Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, January 14, 2016

What is Precious to you?

Apa yang berharga untukmu?

Belum lama ini saya menerima telpon dari seseorang yang memberitahu saya kalau dia sudah bicara dengan donatur yang setiap bulannya menyumbangkan beras kepada saya.

A little while ago I received a call from someone who informed me that she has talked to the benefactor who donates rice to me.

Beberapa minggu lalu saya bicara padanya, minta agar disampaikan pada donatur ini bahwa tolonglah supaya donasinya itu diberikan dalam bentuk uang saja.

Few weeks ago I talked to her to please ask this benefactor to give his/her donation in the form of money.

Pertimbangan dibalik permintaan ini adalah karena beras sekarung itu setiap bulannya diantarkan ke kantor saya dan ayah saya yang datang untuk membawanya pulang.

The consideration behind this plea is because that sack of rice is delivered to my office every month and my father comes to bring it home.

Membawa beras sekarung itu makin terasa merepotkan untuk ayah saya, (yah, saya yang jauh lebih muda saja berasa ribet apalagi dia yang usianya sudah hampir 72 tahun), walaupun dia membayar tukang becak untuk menaikkan dan menurunkan beras itu ke becak, dari becak ke angkot, dari angkot ke becak dan dari becak ke teras rumah kami.

It is getting harder for my father to bring that sack of rice home, (well, it's so heavy even for somebody who is younger like me), though he pays pedicab driver to take it on the pedicab and off, from the pedicab to angkot, from angkot to another pedicab and from that pedicab to our house’s terrace.

Ayah saya makin tua walaupun kesehatan dan fisiknya masih baik tapi tetap saja dia mulai merasa kewalahan dengan kegiatan-kegiatan yang mengharuskannya mengeluarkan ekstra enerji.

My father is getting older though his health and physic are in good shape but still he feels overwhelmed when has to deal with things that require extra energy out of him.

Jadi saya dan orang tua saya mendiskusikan hal ini dan memutuskan bahwa lebih praktis, menghemat tenaga dan juga ongkos transport plus uang tip buat tukang becak kalau donasi ini kami terima dalam bentuk uang.

So my parents and I discussed this and decided that it is practical, save energy and money for transportation along with the tipping money for pedicab driver if this donation is given in the form of money.

Beras kan bisa dibeli dimana saja. Ada banyak toko dan warung di dekat rumah kami yang menjual beras.


Rice can be purchased anywhere. There are many stores and stalls near our house that sells rice.

Pertimbangan lainnya adalah kami bisa memilih sendiri jenis dan mutu beras sesuai dengan selera kami.

Another consideration is we can pick the rice type and quality according to our preference.

Psst... dalam kurun waktu sekitar dua tahun terakhir ini kualitas beras itu semakin jelek.

Psst.. in these nearly two years this donation rice is decreasing in its quality.

Ada banyak kotoran, batu, menir dan ulat dalam beras itu. Kata ibu saya, perlu waktu dua jam untuk dia membersihkan kotoran-kotoran itu dari beras.

There are many filth, small stones, grains and maggot in that rice. My mother said it takes two hours for her to get rid those filth from the rice.

Bila donasi itu diberikan dalam bentuk uang, kami bisa membeli sendiri beras dengan kualitas lebih baik. Ok, jumlah yang kami dapatkan pasti lebih sedikit karena harganya pasti lebih mahal tapi tidak apalah dari pada kami harus menerima beras dengan kualitas menyedihkan seperti itu.

If the donation given in the form of money, we can buy better quality rice. Ok, so we will get less quantity because better quality rice is expensive but it is much better than getting poor quality one like that.

*  *  *  *  *

Kantor saya punya program yang disebut Diakonia yang diberikan untuk orang-orang tua atau pada orang susah.

My office has a program called Diakonia for senior citizen or to marginal people.

