Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, September 3, 2015

Forget Me Not

“Oya, hampir lupa. Ada sesuatu buat kamu” Shirley menunjuk ke arah dapur “Ada di atas meja makan”

“Oh, almost forgot. There is something for you” Shirley pointed to the kitchen “On the dining table”

Kami baru saja kembali ke rumahnya setelah belanja dan makan malam.

We just got back to her place after went shopping and had dinner.

Sesuatu buat saya? apa ya?, pikir saya sambil berjalan ke dapur sementara Shirley menggendong putrinya, Lauren, yang tertidur ke kamar.

Something for me? What is it?, I thought to myself as I went to the kitchen while Shirley carried her daughter, Lauren, who was asleep to the bedroom.

Di atas meja makan ada sekuntum bunga forget-me-not dalam gelas kristal, sebuah amplop putih bertuliskan nama saya diatasnya terletak didekatnya. Hati saya berdebar-debar karena saya mengenali tulisan tangan itu.


There on the dining table is a forget-me-not flower in a crystal glass, a white envelope with my name written on it is placed near it. I got nervous when I recognized the handwriting.

Saya merobek amplop itu. Isinya sebuah kunci dan sebuah USB.

I tore the envelope. A key and a USB were inside of it.

“Dia minta supaya saya memesan sekuntum bunga forget-me-not dan amplop itu dikirimkan dengan paket yang saya terima dua hari lalu” kehadiran Shirley mengejutkan saya “Apa itu yang ada dalam amplop?”

“He asked me to order one forget-me-not flower and the envelope was delivered by courier two days ago” Shirley surprised me with her presence “What is that in the envelope?”

“Kunci rumahnya” saya menghela napas “Saya memberikan kunci ini ke dia minggu lalu sebelum dia berangkat ke Seattle. Saya kan bukan pacarnya lagi jadi buat apa saya masih pegang kunci ini. Tapi ini dia kirimkan kembali ke saya”

“The key to his house” I took a deep breath “I gave it to him last week before he left to Seattle. I am not his girlfriend anymore so why should I keep it. But now he is sending it back to me”

“Dan USB?” tanya Shirley. Melihat muka saya, dengan lembut dia menepuk tangan saya “Pakailah laptop saya. Mungkin Andre meninggalkan pesan khusus dalam USB itu”

“And the USB?” asked Shirley. Seeing my face, she gently patted my hand “Why don’t you use my laptop. Maybe Andre left a message on that USB”

Lalu dia berdiri “Saya ada di kamar Lauren kalau kamu membutuhkan saya”

And she stood up “I am in Lauren’s room if you need me”

Saya tersenyum “Thanks, Shirley”

I smiled to her “Thanks, Shirley”

Cuma ada satu file dalam USB itu; kumpulan foto-foto kami selama delapan tahun terakhir ini. Tersusun rapi berdasarkan tahun. Ditampilkan dalam bentuk slide, diiringi lagu Peter Cox.


There is only one file in that USB; our photos in the past eight years. Neatly arranged in yearly order. It is a slide show with Peter Cox’s song played in the background.

Saya tersenyum, tertawa dan menangis melihat foto-foto itu.

I smiled, laughed and cried when I saw those photos.

Tidak mudah untuk meninggalkan dan melupakan hubungan selama delapan tahun ini.

It is not easy to walk away and forget these eight years of relationship.

*  *  *  *  *

“Seminggu ini tidak ada kontak sama sekali dari dia, Keke” teman saya tertawa.

“It has been a week without any contact from him, Keke” my friend laughed.

Sesuatu terjadi yang membuat teman saya meninggalkan suaminya selama seminggu.

Something happened that made my friend left her husband for a week.

Tidak ada komunikasi selama seminggu.. suaminya tidak berupaya untuk menelpon atau setidaknya mengirimi sms untuk membujuk atau mengajaknya untuk berdamai.

No communication for a week.. her husband made no effort to call her or at least text her to soothe her or ask her to reconcile.

Beberapa hari setelah kami bertemu, teman saya mengabari saya bahwa suaminya akhirnya mengirimkan sms juga.

