Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, June 21, 2014

I Love To Hear You Laugh

Beberapa hari lalu rekan saya sedang menceritakan tentang celana pendek yang dipakainya. Lalu entah bagaimana dia rupanya teringat pada celana pendeknya yang sobek ketika dia berjongkok. Insiden yang bikin dia senewen setengah mati karena terjadinya di kantor. 

Few days ago a colleague told me about the shorts she wore. As she was telling this she remembered another shorts that ripped when she kneeled. An incident that made her panic because it happened in the office.

“Harusnya tidak usah di jahit” katanya “Biar jadi bergaya rocker”

“Shouldn’t sew it” she said “It would be rocker style shorts”

“Lebih mantap lagi kalau atasannya tank top, jaket jeans belel yang juga sobek-sobek, rambut gaya punk dan ber-tato” saya menambahkan “Tapi tatonya gambar Doraemon, Shaun The Sheep..”

“Add it with a tank top, worn off jeans jacket, punk hairstyle and tattoo” I went on “Of Dora Emon and Shaun The Sheep”

“Hah??” rekan saya kontan tertawa geli “Penampilan sudah sangar gitu, tatonya gambar Doraemon, Shaun The Sheep?? Sekalian aja bawahnya pake sandal Hello Kitty warna pink”

“Whatta??” she spontaneously laughed “A rocker with Doraemon, Shaun The Sheep tattoo?? Why not having a pair of Hello Kitty pink sandals too?”

Kami berdua tertawa terpingkal-pingkal membayangkan seperti apa penampilannya dengan atribut seperti itu.

We had quite a laugh thinking how she would look like with those outfit.

“Waduh, meriah betul ketawanya” kata rekan saya yang lain ketika dia masuk ke ruangan saya. Dia ikut tertawa padahal dia tidak tahu apa yang sedang kami tertawakan.

“What a laugh you have here” another colleague said as she entered my room. She was laughing though she didn’t know what we were laughing about.

Ketika kami ceritakan tentang penampilan rocker nyeleneh itu, dia tidak bisa membayangkan apanya yang lucu tapi toh dia tidak bisa tidak tertawa ketika mendengar kami berdua kembali tertawa terpingkal-pingkal saat menceritakan padanya tentang penampilan imajinari tersebut.

She couldn’t see what was so funny when we told her about our imajinary rocker appearance in that kind of outfit. However, she couldn’t hold herself not to laugh when she heard us laughing as we told her about it.

* * * * * *

“Tukang-tukangnya hari ini absen lagi” ibu saya bercerita tentang para tukang yang sedang membangun rumah tetangga kami “Sering banget tidak datangnya”


“The construction worker are absent again today” my mother told me about the workers who are building our neighbor’s house “They have been absent too often”

“Ya mungkin mereka lagi pada datang bulan” jawab saya sekenanya karena sedang makan.

“Yeah they probably are having their period” I said it without thinking because I was eating my dinner.

Ibu saya terpana mendengar jawaban saya.. untuk kemudian tertawa geli.

This stunned my mother.. a moment later she laughed.

“Tukangnya lagi datang bulan” ibu saya terpingkal-pingkal “Ada-ada aja kamu”

“They are having their period” she laughed “You are so sily”

Saya cuma nyengir. Tidak menduga jawaban ngasal itu menggelitik rasa humor dan imajinasi ibu saya.

I grinned. Not expected to make her tickle with my imaginary sily answer.

Tapi saya senang mendengarnya tertawa.

But I love to hear her laugh.

Selama 3 tahun kesehatannya menyiksa tidak hanya dirinya tapi juga saya dan ayah saya. Pada waktu itu ada hari-hari dimana rasanya matahari tidak akan pernah menyinari kehidupan kami lagi.

For 3 years her health condition tortured not only herself but me and my father as well. At that time there were days when it felt as if the sun wouldn’t shine in our lives anymore.

Dalam 3 tahun itu rasanya kalau bisa saya rela bertukar nyawa dengannya asalkan dia bisa kembali sehat dan ceria lagi.

In those 3 years I felt I would give my life for her if it could make her well and cheerful again.

Tapi kesehatannya membaik sejak awal tahun ini. Kemajuannya bahkan sangat pesat. Kami semua sangat gembira dan bersyukur.

But she gets better since the beginning of this year. There is quite a progress in her health. We are so very happy and grateful for that.

* * * * * *

“Pak, kalau gudang genset kita pakai untuk office boy, lantas gensetnya kita taruh dimana?” tanya saya pada senior saya.

“Sir, if we use generator’s storage room for office boy’s room, where are we going to put the generator?” I asked my senior.

“Taruh diluar” jawab beliau.

“Outside” was his answer.

“Siapa yang mau tanggung jawab kalau hilang?”

“Who would take the responsibility if it is stolen?”

“Dibikinin teralis, Ke. Kayak kandang anjing gitu”


“We will make sort of cage for it, Keke. Like dog’s cage”

“Oh” saya mengangkat bahu “Gensetnya dikandangin”

“Oh” I shrugged my shoulder “So it will be put in a cage”

“Iya, biar dia ga kabur” senior saya menatap saya sambil nyengir.

“Yes, so it won’t run away” my senior stared at me and grinned.

“Tinggal dipasangin pelang awas genset galak” jawab saya ikut nyengir.

