sama disini saya terakhir ngajar tahun..2013 , skrg kembali lagi.. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak, tq buat komennya. salam kenal balik :)
      wah, guru juga? di TK atau SD? bisa balik lagi itu gimana ceritanya? asyik ya bisa balik ngajar lagi. jadi guru itu ternyata ga bisa dibuang dari hati, sdh mendarah daging. merana kalau ninggalin dunia pendidikan

      Delete
    2. Hehe dlu di Jogja guru TK juga mbak..terakhir saya juga kerja di daycare,di Jogja. Kesini harus balik dr 0 lagi, sy ambil sekolah konsentrasi pendidikan anak2. skrg lagi magang di daycare..ktmu anak anak again and again hehe

      Delete
    3. wih asyik nih, ketemu sesama guru TK juga ya.. hehe..

      eh, kalo di daycare kan cuma momong, kasih makan, suruh tidur, ngajak main anak kan.. ga usah pake diajarin segala kyk di sekolah.

      btw, emang kalo di luar negeri ijasah & pengalaman kerja di ind ga berlaku? (hehe.. sy sdh ngintip profil & postinganmu di google plus)

      Delete
  3. Selalu salut sama guru2 TK
    Kudu selalu sabar sama murid ya.
    Aku liat guru2 di sekolah anakku gtu soalnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, tapi kalo jadi guru TK krn seneng & dasarnya memang panggilan hati ya semua mengalir aja alami, ga jadi beban.
      capek pastilah, gemes iya, kesel ada juga tapi ya semua dibawa happy & enjoy aja sih :)

      Delete