Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, June 15, 2012

Tetangga vs Tetangga (4) / Neighbor vs Neighbor (4)

“Kalau dia bisa, aku juga pasti bisa”

Prinsip diatas kalau diterapkan dalam bentuk positif dapat memberikan semangat pada seseorang.

Sayangnya bentuk lain dari prinsip diatas sering kita temui didalam hidup bertetangga.

Jakarta dan Bogor.

Jakarta
Kota boleh beda tapi ternyata ada aja tipe tetangga yang berpikiran bahwa kalau yang seorang bisa membangun rumahnya maka dia pasti bisa (baca : harus) membangun rumahnya juga.

Dulu di Jakarta ada seorang tetangga yang tidak bisa melihat tetangganya memperbaiki,  membangun atau mengecat rumah tanpa kemudian ikut pula melakukan perbaikan, pembangunan atau apa sajalah pada rumahnya. 

Pindah ke Bogor, eh, ketemu lagi dengan model tetangga seperti itu.

Tapi bersyukurlah saya karena jumlahnya tidak banyak dan tidak pula sampai mengarah pada persaingan yang tidak sehat.

Orang sering membanding-bandingkan kita atau dirinya sendiri dengan orang lain. Kalau itu untuk menimbulkan semangat, mendorong untuk berusaha atau untuk berempati maka pembandingan itu tentunya bertujuan baik.

Tapi bila tidak, maka yang muncul dalam hati dan kemudian dalam perbuatan adalah rasa iri, rasa tidak suka melihat orang lain lebih berhasil, lebih tajir, lebih, lebih dan lebih dalam hal-hal yang kita lihat kurang dalam diri sendiri.

Padahal kehidupan sebetulnya mengajarkan kita untuk bisa menerima dan mensyukuri segala hal, entah itu baik atau tidak, lebih atau kurang. Dengan cara demikian kita belajar untuk bersabar, rendah hati, tapi tidak rendah diri, bisa berempati pada sesama dan mengerti bahwa Tuhan menciptakan kelebihan seseorang untuk menutupi kelemahan orang lain.
______________________________________________

“I can do that too”

The above sentence can work to boost up one’s confident. That’s from the positive side. But not always came from positive perspective. 

Jakarta and Bogor.

Bogor
Two different town but people are just a like. While in Jakarta I had a neighbor who could not stand to see another neighbor fixing, renovating or just painting his / her house without would do the same to his house.

So I was pretty much surprised when I found the same type of people here in Bogor. I am just glad that their numbers are a few. And this kind of rivalry does not go further.

People like to compare us or themselves with others. Sometimes it is to make us feel determine to do more, to make higher achievement, to not give up. So it’s all for good purpose.

But it could make us feel that others have all the good things and this making us feel envious and jealous. Some of us became so obsessive by those feelings that it drives them to prove that they can have better home, higher position, bigger income, richer, so on and so on than their neighbors.

We oftenly miss the point. Life has actually teach us to accept one another. That we are created imperfect so we need each other to help, love and support.. With all this, God teaches us to be patient, to have humble heart, not to feel inferior and can have empathy for others.

We are completing one another.

No comments:

Post a Comment