Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, August 13, 2015

Perfection

Adakah kesempurnaan itu?

Does perfection exist?

Pasangan yang sempurna..

The perfect couple..

“Saya dengar kamu minta putus dari Andre” perkataan Shirley membuat saya tertegun.

“I heard you broke up with Andre” Shirley’s words stunned me.

Hari Selasa pagi itu saya bertemu dengan Shirley dan putrinya Lauren.

I met Shirley and her daughter Lauren on that Tuesday morning.

Dua tahun lalu Shirley pernah menitipkan Lauren pada saya dan Andre selama kira-kira seminggu. Shirley adalah satu dari sekian banyak teman Andre yang kemudian menjadi teman saya juga.

Two years ago Shirley left Lauren in our care for about a week. Shirley is one of Andre’s friends who then became my friend too.

“Apa yang terjadi dengan kalian?”

“What happened with you two?”

Saya menunduk. Pura-pura sibuk menolong Lauren membuka bungkusan mainannya.

I bowed my head down. Pretend to be busy helping Lauren unwrapped the plastic bag of her toy.

“Saya tahu ini bukan urusan saya” Shirley menyentuh lengan saya dengan hati-hati “Tapi kalian berdua adalah teman saya dan selama delapan tahun ini saya bisa melihat bagaimana kalian saling menyayangi”

“I know this is none of my business” Shirley gently touched my arm “But the two of you are my friends and for eight years I have seen how much you loved each other”

Saya menghela napas. Keputusan untuk berpisah dengan Andre adalah keputusan terberat yang pernah saya buat. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman kami membuat hal itu terasa jadi lebih berat.

I took a deep breath. The decision to break up with Andre is the hardest decision I have ever made. Facing questions from our friends have made it feels even harder.

“Saya selalu membayangkan hubungan kalian akan langgeng selamanya. Kalian akan menjadi pasangan yang sempurna” ada nada penyesalan dalam suara Shirley.

“I have always pictured you guys would last forever. You’d make a perfect couple”

Selama beberapa hari terakhir ini saya baru tahu kalau banyak dari teman-teman kami yang menyesali perpisahan kami. Dan inti komentar mereka nyaris sama seperti kata-kata Shirley.

In the past few days I just discovered that many of our friends feel sorry for our breakup. And their comments basically talk about the same thing of what Shirley told me.

Kalian akan menjadi pasangan yang sempurna..

You two would make a perfect couple..

Apa sebetulnya yang membuat pasangan bisa dikategorikan sebagai pasangan sempurna?

What makes a couple can be categorized as perfect couple?

“Andre tampan dan kamu cantik” kata seorang teman saya “Kalian berdua pasangan yang enak untuk dipandang”

“Andre is handsome and you are pretty” said a friend of mine “You guys make a beautiful couple”

“Kalian terlihat cocok satu dengan lainnya” itu komentar lain yang pernah saya dengar tentang kami.

“You two are matched” that was another comment I heard about us.

“Kalian terlihat amat saling mencintai”

“You guys look so much in love”

Kalau Andre dan saya dipandang sebagai pasangan yang sempurna, kalau hubungan kami terlihat sempurna, cinta kami sempurna.. maka saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan kesempurnaan itu untuk bisa bersama dengan orang lain yang bila dibandingkan dengan Andre memang kalah sempurna tapi dia memiliki suatu kekuatan yang membuat saya memutuskan untuk memilihnya.


If Andre and I were seen as perfect couple, if our relationship looked perfect, perfect love.. so I have made a decision to leave that perfectness to be with other person who is less perfect compares to Andre but he has something powerful that made me chose him.

Lagi pula, saya tidak mencari kesempurnaan..

Besides, I am not looking for perfection..

*  *  *  *  *

Pendamping yang sempurna..

The perfect companion..

Belum lama ini saya menghadiri pernikahan seorang teman dan melihat dia serta suaminya diberkati sebagai suami istri, saya membayangkan diri saya dan pacar saya sekarang ini yang berdiri di depan sana.

At the wedding reception

Not so long ago I attended a friend’s wedding and when I saw her and her husband were blessed as huband and wife, in my imagination it were me and my present boyfriend who stood there.

Suatu bayangan yang membahagiakan hati sampai tiba-tiba saya menggigil ketika teringat pada sejarah panjang kehidupan saya di masa lalu.

What a happy picture it was until I suddenly shivered when I remembered to my long past.

Kalau kehidupan seorang manusia diibaratkan sebuah buku, maka buku kehidupan saya penuh dengan coretan dan noda.