Few days after we met, my friend informed me that her husband finally texted her.

Saya geleng-geleng kepala.

I shook my head.

Satu masalah membuat mereka seperti saling melupakan selama seminggu.

One problem made them seemed to forget each other for a week.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya bisa seperti itu.

I can’t imagine how it would be like.

Dalam pengalaman saya pacaran, dulu atau sekarang, masalah pasti akan selalu ada dan yang namanya korslet itu pasti bisa terjadi tapi syukurlah tidak pernah membuat putus komunikasi selama seminggu karena biasanya pasangan saya yang mengalah duluan dan itu melunakkan hati saya.


In my past or present relationship, problem and quarrel are an avoidable but they have never disconnect the line of communication for a week because my partner usually takes the initiative to open the communication and it softened my heart.

Kalau pun untuk sementara waktu kami tidak saling berkomunikasi, itu atas permintaan saya karena saya kenal watak dan sifat saya so saya tahu betul, tidak ada gunanya mengajak saya bicara kalau hati saya sedang panas dan karenanya otak saya sedang tidak bisa di ajak berpikir dengan rasional.

When we didn’t communicate for a while, it was done under my request because I know my characters so I know it all too well that it is useless to talk to me when my heart is so enraged and thus my brain can’t think rationally.

Jadi biasanya saya minta pacar saya untuk tidak menghubungi saya selama sekian menit atau sekian jam sampai emosi saya reda. Atau menunggu sampai saya sendiri yang menghubunginya.

So it is usually I who ask my boyfriend not to contact me for few minutes or few hours until I can calm my emotion. Or he should wait until I contact him.

Beberapa waktu lalu pacar saya membuat saya benar-benar marah. Saya mengirimkan sms untuk memberitahunya bahwa dia membuat saya marah dan saya minta dia untuk menjauh dulu.

Sometime ago my boyfriend really made me really angry. I texted him to let him know about it and to ask him to distant himself from me.

Hampir jam sepuluh malam ketika saya memutuskan mengirimkan sms untuk mengucapkan selamat malam, selamat istirahat. Sebetulnya sudah dari satu jam sebelumnya saya rajin melirik jam dan berpikir apa yang sedang dia kerjakan dirumahnya, apa dia sudah tidur atau dia masih nonton tv? Biasanya dia menelpon saya dan kami akan mengobrol entah sebentar atau lama tapi karena permintaan saya tadi siang, dia tidak menghubungi saya.

It was almost ten at night when I decided to text him to wish him good night, sleep tight. Actually I have checked my clock since an hour ago and thought what was he doing at home, has he gone to bed already or was he still watching tv? He usually calls me at night and we would talk either shortly or had a long conversation but my request in the afternoon made him restraint himself from contacting me.

Tapi saya sedang sibuk membuat draft blog dan saya pikir mungkin dia juga sudah tidur. Namun mendekati jam sepuluh, saya gelisah dan berpikir semarah atau sekesal apa pun saya padanya rasanya tidak enak dan tidak benar kalau sampai kami berdua pergi tidur tanpa mengucapkan selamat malam.

But I was busy drafting my blog script and I thought he probably have gone to bed already. Still, when it was almost ten I felt anxious thinking no matter how angry or upset I might be it didn’t feel right if we gone to bed without saying good night.

Udahan marahnya?

Not angry anymore?

Sms balasannya langsung di susul dengan telpon darinya dan itulah juga yang pertama kali dia tanyakan.

His text was followed by a call from him and that was what he first asked me.

Ya ampun, pikir saya antara merasa lucu dan juga kasihan. Saya sudah mendiamkan dia dari sekitar jam dua siang. Saya masih mendongkol dan amarah saya belum hilang seluruhnya tapi hati saya melunak. Kami mengobrol sebentar.

Goodness, I thought in between tickled and felt sorry. I have turned myself into silent mode since around two in the afternoon. I was still upset and my anger has not completely gone but my heart softened. We talked for a while.