Walaupun saya bekerja di tempat ini tapi orang tua saya tidak bekerja sama sekali sehingga mereka bergantung seratus persen pada gaji saya. Itu pertimbangan kenapa mereka mendapatkan Diakonia.

Eventhough I work in this place, my parents have no jobs at all so they are one hundred percent depend on my salary. It is why they are on Diakonia program.

Donasi ini mengurangi pengeluaran kami tapi selalu memberikan beban psikologis kepada saya karena saya merasa donasi itu memberikan cap ‘miskin’ pada kami.

This donation helps us cutting our expenses but it has always given me uneasy psychological burden because to me it is like giving ‘poor’ mark on us.

Saya beberapa kali mengatakan pada ayah saya bahwa saya ingin kami berhenti menerima donasi ini tapi ayah saya menolak karena kasihan melihat saya yang harus jungkir balik bekerja lebih keras untuk mencukupi keperluan kami (fyi.. uang gaji saya setiap bulan seratus persen dipakai untuk bayar listrik, air, telpon, gas dan belanja; so untuk keperluan saya sendiri, saya harus cari penghasilan dengan mengajar les bahasa Inggris).

I have several times told my father that I want us to stop receiving this donation but my father refuse because he doesn’t have the heart to see me have to juggle myself to work harder to make ends meet (fyi.. my monthly salary is one hundred percent to pay power, water, phone and gas bills also to buy basic neccessities; so to support myself I have to make my own income by giving English tutoring).

Saya mengalah dengan berat hati karena masih tetap terbeban dengan cap ‘miskin’ itu dan melihat serta mendengar percakapan orang tua saya tentang kualitas beras donasi ini yang semakin jelek membuat saya jadi tidak tenang.

I reluctantly agreed as that ‘poor’ mark still overshadow me and seeing along with hearing my parents conversation about this bad quality rice making me restless.

Demi alasan-alasan yang saya tuliskan diatas, kami setuju bahwa saya akan minta tolong pada seseorang untuk bicara pada donatur anonim ini tentang permintaan kami bahwa uang yang biasanya dibelikannya beras untuk didonasikannya pada kami sebaiknya diberikan saja kepada kami.


For the reasons, which I have written above, we agreed that I would talk to someone so she could talk to this anonym benefactor about our request that the money he/she usually used to buy rice to be donated to us is better given to us.

Si donatur bereaksi dengan mengatakan akan memberikan sembako saja.

This benefactor reacted by said he/she will give the nine kinds of basic needs goods.

Saya terheran-heran mendengarnya. Saya telah memberitahunya alasan-alasan mengapa kami minta supaya uangnya saja yang diberikan kepada kami.

It puzzled me when I heard it. I have let that person knew that we prefer to be given money instead of rice.

Jadi kalau biasanya donatur ini membelanjakan misalnya uang seratus ribu untuk membeli beras untuk didonasikan ke kami, kami minta seratus ribunya saja yang diberikan pada kami. Nanti uang seratus ribu itu akan kami belikan beras di toko dekat rumah.

So if this benefactor usually spends say one hundred thousand rupiah to buy rice to be donated to us, we ask him/her to give us that one hundred thousand rupiah instead. We will spend that one hundred thousand rupiah to buy rice in convenient store around our neighborhood.

Sederhana kan pointnya?

Simple point, right?

Nah, jadi saya bingung kenapa point yang demikian sederhana kok bisa jadi dipersepsikan berbeda.

So it confuses me to think why such a simple point could be perceived differently.

*  *  *  *  *

Beberapa minggu kemudian saya mengetahui keberatan donatur ini untuk memberikan uang adalah karena ‘nanti uangnya menguap’.


Few weeks later I learned that the benefactor’s objection to give money instead of rice is because ‘the money will evaporate’.

Artinya dia tidak percaya kami akan memakai uang itu untuk benar-benar membeli beras.

It means that person doesn’t believe we will use the money to buy rice.

Aje gileeeee...

Whatta...