“Put a sign beware of fierce generator” I said as I grinned broadly.

Senior saya kontan tertawa.

This gave him a big laugh.

* * * * * *

“Nonton apa sih kamu kok sampai lucu banget kayak gitu” Andre menghampiri saya.

“What is it that you are watching that makes you laugh merrily?” Andre came to me.

Saya kaget melihatnya “Kirain kamu lagi tidur”

It surprised me to see him “I thought you were sleeping”

“Ah, ga bisa tidur” dia duduk di samping saya. Dipeluknya saya “Lagi nonton apa sih? Dari tadi saya dengar kamu ketawa lucu banget”

“Couldn’t sleep” he sat next to me. Gave me a hug “What are you watching? It must be so funny to make you laugh like that”

“Itu” saya menunjuk layar televisi yang sedang menayangkan film kartun Marsha.

“That” I pointed at the tv screen. The cartoon Marsha was playing.

“Ya ampun” Andre tertawa “Jadi dari tadi kamu nonton film kartun?”

“Man” he laughed “So you have been watching cartoon?”

“Yap”

“Yep”

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu diciumnya saya dengan gemas.

He shook his head. Then he kissed me.

“Begini deh kalau punya pacar masih suka nonton film kartun” katanya geli “Mulai dari Mickey tikus, Donald bebek, Scooby Doo, Shaun The Sheep.. sekarang ini apa kartun apa?”

“This is what you get if you have a girlfriend who likes cartoon” he smiled “From Mickey mouse, Donald duck, Scooby Doo, Shaun The Sheep.. up to.. say again, what cartoon is this one?”

“Marsha” saya mencubitnya “Ssh.. jangan berisik.. tuh, anak kecil itu namanya Marsha. Dia nakal banget. Jahil. Temannya si beruang yang sayang sama dia tapi suka dibikin pusing dengan berbagai ulahnya”


“Marsha” I pinched him “Ssh.. quiet.. there, the little girl is Marsha. She is so naughty. Mischievous. Her friend, the bear, loves her but has oftenly have the headache over her many mischievousness”

“Umur berapa sih kamu?” Andre meledek saya “Baru lima tahun ya?”

“How old are you?” he teased me “Just five years old, aren’t ya?”

“Bawel” saya tertawa sambil mendorong mukanya karena jenggotnya menggelitik ketika dia sengaja menggosokkan pipinya ke pipi saya “Tuh, tonton aja si Marsha”

“Noisy” I laughed as I pushed his face away because his beard tickled me when he deliberately caressed his cheek on my cheek.

Jadilah sore itu kami duduk berpelukan sambil menonton film kartun Marsha. Dan beberapa kali saya mendengar Andre tertawa melihat berbagai ulah Marsha atau si beruang.

So we sat and hugging each other on that afternoon as we watched the cartoon Marsha. And several times I heard Andre laughed seeing Marsha and the bear’s actions.

Diam-diam saya tersenyum. Senangnya mendengar dia tertawa. Sore itu terasa lebih indah karenanya.

I smiled quietly. Happy to hear him laugh. It made the afternoon brighter.

* * * * * *

Hanya tawa.. hal yang sangat sederhana.. terlalu sederhana sampai rasanya tidak lagi memiliki arti.

Laugh.. a simple thing.. so simple that it has become meaningless.

Tapi cobalah pergi ke rumah sakit. Suara tawa jarang terdengar di sana.

Go to the hospital. You rarely hear the sound of laugh there.

Lalu bagaimana saat berhadapan dengan guru yang galak atau atasan yang punya tekanan darahnya melebihi tinggi gunung Everest? Rasanya tersenyum saja sudah merupakan kejahatan besar ketika berada dengan mereka.

How would it be like when having the presence of killer teacher or the boss whose blood pressure is higher than mount Everest? Even a smile would feel like committing a big crime at their presence.

Tapi tertawa tidak hanya melonggarkan urat syaraf yang tegang.

But laughing is not just to chill the nerve.

Mendengar suara tawa orang-orang tersayang mampu membawa kebahagiaan.


It brings such a joy to hear the laugh of loved ones.

Hampir seminggu setelah saya kembali ke Bogor setelah melewatkan waktu tiga hari, dua malam bersama Santi dan keluarganya, saya masih bisa mengingat dengan jelas suara tawa Kenzie.

It was nearly a week has passed that I got back to Bogor after spent three days, two nights with Santi and her family, I can still recall the sound of Kenzie laughing.

Dan saya juga sangat merindukannya.


And I miss him so much.

Beberapa hari lalu senior saya menelpon saya dan kemudian mampir ke kantor. Dua minggu kami tidak bertemu karena beliau sakit. Alangkah senangnya saya ketika melihatnya dan mendengar tidak hanya suaranya tapi juga tawanya.

Few days ago my senior called me and later stopped by at the office. We haven’t met for two weeks because he was sick. I was so happy to see him and to hear not only his voice but also his laugh.

Saat itu saya sadar bahwa selama dua minggu saya merasa kehilangan beliau, seseorang yang bukan saja seorang senior tapi telah menjadi seorang kawan, sahabat, seorang figur ayah.

At that moment I realized I missed him not just as a senior but a friend, a bestfriend, a father figure.

Ada arti lebih dari sebuah tawa.

A laugh is not just a laugh.

No comments:

Post a Comment