Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, December 30, 2015

Merry Christmas

Natal datang dan pergi..

Christmas came and went..

Saya telah melewati banyak Natal dan melalui kenangan itu..

I have had many Christmas and through those memories..

pavlaholywood.bloger.cz

*  *  *  *  *

Natal adalah pohon Natal.

Christmas is Christmas tree.

Natal identik dengan pohon Natal sampai-sampai orang mengidentifikasikan Kekristenan dengan pohon Natal atau pernak-pernik Natal.

Christmas tree is related to Christmas that people identifies it and Christmas decorations with Christianity.

Dalam sejarah natal saya pohon Natal pernah ada dan kemudian menghilang.

In my Christmas history, Christmas tree was there and then was gone.

Kami tidak lagi memasang pohon Natal setelah adik saya meninggal tahun 1981. Orang tua saya punya tiga anak, dua meninggal. Natal pertama setelah adik bungsu saya meninggal pastilah berat bagi mereka sehingga pohon Natal pun tidak dipajang. Tapi natal-natal berikutnya kami tidak lagi memajang pohon Natal.

We no longer had Christmas tree after my sister died in 1981. My parents had three children, two died. The first Christmas after my youngest sister died must be really hard for them so we didn’t have Christmas tree in the house. But we didn’t have it the next Christmas and so many Christmases after that.

Usia saya baru 10 tahun sewaktu adik bungsu saya meninggal. Saya tidak mengerti arti kematian. Yang saya tahu hanyalah adik saya sakit, dibawa ke rumah sakit dan kembali ke rumah dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Saya kehilangan adik dan teman. Saya juga kehilangan pohon Natal.

I was only 10 years old when my youngest sister died. I didn’t understand what death was about. All I knew was my sister got ill, she was taken to the hospital and brought back home, already died. I lost a sister and a friend. I also lost Christmas tree.

Mungkin itu yang membuat saya tetap senang memperhatikan pohon Natal. Tidak puas-puasnya saya menatap pohon Natal yang saya temui entah di gereja, di mall, di rumah teman.. karena sambil menatap pohon natal itu, saya teringat pada adik saya dan pada masa-masa lima tahun ketika dia masih hidup.

Maybe it is why I like watching Christmas tree. I can’t have enough looking at the ones in the church, at the mall, at a friend’s house.. because when I look at it, I remember my late sister and to those five years when she was alive.

Saya juga senang memperhatikan anak-anak kecil terpesona menatap pohon Natal seakan-akan pohon itu adalah suatu keajaiban.

I enjoy watching children staring at Christmas tree with amazement look on their faces as if it were some sort of a wonder.

Sebelum putus dengan Andre, Natal menjadi menyenangkan karena walaupun dia seorang atheis tapi dia tidak pernah melewatkan Natal tanpa pohon Natal. Dengan penuh semangat dia memajang dan menghias pohon itu dengan diiringi alunan lagu-lagu Natal. Dia akan bersiul atau bernyanyi mengikuti lagu-lagu itu, kadang berhenti untuk memeluk atau mencium saya, kadang malah dia menarik saya dan mengajak saya berdansa.


Before Andre and I broke up, Christmas was fun because eventhough he is an atheist but he never missed Christmas without putting on the tree. Enthusiastically he put and decorated it while Christmas songs were played. He would whistle or sang along, sometimeshe stopped to hug or kissed me, sometimes he would pulled me and danced with me.

Saya merindukan saat-saat itu.

I missed those moments.

Saya pikir saya akan melewatkan Natal tahun ini dengan pacar saya, duduk bersisian sambil berpegangan tangan sementara kami menatap pohon Natal, mensyukuri Natal pertama kami...

I thought I would spend this Christmas with my boyfriend, sitting next to each other holding hands while we look at the tree, feeling grateful for our first Christmas...

Tapi semua cuma impian kosong karena setelah hampir enam bulan bersama, dia bahkan tidak bisa menepati kata-katanya sendiri bahwa dia akan datang menemui orang tua saya untuk memberitahu mereka tentang hubungan kami.