If human’s life were pictured as a book, my book of life is full with scribbles and stain.

Ketika bersama Andre, saya tahu buku kehidupannya juga seperti itu dan bahkan lebih parah dari milik saya. Itu sebabnya kami berdua sama-sama tidak pernah merasa nurani terusik.

When I was with Andre, I knew his book of life is pretty much same as mine and even worse. It is why none of us ever had our consciousness bothered by that.

Tapi pacar saya yang sekarang ini punya kehidupan yang amat sangat berbeda dengan kehidupan saya. Dia jauh lebih sederhana dan murni.

But my present boyfriend has a different life with mine. He is so much simple and pure.

Dia seharusnya didampingi oleh seorang perempuan yang sama seperti dirinya, yang memiliki buku kehidupan yang masih bersih.

He should be accompanied by a girl whose book of life is mostly clean just like his.

Tiba-tiba saya merasa kecil dan tidak layak untuk mendampinginya..

I just felt I wasn’t good and proper to be his companion..

Saya mengatakan hal ini padanya, setengah untuk memberitahunya bahwa perempuan yang dia cintai ini memiliki banyak keruwetan dan setengahnya lagi untuk memberinya kesempatan mempertimbangkan kembali apa dia mau menerima saya yang amburadul ini.

I told this to him, partly to let him know that the woman he is in love with has so many complexity and another part was to ask him to reconsider his willingness to accept me.

Jawabannya membuat saya sadar bahwa cinta tidak mencari kesempurnaan. Cinta menerima, mengisi dan menutupi ketidaksempurnaan.


The things he said made me realized love does not seek for perfection. Love is accepting, filling and covering the imperfection.

Yah, saya harus menyimpan buku kehidupan saya yang lama di gudang dan mengisi buku baru yang bersih, tidak lagi mengotori lembaran-lembarannya.

Well, I just have to put my old book of life in the storage and fill the new clean book, not to put stain on its pages.

*  *  *  *  *

Tempat yang sempurna..

The perfect place..

Ketika terdapat banyak kekurangan pada suatu tempat, apa yang akan kita lakukan? Bertahan dan berusaha memperbaikinya atau mundur?

When many flaws are found in a place, what would we do? Stay around and try to fix it or backed off?

Mundur adalah cara termudah.

Backing off is the easiest way.

Tapi kalau sekali kita melakukannya, kita akan mengulanginya kembali dan hal itu bisa menjadi satu pola prilaku kita, apalagi kalau hal itu juga sudah menjadi pola pikir kita.

But once we do that, we will do that again and it can turn into our behavior pattern, especially when it has become a mindset as well.

Karena tidak ada satu tempat dimana segala sesuatunya dan semua manusia yang berada di sana bisa menciptakan atau mendatangkan kebaikan, kedamaian atau keharmonisan. Akan selalu ada cacat celanya.

Because there isn’t any place where everything and every human being there can create or bring good things, peace or harmony. There will always be flaws.

Mereka yang memilih bertahan atau harus bertahan karena tidak memiliki pilihan, yang pada akhirnya akan belajar untuk bisa menerima dan mengatasi ketidaksempurnaan.


They who chose to stay or have no option than to stay are the ones who will learn to accept and overcome the imperfectness.

*  *  *  *  *

Hidup yang sempurna..

The perfect life..

Kehidupan dan diri saya demikian amat sangat tidak sempurnanya hingga membentuk saya menjadi seorang dengan kepribadian kuat, mandiri, keras tapi juga menjadi seorang pencemas, skeptis dan rapuh.

My life and myself are so very imperfect that it turns me into somebody with strong personality, independent, tough but also somebody who constantly worry about lots of things, skeptical and fragile.

Kita tidak bisa berharap kehidupan dan diri kita menjadi sempurna.

We can’t wish to have perfection in life and in us.

Saya tidak memiliki rumus paten untuk menghadapi semua itu.

I don’t have any formula to deal with it all.

Yang saya tahu adalah saya hanya harus terus berjalan, belajar untuk menemukan kebahagiaan, kedamaian, kemampuan untuk bisa mengatasi, menerima, menghargai dan mensyukuri segala ketidaksempurnaan itu, terutama ketidaksempurnaan yang tidak dapat saya rubah.

What I know is I have to keep on walking, learn to find happiness, peace, the ability to overcome, accept, appreciate and be grateful all the imperfectness, especially the one that I can’t change.

No comments:

Post a Comment