Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, January 22, 2016

What’s in there?

“Bu Keke bawa apa aja sih?” anak perempuan kecil itu menjulurkan kepalanya untuk mengintip ke dalam ransel saya.

“What is it in there, miss Keke?” the little girl stretched out her head as she peeked into my backpack.

“Oh, ada panci, bantal, kuda nil” jawab saya sambil memberikan tatapan serius.

“Oh, I’ve got pan, pillow, hippo” I gave her my serious look as I answered her question.

Hah?

Huh?

Matanya membulat. Terbelalak menatap saya.

Her eyes widened. They looked at me in amazement.

Saya tidak bisa menahan tawa karena dia terlihat lucu sekali.

I couldn’t hold my laugh because she looked so funny.

“Sini deh” saya menariknya, mendudukkannya dipangkuan saya dan sambil memeluknya, saya membuka ransel saya yang oleh kakaknya dibilang ransel segede gaban dan mengeluarkan isinya.



“Come” I pulled her, sat her on my lap and as I hugged her, I opened my backpack which her sister called the giant backpack and took out the things I kept in it.

Saya sudah selesai mengajar kakaknya tapi belum bisa pulang karena hujan turun cukup besar. Jadi sementara menunggu hujan mereda, saya pikir tidak ada salahnya menunjukkan isi ransel saya pada adik dari murid saya ini.

I have just finished my tutoring session for her sister but I couldn’t leave because it rained. So while I wait for the rain to stop, I thought it wouldn’t hurt to show what I have got in my backpack to my student’s sister.

Jadi sore itu duduklah kami berdua di lantai sambil melihat-lihat barang-barang yang saya keluarkan dari ransel saya. Beberapa kali saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar komentar lucunya atau melihat mukanya yang seakan sedang menemukan harta karun.

So there we were on that afternoon, sitting on the floor as we looked at the things I took out from my backpack. I had quite a laugh to hear her funny comments or upon seeing her face that looked as if she just found some treasure.

*  *  *  *  *

Beberapa hari lalu ketika saya sedang membuat draft untuk postingan blog ini, hp saya berdering.

Few days ago when I was drafting a post for this blog, my cellphone rang.

Setelah membicarakan ini dan itu yang tidak terlalu penting, dia masuk ke inti yang mau dibicarakannya.

After had a small chit chat, she got to the point which she wanted to tell me.

“Tadi pagi Ke, gue ketemu sama mantan elu” dia nyerocos seperti senapan mesin “Dia nyalamin gue dengan muka begitu cerah kayak seakan-akan ga ada apa-apanya. Padahal kan di sms gue ke dia, gue sudah cerita gimana elu nangis waktu cerita ke gue kalau hubungan kalian berakhir. Bisanya ya dia, teganya ya dia kok ga kelihatan terpengaruh sama sekali”

“I met your ex this morning” she blurted out like a machine gun “He shook my hand with that bright look on his face as if nothing have ever happened. I texted him, I told him how you cried when you told me that you two have broke up. How could he, how insensitive he is to look as if it doesn’t effect him at all”

Saya menghela napas panjang.

I took a deep breath.

“Itu topeng. Kita berdua sama-sama bersandiwara, bahwa kami baik-baik saja, bahwa kami bahagia, bahwa kami tidak terpengaruh dengan putusnya hubungan kami”

“That was a mask. We both play some acts, we act that we are doing fine, that we are happy, that the breakup doesn't effect us”

Teman saya masih geram dan penasaran.

My friend was still furious and curious.

“Kayak apa itu orang, minta maaf kek ke elu, kasih jawaban kek, kasih penjelasan kek ke elu. Kok ya sikapnya seakan putus cinta itu biasa kok”.

“What kind of a person is he, he suppose to apologise to you, answer you, explain it to you. How could he behave as if broken love is not a big deal”

Saya diam-diam kembali menghela napas dalam-dalam.

I quietly took a deep breath again.

