Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, November 30, 2011

Darah & Daging / Flesh & Blood

“Ke, ibu … semalem sms jam 11 minta besok pagi di jemput” begitu isi sms dari seorang anggota pengurus yang mengurusi segala tetek bengek mengenai pembicara (pengkhotbah) di gereja ini, tempat di mana saya bekerja sejak bulan Juli 2011.
Sms itu di kirim hari Minggu (16/10) jam 4.30 pagi. Saya baru membacanya sekitar satu jam kemudian.

Waduh duh duh duh!!

Jadi ibu yang akan berkhotbah di gereja kami hari Minggu itu mengirim sms jam 11 malam meminta supaya orang dari gereja ada yang menemuinya di satu titik pertemuan di Bogor, untuk kemudian orang itu menunjukkan jalan menuju gereja.

Si pembicara ini datang dari Jakarta dan untuk pembicara seperti beliau, kami menerapkan kebijaksanaan untuk mengutus satu orang menunggu di depan KFC dekat terminal Baranangsiang.

Orang utusan ini biasanya berkendaraan motor. Sementara pembicara selalu bermobil. Jadi setelah bertemu di depan KFC, si pembicara akan mengikuti orang utusan gereja dari belakang sampai ke gereja.

Tugas saya adalah menghubungi pembicara yang di jadwal akan berkhotbah di gereja pada hari Minggu berikutnya. Ini saya lakukan dengan cara mengirim sms meminta konfirmasi si pembicara apakah sudah menerima surat yang berisi :

Tema khotbah
Nats khotbah (ayat dari Alkitab yang akan di pakai sebagai referensi sesuai dengan tema)
Liturgi (susunan acara ibadah)
Peta lokasi gereja

Pengalaman bulan-bulan sebelumnya membuat saya mulai mengontak pembicara dari hari Senin. Jadi waktu yang tersedia cukup panjang untuk mematangkan semuanya. Hal ini penting karena mayoritas pembicara yang saya sudah kontak selama 5 bulan ini rata-rata tidak bisa cepat memberikan jawaban konfirmasi. Mungkin karena kesibukannya yang sejibun.

Nah, jadi si ibu pembicara yang membuat kehebohan itu pun sudah saya kontak sejak hari Senin (10/10). Konfirmasi terakhir pun menunjukkan semua ok. Si ibu tidak perlu penunjuk jalan.

Bayangkanlah bagaimana kagetnya kami semua ketika Sabtu malam jam 11 beliau mengirim sms meminta di jemput esok paginya.

Jam 11 malam, cing! Bukan hari Sabtu jam 11 pagi.

Orang yang dikiriminya sms itu sudah tidur pada waktu sms itu dikirimkan dan baru membacanya pada keesokan harinya jam 4.30 pagi. 

“Ga biasanya saya bangun langsung lihat hape” kata ibu pengurus itu pada saya setelah kehebohan pagi itu terlalui “Tuhan tahu ada sms penting”

Ya. Tapi jam 4.30 pagi itu saya masih tidur ketika dia bergegas mengirimkan sms kepada saya untuk menginformasikan permintaan mendadak itu.

“Saya juga mikir pasti si Keke masih tidur” dia tertawa geli sementara saya tersenyum kecut karena sepenuhnya pulih dari kekagetan dan ketegangan akibat kehebohan di pagi tadi.

Tidak ada yang menyalahkan saya tentu saja karena kami hanya akan mengutus orang utusan kalau si pembicara mengatakan bahwa dia tidak tahu atau tidak ingat jalan menuju gereja kami. Si ibu pembicara yang satu ini sudah pernah berkhotbah di gereja kami dan saat di konfirmasi, beliau meng-ok-kan semua. 

“Mungkin mendadak terkena serangan amnesia” teman saya yang mantan TU di gereja kami terkikik. Dia sempat ikut-ikutan senewen tadi pagi karena pada saat genting justru suaminya yang biasanya menjadi orang utusan (baca : penunjuk jalan bagi pembicara) sedang keluar kota.

“Kalau aja serangan amnesianya hari Sabtu pagi, si mas bisa ngundurin keberangkatannya” lanjutnya lagi “Kan si mas berangkatnya sore”

“Iye, serangan amnesianya datang jam 11 malem!” saya mesem-mesem asem. Hehe.

Dugaan saya, si ibu pembicara itu (saking sibuknya) baru betul-betul memikirkan rute menuju gereja kami pada hari Sabtu malam dan saat itu pula beliau baru menyadari bahwa  file tersebut sudah hilang dari memori otaknya. Jadilah beliau mengirim sms (bukan nelpon, coy!).