But it was just an empty dream because for nearly six months we got together he didn’t keep his own words that he would come to my parents to tell them about us.

Enam bulan saya menjadi pembohong dan saya disiksa oleh rasa bersalah. Pada akhirnya saya mengambil keputusan.

I had become a liar for six months and I was tortured with guilt. I made up my mind, eventually.

*  *  *  *  *

Natal adalah kue-kue.

Christmas is cakes and cookies.

Bersyukurlah saya dikaruniakan ayah yang jago masak dan ibu yang pintar bikin kue.

I am so blessed to have a father who is a good cook and a mother who goods at making cakes and cookies.

Minimal 3 hari sebelum malam Natal, orang tua saya mulai sibuk membuat kue. Yang paling saya sukai adalah pulang dari kantor dan membuka pintu rumah.. hmm.. rumah berbau seperti toko kue.

At least three days before Christmas eve my parents started to bake cake and cookies. What I love is got home from the office and when I opened the door.. hmm.. the house smelled like a bakery shop.

Yang paling menyenangkan adalah kalau mereka membuat kue bertepatan dengan hari libur saya. Bertiga kami akan sibuk di dapur sementara anjing saya hilir mudik, mengendus kiri kanan, berharap ada yang berbaik hati membagi sedikit adonan kue atau kue yang baru matang..



The most pleasant thing is when they chose my day off as the day when they would make the cake and cookies. The three of us would be busy in the kitchen while my dog would walk around, sniffing around, hoping somebody would kindly give him a drop of the dough or pieces of cake or cookies that just came out from the oven.




Tapi faktor umur juga yang membuat tahun ini tidak ada kue Natal.

Their age is the reason we don’t have Christmas cake and cookie this Christmas.

Tidak apa. Saya tidak menuntut harus ada kue. Tahun ini saya membeli sebuah kue.

That’s okay. I don’t demand to have cake and cookies. I bought a cake this year.

Ayah saya tetap masak dan membuat puding. Jadi yah, sekali pun sederhana tapi hidangan Natal kami lumayan enak kok.


My father cooked Christmas dish and made a pudding. So yeah, though it was simple but it was quite good.

*  *  *  *  *

Natal adalah pertobatan.

Christmas is repentance.

Kalau Kekristenan diibaratkan seperti sekolah, saya bukanlah murid yang alim, manis dan penurut.

If Christianity were to be pictured as school, I were not a sweet and obedient student.

Saya pemberontak. Saya skeptikal. Saya penggugat.

I am a rebel. I am skeptical. I am a protester.

Dalam dua tahun terakhir ini saya malah sudah hampir menjadi seorang atheis. Bayangkanlah ironinya itu, saya bekerja di gereja dan saya sudah merasa yakin untuk mengabstainkan diri dari agama manapun.

In the past two years I was even turned myself into an atheist. Imagine the irony, I work in church and I was sure I would abstain myself from any religion.

Ada terlalu banyak peristiwa yang saya alami. Lebih berat dari pada yang dapat saya tanggung dan ketika saya mencari Tuhan, Tuhan seperti memalingkan muka. Itu pengkhianatan. 

I have been through many things. Harder than what I could handle and when I turned to God, He was turned His face away. It was a betrayal. 

Lalu di bulan Oktober, ketika saya tidak bisa tidur karena sakit kepala dan sakit gigi, tiba-tiba saya melihat Tuhan berdiri di depan saya.

Then some time in October, I couldn’t sleep for having headache and toothache when suddenly I saw God stood infront of me.

Tidak, saya tidak sedang berdoa. Sudah hampir dua tahun saya tidak lagi percaya pada Tuhan. Saat itu saya sedang berpikir bagaimana saya harus melewatkan malam dengan sakit kepala dan sakit gigi yang amat sangat menyiksa.

No, I wasn’t praying. It has been two years that I stopped believing in God. At that time I was thinking how I would have to spend the night with a torturing headache and toothache.