“Sori Ke, gue jadi emosi. Gue tadi jadi mesti ikut-ikutan bersandiwara. Padahal ye, elu tau ga, saat itu rasanya gue pengen banget jambak rambut dia”


 “Sorry Keke, I am being emotional. I had to play an act too. Do you know what, at that moment I felt I just wanted to pull his hair”

Ha? Saya melongo tapi detik berikutnya saya spontan ngakak.

Huh? I stunned but a second later I laughed it out loud.

Soalnya saya juga kepingin melakukan hal yang sama. Haha.

Because I wanted to do the same thing. Lol.

Akhirnya kami berdua tertawa terkekeh-kekeh.

At the end we both had a big laugh.

Dia adalah teman baik saya. Menyayangi saya setulus-tulusnya. Peduli pada saya seakan kami ini bersaudara kandung. Kami saling berbagi kebahagiaan dan kesusahan.

She is a good friend of mine. She loves me sincerely. Care to me as if we were real sisters. We share our happiness and sorrow.

Dia bertanya pada mantan saya itu bukan karena dia usil ingin tahu urusan orang. Dia bertanya karena dia ingin berusaha untuk membantu mencarikan jalan keluar supaya saya dan laki-laki bisa bersatu lagi.

She asked my ex not because she wanted to interefere into something that is not her business. She asked because she wanted to help find solution to make me and that guy get together again.

Tapi sama seperti saya, dia membentur tembok.

But just as it happened to me before, she bumped into a wall.

Ketika saya merasakan ada hal-hal yang menjadi ganjalan di hati saya, saya memberitahukannya ke mantan saya itu. Saya ingin dia meresponinya, saya ingin kami berdua bekerja sama mencari solusinya.. toh dulu dia pernah mengatakan pada saya bahwa masalah tidak harus dihadapi sendiri. Akan lebih ringan bila dibagi dengan orang lain.

When I felt there were things that made me feel uneasy, I let my ex knew about it. I wanted him to respond it, I wanted us to work together on finding the way to solve it.. after all, he told me once that one should not be alone when deal with a problem. It would be lighter when it is being shared with others.

Dia mengatakan hal itu ketika saya menolak untuk membagi masalah saya.

He said that when I refused to share him my problem.

Tapi ketika dua bulan lalu saya memberitahunya bahwa ada hal-hal dalam dirinya, dalam sikapnya terhadap saya dan hubungan kami yang mengganggu ketentraman hati saya, dia menanggapi dengan diam, bungkam.

But when two months ago I told him there were things in him, in his attitude toward me and toward our relationship that made me lost my peace of mind, he responded it with silent, a complete silence.

Saya bingung, kesal, marah dan akhirnya saya merasa tidak dihargai, tidak dicintai.

I was confuse, upset, angry and at the end I felt unappreciated, unloved.

Dua minggu menunggu dan tidak melihat ada tanda-tanda baik dari pihaknya membuat saya akhirnya mengambil keputusan; PUTUS.

Two weeks of waiting and seeing no good signs from his side made me finally took a decision; THAT’S THE END OF IT.

*  *  *  *  *

Sore tadi mantan saya menelpon. Kami bicara sebentar tentang pekerjaan.

My ex called this evening. We talked for a while about work.

Kalau mengenai pekerjaan, lucu dan anehnya kami berdua ini tim yang baik. Kami bisa bicara bebas, kami bisa berdebat, kami bisa bersikap fair dan bersabar menghadapi satu dengan lainnya.

When it comes to work, funny and strange thing is we are good team. We can talk freely, we can argue, we can act fairly and be patient toward each other.

Mungkin karena pekerjaan tidak membuat kami masuk ke dalam kepribadian satu dengan lainnya. Pekerjaan membuat kami saling mengenal hanya sebatas kulit.

Maybe because work doesn’t take us deep into each other’s personalities. Work allows us to get to know each other just as skin deep.

Tapi ketika kami mulai saling menyayangi dan masuk dalam suatu hubungan yang lebih dekat, lebih pribadi.. di saat itulah seperti kami saling mengintip, mengeluarkan dan mengamati satu persatu isi yang ada dalam kepribadian, sifat, kebiasaan, masa lalu, masalah dan rahasia dalam diri satu dengan lainnya.

