Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, May 30, 2020

The Art of Giving

Siapa yang seumur hidupnya tidak pernah memberikan sesuatu pada orang lain?

Who never gives anything to others?

Semua pasti pernah memberi sesuatu pada orang lain.


Everyone must have given something to others.

Tapi kita perlu tahu bahwa ternyata ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan seputar hal memberi ini.

But there are actually few things we need to pay attention on this giving thing.

Mari kita lihat hal-hal apa sajakah itu.

Let's see what are those things.

*  *  *  *  *

Memberi adalah suatu perbuatan baik.

Giving is a good thing.

Karena memberi merupakan bentuk dari kepedulian, kasih sayang, pengorbanan dan penundukkan ego.

Because giving is a form of care, love, sacrifice and to defeat ego. 

Tidaklah heran kalau orang tua mengajarkan dan membiasakan anak-anak mereka untuk memberi sejak mereka masih kecil.

That's why parents teach and instil their kids to do this act of giving since early age.

Yah, tapi dalam kenyataannya ternyata perkara memberi tidaklah sedemikian sederhana.

But in reality giving is not a simple matter.

Ini juga termasuk dalam hal- hal yang  membuat saya memutuskan untuk menulis postingan khusus tentang topik memberi.

Those things made me decided to write a post about this topic.

* * * * *

Berikan yang terbaik

Give the best

Dulu sebelum saya bekerja di tempat kerja ini, saya sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan benda-benda yang disumbangkan orang.

Before I work in this workplace, I've never had any experience dealing with stuff that people donate.

Jadi saya berpikir kalau orang menyumbangkan barang maka barang itu adalah barang dengan kondisi baik, bagus dan bersih. Walau pun tidak baru tapi kondisinya seperti itulah.

So I thought when people donate stuff then it would be in good and clean condition. It may not be new but at least it would be in that condition.

Ternyata tidak selalu demikian.

The truth is it doesn't always be like that.

Ada segelintir orang yang benar-benar berprinsip barang apa pun yang mereka sumbangkan harus yang terbaik sampai-sampai saya heran melihat kondisinya seperti baru dibeli dari toko.

Few people really think they should donate the best stuff that it amazed me because they look like brand new stuff.

Yang lebih luar biasa lagi adalah barang-barang itu dalam keadaan bersih. Dibungkus rapi. Bahkan ada yang pakaian-pakaian bekasnya dicuci di laundry dulu sebelum didonasikan sehingga kami menerimanya dalam keadaan bersih, wangi dan terbungkus apik dalam plastik!

Most amazing thing is those things are clean. Wrapped neatly. Once we received donation of used clothes that clearly were sent to the laundry because we got them clean, smell good and neatly wrapped in plastic.

Asyik kan kalau dapat donatur kayak gitu?

Cool people, aren't they?

Sayangnya mayoritas orang tidak seperti itu.

Unfortunately most people aren't like them.

* * * * *

Ngebuang sampah yang ada di lemari?

Throwing away the junks from the closet?

Ini jadi semacam olok-olok kami ketika menyortir dus demi dus donasi yang diberikan orang ke tempat kerja saya.

This has become sort of our joke when we looked through the boxes that people donated to my workplace.

Baju-baju tua yang saya rasa sudah tahunan tersimpan dalam lemari karena berbau apek dan bisa bikin siapa saja terbersin-bersin ketika debunya masuk ke hidung.

Old clothes that I think have been kept in the closet for years because they smell like old stuff and can make anyone sneeze as they're also dusty.

Tidak jarang kondisinya juga memalukan karena warnanya sudah bluwek, robek-robek dan bahkan tidak jarang kami menemukan pakaian dalam dengan noda warna kuning.

Often they're in shameful condition because the colors have worn off, torn and sometimes we even found underwears that have yellow stains.

Saya kadang bertanya-tanya apa para donatur ini tidak punya tenaga dan waktu buat memilah-milah mana yang layak dan tidak layak untuk didonasikan..

Jaket yang saya pakai ini adalah contoh sumbangan pakaian layak pakai. Saya menemukannya di antara tumpukan pakaian donasi yang kami sortir. Saya minta ijin untuk mengambilnya karena waktu itu saya tidak punya jaket hoodie tebal. Kalau melihat foto ini pasti tidak seorang pun menduga jaket itu adalah pakaian bekas. Kondisinya yang masih layak pakai bikin si pemberi dan si penerima sama-sama tidak mendapat malu.

The jacket I'm wearing is an example of good condition clothes to be donated. I found it when we were sorting the clothes donated by people. I asked if I could take it because at that time I didn't have any thick hoodie jacket. Anyone who sees this photo won't know this is a used jacket. It's in good condition so it makes both the giver and receiver feel disgraced by it.