Bagaimana saya tahu itu bukan imajinasi saya?

How would I know it wasn’t my imagination?

Karena di masa lalu saya sudah beberapa kali melihat Tuhan entah itu di dalam mimpi atau ketika mata saya sedang terbuka lebar.

Because in the past I have several times seen God whether it was in my dreams or when I was fully awake.

Jadi saya langsung mengenaliNya.

So I recognized Him imidiately.

Dia meletakkan tanganNya ke kepala saya dan saya hampir berteriak karena sakitnya luar biasa.

He put His hand on my head and I was almost scream because it hurt like hell.

Saya melihat begitu banyak asap hitam keluar seakan besi yang langsung menempel ke magnet.

I saw many black smokes came out like pieces of iron stick into a magnet.

Entah berapa menit kemudian, keheranan saya merasakan semua sakit yang tadi saya rasakan ternyata sudah hilang.

Minutes passed, I was amazed when I realized all the pain was gone.

Malam itu saya bisa tidur tenang. Saya bahkan tidak minum obat apa pun.

I could sleep soundly that night. I didn’t even have to take any medicine.

Besok malamnya, kembali sakit kepala dan sakit gigi itu menyiksa saya. Kali ini semua obat yang saya minum sepertinya tidak mempan.

The next night the headache and toothache were back. This time the medicine I took seemed gave no effect at all.

Saya tidak mau memberitahu orang tua saya karena tidak mau membuat mereka khawatir.

I didn’t want to tell my parents for not wanting to make them worry.

Tapi saya tetap membutuhkan orang untuk memberikan kekuatan ketika saya sedang merasa sangat lemah dan tidak berdaya.

But I still needed somebody to give me strength when I felt so weak and powerless.

Pacar saya tidak bisa dan tidak mau datang.

My boyfriend couldn’t and didn’t want to come.

Tuhanlah yang datang dan mengulangi apa yang Dia lakukan ke saya malam sebelumnya.

It was God who came and He did what He did to me the night before.

Yang terjadi adalah pengulangan hal yang sama. Dengan hasil yang sama.

It happened just like the night before. With the same result.

Besoknya saya pergi ke dokter gigi tapi saya tidak bisa melupakan apa yang Tuhan lakukan.



I went to the dentist the next day but I can’t forget what God did.

Saya bertobat.

I repent.

Kalau Kekristenan diibaratkan seperti sekolah maka saya adalah murid yang bandel, keras kepala, pemberontak yang lari dari sekolah. Tuhan tidak mengutuk saya. Dia membiarkan saya lari tapi tidak meninggalkan saya. Dia tidak pernah berhenti menyayangi saya bahkan ketika saya mengutukiNya dan mengatakan bahwa saya tidak mau lagi mengenalNya.


If Christianity were to be pictured as school  I am a troubled, stubborn student, a rebel who ran off from school. But God never cursed me, He let me ran away but He never left me. He never stop loving me even when I cursed Him and told Him that I no longer wanted to know Him.

KasihNya menaklukkan saya, mengalahkan saya dan membuat saya kembali.

His love completely knocks me out and made me return to Him.

*  *  *  *  *

Natal adalah melakukan hal yang benar.

Christmas is doing the right thing.

Melakukan hal yang benar itu amat sangat sulit.

Doing the right thing is so hard.

Setelah saya bertobat, Tuhan membuka mata saya sehingga saya bisa melihat alangkah kacaunya hidup dan pola pikir saya selama ini.

After I repent, God opened my eyes so I could see how terrible my life and my mind were all this time.

Tidak, Tuhan tidak mengatakan “Bersihin sendiri semua kekacauan yang kamu lakukan”

No, God didn’t say “Clean your own mess”

Tuhan menunjukkan kekacauan itu dan menunjukkan apa yang harus saya lakukan.

God showed those mess and what I should do.

Semua berjalan selangkah demi selangkah.

Everything goes one step at a time.

www.neloo.com

No comments:

Post a Comment