Sejauh ini belum pernah saya mendiamkan pasangan saya selama seminggu. Entah perkaranya besar atau kecil, paling lama hanya satu hari dan ya mudah-mudahan tidak akan pernah sampai seminggu.

So far I have never silenced my partner for a week. Whether it was big or small matter, it would go only for a day at max and yes hopefully it will never have to go for a week.

*  *  *  *  *

Aku kangen banget sama kakak, sama Bogor dan sama orang-orang … (nama kantor saya).

I miss you so much, sis, I miss Bogor and the people in … (my office).

Begitu komen Dessy di beberapa status facebook saya. Dia bahkan juga memasang foto dirinya ketika kami mengunjungi sebuah museum di Jakarta.

That was Dessy’s comment on few of my facebook status. She even uploaded her photo when we visited a museum in Jakarta.

Sudah tiga bulan kami tidak bertemu sejak kami berpisah di Ambon dan selama itu baru sekali saya menelponnya.


We haven’t met for three months since we bid our farewell in Ambon and eversince that I made only one phone call to her.

Siang itu saya memutuskan untuk menelponnya karena rasanya saya jadi kangen banget.

That afternoon I decided to call her because I just missed her so much.

Ketika dia menerima telpon saya dan mengenali suara saya.. dia menangis.

When she received my call and recognized my voice.. she cried.

Dan saya jadi ikut menangis.

And it made me cried too.

Kami menangis dan tertawa bergantian sambil saling bertukar kabar selama kira-kira dua puluh menit.

We cried and laughed as we exchanged news during our twenty minutes phone call.

Dessy menjalani masa praktek kuliahnya di kantor saya selama setahun dan selama itu pula kami menjadi teman, sahabat dan saudara. Usianya yang lebih muda dua puluh satu tahun dari saya membuat kadang saya melihatnya seperti anak. Tapi kami bisa nyambung seakan tidak ada jurang dalam umur.

Dessy spent a year of her internship in my office and we became friends, bestfriends and sisters. Being twenty one years younger than me made me sometimes viewed her as if she were my child. But we were just clicked and age gap has never become a problem at all.

Ketika dia kembali ke Ambon, saya memutuskan untuk ikut berlibur ke sana. Saya melihat kota kelahirannya. Saya bertemu dengan keluarga dan beberapa temannya. Sikap mereka membuat saya merasa diterima sebagai bagian dari mereka.

When she returned to Ambon, I decided to come along and had a holiday in her hometown. I met her family and few of her friends. The way they treated me made me felt accepted as one of them.

Setelah libur selesai, saya kembali kerja dan barulah terasa kosongnya kantor tanpa kehadirannya. Karyawan di tempat kerja saya ini memang sedikit tapi sebelumnya saya tidak pernah merasa sampai amat sangat kesepian.


After the holiday, I went back to work and it was when I really felt how empty the office is without her. There are only few workers in my office but I have never felt so very lonely.

Saya menenggelamkan diri dalam pekerjaan untuk melupakan rasa sedih, kehilangan dan kesepian itu.

I buried myself in work to forget the sadness, feeling of loss and the loneliness.

Saya kira dia lebih bisa dan lebih cepat melupakan saya karena dia kembali ke kampusnya dan bertemu dengan teman-teman serta dosen-dosennya.

I thought she would manage to forget me sooner when she returned to her campuss and met her friends and teachers.

Tapi kenyataannya dia tidak bisa melupakan saya dan siang itu ketika dia menangis begitu mengenali suara saya, ketika dia minta supaya saya menelponnya lagi serta menanyakan kapan saya bisa datang menengoknya di kampus, saya tahu bahwa selama tiga bulan ini ada ikatan kuat di dalam hati kami yang membuat kami tidak bisa melupakan satu dengan lainnya.

But the fact is she can’t forget me and that afternoon when when she cried once she recognized my voice, when she asked me to call her again and when she asked when I will come to her campuss, I knew that in these three months we have strong bond in our hearts that made us can’t forget each other.

Appreciate what you have now


No comments:

Post a Comment