Sometimes I wondered if the people who donated those things didn't have time or energy to sort which one is proper to be donated and which one that better be thrown into the trash..

Malu-maluin, tau nggak!

It's shameful, you know!

Ini bukan cuma pakaian, lho. Ada sepatu dan tas yang kondisinya.. mmm.. gitu deh..

It's not just clothes. There are shoes and bags in... Ummm condition..

Ok deh, mereka mungkin mikir mentang-mentang ini donasi jadi yah, seadanya deh. Sukur ada. Sudah sukur mau dan bisa nyumbang. Karena itu jangan banyak ngareplah.

Ok so they probably thought since it's donation then, well, they give whatever they have. It's already something that they would and could donate something. Don't expect too much.

* * * * *

Pentingnya penyortiran barang-barang yang akan diberikan.

The importance to sort the stuff before giving them away.

Memberikan sesuatu sebagai hadiah atau donasi tidaklah berarti asal jadi aja memberikannya.

Giving something as a present or donation doesn't mean just giving out like that.

Pertama tentu saja harus diperhatikan kondisi barang tersebut. Apakah dalam keadaan baik? Bersih? Tidak robek atau rusak?

Should first pay attention on the condition of the item. Is it in good condition? Clean? No tear or damaged?

Kemudian apakah benda itu cocokkah untuk si penerima? Contoh: mainan boneka tentu tidak cocok untuk anak laki-laki.

The next thing is if that item suitable for the receiver? For example: a doll is certainly unsuitable for boys.

Lalu kira-kira cocokkah baju renang dimasukkan dalam pakaian yang didonasikan untuk para korban gempa?

So do you think swimsuit is suitable to be included in the clothes donated for earthquake victims?

Ataukah pemberinya berpikir mungkin di antara para korban gempa itu ada yang mau menghilangkan stress dan trauma dengan pergi berenang.

Or maybe the giver thought maybe someone among those people there would love to get rid her stress and traumas by going swimming.

Mmm... boleh juga sih idenya..

Mmm... Well, that's quite an idea.

Atau kalau bencana sudah lewat mungkin si penerima sumbangan baju renang itu akan pergi berwisata ke tempat yang ada kolam renangnya atau ke laut, danau, air terjun.. yah, pokoknya yang ada airnya lah.

Or after the catastrophe was over maybe the person who got the swimming suit would go somewhere that has swimming pool or to the beach, lake, waterfall.. anyplace that has water.

Hahaha..

* * * * *

Yang penting niatnya

Good intention is what mattered

Yah, niat berbuat baik dengan menyumbangkan pakaian bekas walau oleh karena satu dan lain hal si pemberi tidak sempat lagi atau tidak terpikir lagi untuk menyortir sehingga di dalamnya terselip pakaian yang warnanya sudah kuning-kuning, berlubang, bertitik-titik noda, robek atau berdebu.

Well, good intention to donate used clothes though for some reason the giver don't have time or don't think the need to sort those clothes so there are clothes that have changed their color into yellowish, have holes and stains, torn or dusty.

Jadi ingat ya, yang penting niatnya.

So please do remember, good intention is all that mattered.

Omong-omong soal niat jadi ingat pengalaman masa kecil.

Speaking of intention I just remembered my childhood experience.

* * * * *

Duluuuuu... waktu saya masih SD, lupa kelas berapa, ada pelajaran prakarya dan satu kali gurunya mengajari kami cara membuat boneka dari bola pingpong, benang wol dan beberapa pernak-pernik lainnya.

Long long time ago.. when I was in elementary school, I forgot which grade I was in at that time, we had craft class and the teacher taught us how to make a doll from pingpong ball, wool yarn and other knick knacks.

Saya begitu senang dan bangganya ketika berhasil membuat boneka yang lucu hingga ini menginspirasi saya untuk membuat lagi satu boneka khusus untuk ulang tahun adik sepupu saya.

I was so happy and proud when I made one cute doll that it inspired me to make one special doll for my cousin's birthday.

Saya buat dengan hati-hati. Dibungkus dengan hati-hati pula.

I made it with care. Wrapped it neatly.

Saya memberikannya dengan penuh kegembiraan.

I gave it with joy.

Tante saya membukanya. Melihatnya selintas. Kemudian meletakkannya. Saya lupa apakah sepupu saya melihatnya atau tidak.

My aunt unwrapped it. Peered at it. Put it down. I forgot whether my cousin saw it or not.