But when we start to love for each other and got into a close relationship, a personal one.. it is the time we peek, take out and observe the things we have in our personalities, characters, habits, past, problems and secrets.

  
Pada dunia, kita tidak bisa jujur-jujuran menampilkan diri kita yang asli.

To the world, we can’t give our naked truth.

Kita hanya menampilkan itu pada orang-orang yang kita kasihi dan yang mengasihi kita karena kita mempercayai dan membutuhkan mereka untuk bisa menerima diri kita apa adanya, untuk menolong kita menghadapi diri kita dan untuk menjadikan kita sebagai orang yang lebih baik.

We only give that to the people whom we love and love us because we trust and need them to accept us just the way we are, to let them help us deal with ourselves and to make us into a better person.

Mantan saya membangun tembok kokoh disekelilingnya dan tidak mengijinkan bahkan saya untuk masuk dan melihat apa yang ada dibalik tembok itu.

My ex has built a strong wall around himself and doesn’t allow even me to enter it and to see what he’s got behind that wall.

Dia mungkin terlalu takut untuk membiarkan saya melihat dirinya yang asli, yang mungkin jauh berbeda dengan apa yang dia tampilkan kepada dunia.

Maybe he got too scared to let me see the real of him which probably is so contrast with the one he shows to the world.

Dia tidak memberitahu saya ketika dia sakit tapi pada orang lain dia tanpa ragu memberitahu.

He didn’t tell me when he was sick but to others he unhesitantly let it be known that he was sick.

Mungkin dia tidak ingin merepotkan saya, tidak ingin membuat saya khawatir atau tidak ingin terlihat lemah di depan saya.

Maybe he didn’t want to trouble me, didn’t want to worry me or he didn’t want to look weak infront of me.

Tapi bayangkan bagaimana kaget dan juga malunya saya mengetahui dia sakit justru dari orang lain, apalagi itu spontan nyeletuk “lho, kok kamu bisa ga tahu pacar sendiri lagi sakit?”.

Just imagine how surprised and embarrassed I was when I knew he was sick from someone else, especially when that person spontaneously exclaimed "how could you not know that your own boyfriend is sick?".

Ketika kemudian saya menyadari bahwa bukan hanya dia lebih bebas berkeluh kesah pada orang lain tapi juga mengungkapkan penghargaan atas perhatian yang diberikan orang lain kepadanya namun sedihnya tidak dilakukannya hal yang sama ke saya..

When afterwards I also realized that not only he could freely unburdened to others but he was also showing gratitute to others for their attention but sadly not doing the same to me..

*  *  *  *  *

Ah, mungkin saya terlalu emosional, terlalu impulsif, terlalu sensitif, terlalu keras, tidak berpikiran panjang..

Ah, maybe I was too emotional, too impulsive, too touchy, too hard, didn't think before I did what I did..

Saya menyesal saya tidak membaca ini sebelum saya mengambil keputusan itu.


I feel sorry I didn't read this before I made that decision.

Agaknya kami berdua harus belajar banyak tentang arti cinta dan untuk mau saling menolong satu dengan lainnya mengeluarkan apa pun yang kami miliki dan yang kami bawa-bawa dalam diri kami, seperti mengeluarkan isi ransel itu..

It seems we both need to learn more about the meaning of love and to willing help each other unpack whatever we have and bring in us, just like taking out those things from the backpack..

Atau mungkin juga setelah saya mengetahui apa saja isi yang ada dalam dirinya, lebih baik saya lari jauh-jauh.. hehe.. sori bray, ini bukan perkara cinta tapi ini perkara menyelamatkan leher sendiri dari segala setan-setanmu.

Or maybe now that I know what he's got in him, I better run as far as I could.. haha.. sorry dude, this has nothing to do with love, this is about me saving my neck off your evils.

No comments:

Post a Comment