Nah, hal-hal yang saya tuliskan di atas itu bukanlah untuk mencela atau menjelekkan  siapa pun. Bukan pula untuk mengakui bahwa penganut agama atau keyakinan tertentu ternyata tidak becus atau lebih baik dari yang lain.

Ini menuliskan tentang pengalaman berharga karena sebelum saya bekerja sebagai TU gereja, saya hanyalah jemaat biasa yang cuma tahu hari Minggu pagi datang ke gereja, masuk, duduk, nyanyi, berdoa, mendengar khotbah lalu pulang dan hari Minggu berikutnya alurnya seperti itu lagi.

Sebagai jemaat biasa saya cuma tahu terima beres.

Saya duduk manis, mendengarkan dan merenungkan khotbah, terkesan dengan isi khotbah atau dengan pembicara (pengkhotbahnya).

Saya tentu saja tidak pernah tahu apakah pembicara itu tiba di gereja lebih awal, mepet-mepet atau malah terlambat sampai membuat para pengurus gereja keringat dingin & sakit perut.

Saya juga tidak tahu apakah pembicara tersebut orang yang disiplin atau yang model ‘ntar sok’ alias ntar dulu, ntar aja, ntar dong, ntar nape… alias senang menunda sampai detik terakhir.

Begitu pun saya tidak akan tahu apakah pembicara yang berdiri di atas mimbar itu adalah seorang yang hanya merasa cukup mengucapkan terima kasih melalui sms atau yang betul-betul menghargai orang-orang di belakang layar yang bekerja untuk membuat sekian puluh atau sekian ratus jemaat dapat mendengar firman Tuhan disampaikan setiap hari Minggu. Karena ini bidang rohani maka mayoritas dilakukan atas dasar pelayanan, sukarela, pengabdian. Jadi wajar kalau mereka sesekali mendapat pengakuan & penghargaan.

Kini rahasia-rahasia di balik layar itu disingkapkan oleh Tuhan kepada saya. Untuk apa? Supaya saya belajar seluk beluk tata cara kerja, manajemen dan organisasi gereja.

Bukan itu saja. Tapi supaya saya juga bisa melihat contoh-contoh karakter yang memperkaya pengalaman, kedewasaan dan kerohaniaan saya.

Yang saya pelajari adalah bahwa setiap rohaniawan tetaplah terdiri dari darah & daging. Sama seperti anda dan saya.

Kita semua adalah manusia. Dan sebagai manusia, tentu terdapat beragam sifat, pribadi serta kebiasaan.

Ada yang disiplin. Ada yang menunda.
Ada yang sabar. Ada yang penaik darah.
Ada yang murah hati. Ada yang perhitungan.
Ada yang rajin. Ada yang malas.
Ada yang teliti. Ada yang ceroboh.
Ada yang steril. Ada yang jorok.
Ada yang humoris. Ada yang serius
Ada yang yang tahu menghargai. Ada yang meremehkan.
… Dan banyak lagi. Tidak terhitung keanekaragamannya.

Boleh saja kita terpesona atau mengagumi seseorang, entah itu rohaniawan atau non rohaniawan. Tapi ingatlah selalu bahwa betapa pun kuatnya pesona yang memancar dari diri orang tersebut atau banyaknya hal-hal yang yang mengagumkan pada seorang manusia, tetap saja manusia. Darah dan daging.

Karena itu janganlah jadi melayang oleh keterpesonaan atau kekaguman kita pada seseorang. Tetaplah realistis. Karena itu ketika kita menemui kenyataan yang tidak sesuai dengan citra (yang kita bentuk dalam pikiran kita mengenai seseorang atau yang di bangun oleh individu tersebut), kita tidak akan terhempas dalam kekecewaan, sakit hati atau amarah.

Ingatlah bahwa manusia yang terdiri dari darah dan daging adalah mahluk yang (sebenarnya) mengecewakan. Karena cepat atau lambat seorang manusia akan mengecewakan dirinya sendiri atau orang lain dengan / melalui kelemahan & kekurangan di dalam dirinya. Jadi janganlah terlalu tinggi menilai seseorang atau diri sendiri.
_______________________________________________________________________

“Ke, Mrs. …. texted at 11 pm asking us to meet her & led the way to church” that’s the text I received at 5.30 am (Sunday, Oct 16th). It was sent at 4.30 am by a lady who takes care the stuff regarding preacher.

Oh boy!!!!

So the lady who was going to preach at the church that Sunday texted her asking that we sent someone to meet her at a specific meeting site in Bogor & from there led the way to the church.