Tapi yang pasti di hari-hari selanjutnya saya tidak pernah melihat boneka itu lagi.

But one thing for sure is I never saw that doll anymore.

Sampai sekarang pun saya kadang saya bertanya-tanya bagaimana nasib si boneka itu.

Even until now sometimes I wondered what happened to that doll.

Apakah dia diberikan ke anak tetangga? Atau dia berakhir di tong sampah?

Was it given to the neighbor's kid? Or was it ended in the garbage?

Pada waktu itu saya masih terlalu muda untuk mengetahui mengenai keluarga ayah saya yang menilai hampir segala sesuatunya dari besar Rupiahnya bukan niatnya.

At that time I was too young to know that in my father's family almost everything is valued from the Rupiah and not from the intention.

Tapi yang pasti itu kali pertama dan terakhir saya memberikan hadiah untuk anggota keluarga itu.

One thing for sure it was the first and the last time I had ever given present to any member of that family.

*  *  *  *  *

Ada apa dibalik suatu pemberian?

What's behind a present?

Mari kita bicarakan kembali tentang niat.

Let's talk about intention.

Niat dibalik suatu pemberian.

Intention behind a present.

Tuluskah?

Is it sincere?

Niat-niat apa sajakah yang ada dalam hati setiap orang ketika dia memberikan sesuatu?

What's inside people's hearts when they give something?

*  *  *  *  *

Tidak ada udang di balik batu... ciusss!!

There's no catch... seriously!!

Yap, memang paling nyebelin kalau ada 'sesuatu' di balik suatu pemberian.

Yep, it's annoying if there's a catch behind a present.

Tapi mungkin memang itu bagian dari suatu pemberian; karena mengharapkan suatu perbuatan baik akan berbalik memberikan kebaikan atau sebagai tanda penghargaan untuk jerih lelah seseorang atau untuk menjadi penghapus duka yang telah diberikan seseorang kepada sesamanya.

But perhaps maybe it's one thing about a gift; expecting every good deeds will give something good as a return or an appreciation for somebody's hard work or to erase the pain one has given to other person.

Alasan atau pembenaran apa pun yang diberikan oleh si pemberi hadiah, dia menganggap semua itu sah.

Whatever excuse or justification from the giver he/she sees it as legitimate.

Yah, sah atau tidak sah.. biarlah itu menjadi urusan pribadi dan tanggung jawab si pemberi.

Well, whether it's legitimate or not let it be the giver's personal matter and responsibility.

*  *  *  *  *

Semoga pemberian ini meringankan bebanmu

Let's hope this gift lights up your burden

Kalau ditanya apa saya lebih suka jadi pemberi atau penerima, saya lebih suka jadi pemberi.

If anyone asks if I'd rather to be a giver or a receiver, I'd rather be a giver.

Karena dengan memberi kita dapat meringankan beban seseorang. 

Because giving can eases up one's burden.

Setiap orang di dunia ini tidak ada yang bebas dari beban. Berat atau ringannya tentu berbeda tapi beban itu selalu ada.

There is no one living in this world that is free from burden. Either it's heavy or light, we all have it. 

Walaupun demikian, setiap orang tetap memiliki keinginan untuk meringankan beban orang lain. 

Still, everyone of us have the will to ease up other people's burden.

Termasuk orang-orang dalam pemerintahan yang umumnya lebih banyak menuai kritikan dan makian dari pada pujian.


Including people in the government who generally get more critics and insult than praise.

*  *  *  *  *

Senyum juga merupakan bentuk pemberian

A smile can also be a form of gift

Tidak punya sesuatu untuk diberikan? Ah, ga usah khawatir.

Don't have anything to give? No worries.

Senyum pun dapat diklasifikasikan sebagai bentuk pemberian.

Smile can be classified as gift.

Karena senyum itu sederhana tapi bisa menyenangkan hati orang.

Because smile is simple but it can bring joy to others.

Tapi pemberian yang paling sederhana dan murah pun masih juga banyak orang yang tidak mampu untuk memberikannya.

But a lot of people still can't give the most simpliest and cheapest gifts.

Tidak percaya?

You don't believe me?

Ada satpam di kompleks perumahan saya yang kagak bisa tersenyum. Ga tau kenapa tuh. Saya ga pernah nanya dan ogah nanya.

There is a security guard in my housing complex who can't smile. I don't know why. I've never asked and I don't want to ask.

Yang pasti lama-lama saya pikir teguran dan senyuman saya percuma aja. Tidak pernah dibalas. Rasanya seperti menegur dan tersenyum pada tembok.

One thing for sure is I finally thought my greetings and smile are just a waste of time. Never got any return. Feels like saying hi and smile to a wall.