Saya tersinggung ketika mendengarnya.

I felt so offended when I heard it.

Ketika kita memberikan uang pada pengamen atau pengemis, apakah kita pernah bertanya ‘hei, itu duit yang saya kasih ke kamu, kamu mau belikan apa? soalnya saya kasih duit itu supaya kamu bisa beli makanan. Jadi jangan kamu belikan barang lain’.

When we give money to street singer or beggar, would we ask ‘hey, the money I just gave you, what would you use it for? Because I gave it so you could buy food. So don’t you use it to buy other stuff’.

Yang harus kita ingat adalah saat kita memberikan sesuatu kepada seseorang, hak kepemilikan dari benda yang kita berikan itu otomatis berpindah dari diri kita kepada si penerima.

We should keep in mind that when we give something to somebody, the ownership of the object is automatically switched from us to the recipient.

Kalau saya memberikan anda sebuah buku maka buku itu bukan lagi milik saya dong. Buku itu telah menjadi milik anda. Entah buku itu mau dibaca, disimpan, dibuang atau dibakar, itu adalah hak anda sebagai pemiliknya.

If I give you a book, the book is no longer mine. It has become yours. Whether the book will be read, stored, dumped or burned, it is your right as its owner.

Ketersinggungan saya akhirnya membuat saya berkata ‘tolong sampaikan pada donatur itu bahwa saya sangat berterima kasih untuk donasinya selama bertahun-tahun ini. Kalau dia mau berikan beras, puji Tuhan. Dia mau berikan sembako, puji Tuhan. Dia tidak mau memberikan apa pun, puji Tuhan’.

My offendness finally made me spoken ‘please tell the benefactor that I am thanking him/her for the donation given to us for years. If that person gives us rice, praise the Lord. If it is nine kinds of basic needs goods, praise the Lord. If we receive nothing, praise the Lord’.

Hari itu saya berdoa menyerahkan perkara ini pada Tuhan. 

In my prayer that day I gave God this matter. 

*  *  *  *  *

Apa yang berharga untukmu?

What is precious for you?

Orang yang kita tolong itu adalah orang yang berharga. Hargailah dia. Hormatilah dia.

The person whom we help is precious. Appreciate that person. Have respect on that person.

Kita ingin menolongnya karena kita melihat dia dalam keadaan susah, lemah, tidak berdaya.. kita menilainya berharga. Satu kehidupan yang berharga untuk ditolong, untuk diperhatikan, untuk dibela, untuk dikasihi, untuk dihargai.

We want to help that person because we see he/she is in trouble, weak, helpless.. we value that person precious. One precious life that needed to be helped, to be given attention, to be stood for, to be loved, to be appreciated.

Atau kita menolong seseorang karena kita menilai ego kita jauh lebih berharga? Karena dengan menolong orang kita merasakan diri kita jadi lebih superior? Membuat kita merasa senang? Merasa telah berbuat amal? Berbuat kebaikan yang pasti membuat Tuhan senang?

Or we help somebody because we value our ego is precious? Because helping somebody makes us feel superior? Making us feel happy? Feeling of have done charity? Practicing good deeds that pleasing God?

*  *  *  *  *

Hari Minggu kemarin.. beras sepuluh kilo itu diantarkan ke kantor saya.

Last Sunday.. that ten kilos of rice was delivered to my office.

Kami tidak tahu bagaimana caranya sampai donatur itu berubah pikiran tapi kami bersyukur karena akhirnya beras itu tidak diganti menjadi sembako.

We have no idea how that benefactor changed his/her mind but we are grateful the rice is not replaced by nine kinds of basic needs goods.

Ah, terima kasih, Tuhan.

Ah, thank you, God.

Lebih berterima kasih untuk pelajaran berharga yang diberikan Tuhan lewat peristiwa ini.

www.pinterest.com
More thankful for the precious lesson given by God through this thing.

No comments:

Post a Comment