She lives in Jakarta & so for the preacher who does not live in Bogor & does not know or does not remember the route to our church, a guy will be sent to meet the preacher at a meeting site & from there led the way to the church.
Our guy is riding motorcycle while the preacher drives his / her own car.

My part in this procedure is to contact the preacher & asked him / her 4 compulsory questions that needs to be confirmed. The question is regarding the letter from the church sent to the preacher. Inside is 4 attachments consisting of :

Theme of the preach
Reference of Verses from the Bible
The sermon’s Liturgy
Route map to the church

My previous experience shows that I need to contact the preacher from Monday because most of them need longer time to just give confirmation on receiving & understanding those 4 items.

So this preacher who panicking us on that Sunday morning has been contacted by me from Monday (Oct 10th). Final confirmation showed everything is ok. She didn’t need to be led the way to the church.

Imagine the chaos she created when on Saturday night at 11 pm she texted the church lady asking that tomorrow we send our guy to lead her the way to the church.

Saturday night at 11 pm!, people. Not Saturday morning at 11 am!

Our church lady was already deep in her sleep at 11 pm. She read it the next day at 4.30 am.

“It is not my habit to check my cellphone the moment I get up in the morning” she laughed “God knew there was an urgent text on it”.

Yeah. But I was still asleep at that hour when she hurriedly forwarded that text. I got up an hour later.

“I already thought you must be haven’t got up at that hour” she laughed while I just smiled sourly because I haven’t really got over the chaotic, nerve testing morning.

Nobody blamed me of course because we only send our guy if the preacher inform us that he / she doesn’t know or has forgotten the route to the church. This preacher has preached in our church before & she confirmed ok on everything.

“Maybe she suffered sudden attack of amnesia” the lady who was the former church administrator & who has been a good friend of mine, giggled. She too got nervous over this morning chaos because her husband is whom the church send to meet the preacher & lead the way to the church. The thing that made her nervous is her husband left out of town.

“If only this attack of amnesia came on Saturday morning” she went on “my husband left on Saturday evening”.

“Yep, just our luck that amnesia attack came Saturday night at 11 pm” I smiled in agony.

I assumed this preacher  just seriously thought about the route on Saturday night. I bet she must be a very busy person. And at that late hour she realized she has forgotten the route to our church. She texted our church lady. Text. Not phoned.

I do not write all this to discredit anyone or to say people of one religion is better / worst than the other religion.

This is about my experience before & after I work in the church. How back then as a church goer I came, sat, prayed, sang & listened to the preach everyweek. Then I left & the next Sunday it all went the same procedure.

I never knew what went on behind the curtain.

I sat on the seat like a good Sunday school girl, listened to the preacher. Sometimes it was the preacher who impressed me. Another time it was the word of God that impressed me.

I surely didn’t know if the preacher came early, on time or late which made the church administrator got cold sweat.

I certainly didn’t know what type the preacher was. Is he / she a disciplinarian person or a ‘later…’ kind a person. Delaying things until the last minute.

I couldn’t tell if the preacher is a person who thought it would be enough to text his / her thank you to the people who gave the best to bring a preacher to the stand to deliver the word of God to congregation every Sunday. Or the preacher is a person who needs to find those people, shook their hands & said thank you personaly.

God reveals those secrets that lied behind the curtain to me so I may learn about church’s organization, management & matters. A very valuable lesson indeed.
There is more than that. I need to learn about so many characters in the church because they may make me smarter, wiser & mature.

What I learn is every spiritual person is just flesh & blood. Just like you & me.

And like any other human being, there are varies of characters, personalities & habits.

There are the disciplinarian. Others are delaying ones.
Those who are patients. Others are short tempered.
The generous. The cheap ones.
The diligent. The lazy ones.
The thorough. Another is the clumsy type.
Meet the hygienic vs the sloppy.
Humourist. Serious.
Those who appreciates. Another keep belittling people.
…. And etc. So many varieties.

It is okay to admire or impressed at people. Any people. But always keep in mind that they are just flesh & blood. No matter how strong the appeal on a human or how many impressive stuff on a person, never forget that he / she is still a flesh & blood.

Don’t get too carried away by the admiration. Keep the feet on the ground. Be realistic. All this to prevent disappointment or anger when face the truth on the person / people we feel fond of or admire, adore or worship.

A flesh & blood human is actually a weak (disappointing) creature. Sooner or later a human will disappoint him/herself or others with his/her weaknesses & limitation. So don’t get overly valued yourself or other people.

No comments:

Post a Comment