Akhirnya ya saya ikut aja gaya dia. Cuek beibeh. Ketemu sama dia ya saya bersikap masa bodoh saja. Tidak peduli. Tidak menganggap ada mahluk hidup. Jalan lurus. Tidak menoleh. Tidak bersuara. Muka datar.

I finally copy his style. Applied an ignorant attitude. When I pass him I act like I don't see anyone there. Just walk straight. Not look. Not make a sound. Poker face.


*  *  *  *  *

Kasih banyak ke orang lain tapi tidak ke keluarga sendiri

Giving lots to others but not to his/her own family

Pernah ga ketemu orang yang bisa ngasih begitu banyak ke orang lain (termasuk ke orang yang dia sendiri tahu punya niat dan hati yang tidak tulus ke dia) tapi ya ampuuunn.. perhitungan banget buat kasih sesuatu ke keluarganya sendiri?

Have you ever met anyone who can give a lot to other people (including to those who he/she knows have insincere intention and heart to him/her) but oh gosh... so cheap when it comes to giving to his/her own family?

Aneh kan? Haha.. tapi ada lho.

Weird, isn't it? Haha.. but they do exist.

Dunia ini memang penuh dengan hal-hal dan manusia-manusia aneh. Mudah-mudahan anda dan saya bukan satu dari antara mereka. 

This world is full with weird things and weird people. Let's just hope none of us is one of them.

*  *  *  *  *

Pemberian yang tidak terasa sebagai pemberian

Intangible gifts

Apakah seluruh pemberian harus dalam bentuk yang bisa kita lihat dengan mata dan bisa dirasakan dengan tangan?

Is all gift must come in the form that we can see with our eyes and feel with our hands?

Ataukah harus datang terbungkus kertas kado yang cantik?

Or should it wrapped in lovely gift wrapper?

Harus berupa uang?

Should it given in money?

Ya nggaklah.

Of course not.

Pemberian semacam ini sering tidak terasa seperti pemberian dan karenanya kita pun suka lupa untuk berterima kasih dan mensyukurinya.

This kind of gift often don't feel like gift and so we forget to be thankful and grateful for it.

Apa aja sih yang termasuk dalam kategori pemberian ini?

What kind of gift can be put into this tangible category?

Kesehatan. Hidup. Kelengkapan panca indera dan organ yang semuanya dapat berfungsi dengan baik.

Health. Being alive. Well function five senses. 

Rumah. Punya pekerjaan. Bisa sekolah.

A house. Job. Can go to school.

Punya keluarga. Teman. Pasangan.

Having a family. Friends. Partner.

Saya menemukan postingan seseorang yang begitu sedih karena hal-hal yang terjadi di hari ulang tahunnya.


I found a post from someone who was so devastated because of the things that happened in her birthday.


Maaf, katakanlah saya ini manusia tidak berperasaan tapi setelah membaca curahan hati kayak gini malah bikin saya sebal.

Pardon me, call me a insensitive person but I became infuriated after I read it.

Menurut pemikiran saya, dia baru saja bangun di hari ulang tahunnya. 15 tahun sudah dia lewati dan dia menerima satu tahun lagi. Dalam keadaan hidup. Sehat. Tidak berbaring di rumah sakit.

In my mind she just woke up on her birth day. She has lived for 15 years and she just received one more year to live. Alive. Healthy. Not lying in the hospital.

Dan dia menangisi hal-hal yang menurut saya... hadeuuuhh.. ga perlu ditangisin, disesalin dan dibikin jadi uring-uringan deh.

And she wept over things that to me are.. soooo... not a big deal to be wept, regretted and made her moody.

Mungkin untuk tipe kepribadian tertentu atau usia tertentu hal-hal tersebut amat sangat sesuatu banget tapi di sisi lain, kita semua perlu belajar untuk tidak berpikir terlalu sempit.

Maybe those things are big thing for certain type of personality or certain age but in other hand, we all need to learn not to have shallow minds.

Dalam satu hari kita menerima begitu banyak pemberian. Ada yang baik dan ada yang tidak baik. Ada yang bikin hepi dan ada yang bikin sedih. Tapi semua itu adalah pemberian dari kehidupan dan dari Tuhan yang tujuannya adalah untuk menjadikan kita sebagai manusia yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Everyday we receive so many gifts. Some are good and some are not. Some make us happy and others make us sad. But all of them are gift from life and from God to make us into better people.

Itulah pemberian yang sejati.

That's the real gift.

Jadi berfokuslah pada pemikiran tersebut.

So focus on that thought.

*  *  *  *  *

Pemberian yang tidak diinginkan

Unwanted gift

Pernah ngalamin kayak gini?

Have you ever experienced it?

Memberikan sesuatu tapi kemudian mengetahui kalau pemberian itu ternyata tidak cocok untuk si penerima.

The gift you gave turned out unsuitable for the person who received it.

Waduh, jadi ga enak hati.. ya nggak?

Sheesh, what an uncomfortable incident, right?

Gimana dong?

What to do?

Mungkin sebaiknya langsung nanya apa yang dia perlukan atau yang dia inginkan.

Maybe it's better to ask what that person needs or wants.

Tapi kalau si penerima berkata tidak apa-apa, ya berarti dia ikhlas menerimanya.

But if that person says it's ok then it is okay.

Untuk yang berikutnya mungkin sebaiknya pemberian itu dalam bentuk uang atau selidiki dulu apa yang dia inginkan atau butuhkan biar tidak salah ngasih.

Next time it is better to give money or try finding out what that person wants or needs.

*  *  *  *  *

Dengan tidak mengurangi rasa hormat....

With all due respect...

Pernah baca kalimat demikian di undangan pernikahan?

Have you read any lines like that in wedding invitation.

Di Indonesia sih sudah jamak.

It is customary to find it in Indonesia.

Intinya adalah yang nikah itu minta supaya hadiah pernikahan yang mau kita kasih ke mereka tidak dalam bentuk karangan bunga atau barang.

The point is the newly wed couple ask us not to give them flower bouquet nor goods.

Kenapa?

Why?

Sederhana aja, karangan bunga cuma indah dipandang selama tiga atau empat hari sebelum akhirnya layu dan harus dibuang. Karangan bunga juga tidak bisa dimakan atau dipakai untuk membayar belanjaan di warung.

It's simple, flower bouquet can only look pretty for three or four days before it finally wither and have to end in the garbage. Flower bouquet is not edible or to be used as payment for the grocery.

Kalau gitu mereka maunya terima hadiah apa dong?

So what do they want as gift?

Duit, sayangku, duit.. karena duit berkuasa. Duit bisa membayar si tukang rias, bisa buat beli es cendol atau membayar DP rumah.

Money, my dear, money.. because money brings power. It can pay the makeup artist, to buy ice cream or pay house down payment.

Kenapa tidak barang aja? Lha, sekian puluh atau ratus undangan yang datang itu sudah pasti akan bingung memilih benda apa yang akan mereka hadiahkan kalau si empunya hajatan tidak membuat daftar barang yang mereka perlukan atau inginkan.

Why not just give them goods? Well, the people who receive the invitation get dizzy to think what they will they give as presents if the newly wed couple don't make any list of the goods they need.

Biasanya sih saking ga ada idenya akhirnya pilihan jatuh pada piring atau gelas sehingga setelah hajatan selesai pasangan yang baru menikah itu bisa buka toko barang pecah belah.. hehe..

Running out of idea usually make them give plates or glass so after the wedding those newly wed can open their first household tableware store.

Jadi hadiah duit adalah yang paling tepat dan paling netral.


So money is the right and most neutral gift.

Cuma ya saya sebetulnya agak kurang nyaman dengan hal ini karena rasanya pergi ke resepsi pernikahan jadi hampir mirip sama pergi makan ke restoran atau ke cafe. Bedanya ya di resepsi pernikahan bayar dulu, salaman sama si pengantin, foto-foto baru deh makan. Kalau di restoran, makan dulu, baru bayar.

I actually feel uncomfortable about this thing because going to wedding reception feel almost similar like going to restaurant or cafe. The difference is pay first, shake hands with the bride and groom, take picture and go eat. In restaurant, eat first, pay later.

Lebih risih lagi kalau harus cantumin nama di amplop isi duit itu. Duileee... ketahuan modalnya dong. 

It makes me more uncomfortable to write my name on that money envelope. Sheesh... they would know my price. 

Lain perkara kalau saya ngasih sejuta atau semiliar. Kalau kayak gitu sih, gue tulis alamat lengkap sampe ke Rt/Rw, kelurahan, kecamatan, kode pos kalau perlu pakai nomor KTP juga.

It's another thing if I give a million or a billion. I would write my full address on the envelope including postal code or ID card number if it's neccessary.

Hahaha..

*  *  *  *  *

Jadi gitu deh cerita tentang seni dalam hal memberi. Ada yang punya pengalaman sama? Cerita dong di kolom komen.

So there you have the stuff about the art of giving. Anyone has same experience on this thing? Share them on the comment box below.


No comments:

Post a Comment