Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, January 23, 2017

I Think It's Gonna Rain

Siapa pun yang melihat awan kelabu di langit pasti tahu itu menandakan adanya kemungkinan akan turun hujan. Apalagi kalau disertai dengan angin dingin. Alam memberikan tanda yang memaksa manusia-manusia yang ada di bumi untuk segera bertindak mengamankan diri.

Whoever sees dark cloud in the sky can tell it is probably going to rain. It is more convincing with the presence of cold wind. Nature gives sign that forces people on earth to take precaution actions.

Orang akan bergegas pulang atau segera mengangkati jemurannya.

They will hurriedly go home or take the laundry from the clothing line.

Alam memiliki refleksinya dalam kehidupan sehari-hari.

Nature has its reflection in life on daily basis.

* * * * * 

Mendung? Bawa Payung?

Is It Cloudy? Bring The Umbrella?

Hari Selasa tanggal 9 lalu saya pulang dari TK dengan badan tidak karuan rasanya. Sebelum berangkat saya memang sudah dua kali buang air. Mencret.

I went home after taught in kindergarten feeling awful on Tuesday, 9 January. I have pooped twice before I left home. Looked like diarrhea.

Wah, pertanda jelek nih.

Oh no, not a good sign.

Untung dari jam 8 sampai 10.30 pagi saya masih bisa mengajar di dua kelas walau disertai dengan perut mulas dan rasa khawatir harus sering ke toilet.. ya fyi, mulai September tahun lalu saya diminta untuk kembali mengajar di TK tempat saya mengajar tahun 2005-2011 tapi saya hanya bisa seminggu sekali yaitu setiap hari libur saya di hari Selasa karena di hari-hari lain saya bekerja di kantor. 





Still managed to smile despite the stomachache

Good thing I was able to teach two classes from 8 to 10.30 am despite the stomachache and feeling worried for would have to go to toilet oftenly.. oh yeah fyi, I was asked to teach again in the kindergarten where I used to work in 2005 to 2011 but only once a week on Tuesday, my off day, as I have office job on other days.

Sampai di rumah kondisi saya menurun. Diare disertai dengan demam.

My condition deteriorated once I got back home. Diarrhea and fever.

Saya berharap kondisi saya membaik tapi sampai malam belum ada tanda perbaikan jadi saya mengirimkan pesan whatsapp ke group kantor untuk memberitahu bahwa saya sakit dan besok saya minta ijin tidak masuk.

I was hoping I would get better but night came and there was still no improvement so I sent whatsapp message to my office group to inform about my condition and to ask for a day off on the next day.

Tidak ada komentar.

No comment.

Besoknya paginya waktu saya cek whatsapp.. jreng.. ada pesan dari seorang anggota group tersebut. Pesannya adalah... "Ke, tolong kirimin berita info untuk mendoakan Ibu..." 

The next morning when I checked whatsapp.. oh look.. there was a message from a member of that group. The message was.. "Keke, please send information message to pray for Mrs..."

Ckckck.. heibat.. Saya geleng-geleng kepala. Semalam saya mengirimkan pesan whatsapp; saya sakit, bapak-ibu-saudara yang terhormat.. ok deh, gue kagak minta didoain. Buat kalian juga mungkin mencret itu kagak ada artinya. Lain cerita kali kalau gue bilang gue kena kanker. Tapi setidaknya coy, bilang kek cepet sembuh ya, Keke. 

Wow... Awesome.. I shook my head. I sent whatsapp message last night; the honorable ladies-gentlemen, I am sick.. okay so I didn't ask neither of you to pray for me. Beside, for you diarrhea is nothing. It would be a different thing if I said I had cancer. But at least dude, you could say get well soon, Keke.

Besok paginya tanpa ucapan 'cepet sembuh atau gimana kamu sekarang, Keke?'.. eh, yang ada malah nyuruh, ngasih kerjaan.

The next morning without saying get well soon or how do you feel now, Keke?.. what I've got was somebody giving me order.

Hal begini ini sebetulnya bukan hal aneh kalau kita kerja di perusahaan. Dari tahun 1994 sampai 2005 saya bekerja di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang bisnis jadi saya terbiasa menghadapi manusia-manusia yang isi otaknya cuma kerjaan aja. Mau kita sakit, depresi atau bahkan sudah terbaring tidak bernyawa pun mereka tidak peduli karena buat mereka yang penting kerjaan selesai dan kita kerjain kerjaan kita ga peduli kayak apa perasaan kita dan seperti apa kondisi kita. Para atasan berpikir 'elu digaji buat kerja bukan buat buat sakit, bukan buat depresi dan bukan buat mati. Jadi apa pun yang terjadi, gue kagak mau tahu, yang penting kerjaan elu kelar dan bener'. Sementara rekan kerja mikir 'Elu mau sakit kek, stress kek, mati kek.. jangan nyusahin gue'.

This kind a thing is actually a common thing if we work in companies. I worked in companies which were so very into business so I am accustomed to deal with people whose minds were only about work. They didn't care whether we were sick, depressed or even lay dead because to them, having the job done and we do our job no matter how we feel and whatever our condition is what mattered most. The bosses thought 'you are paid to do your job not to get sick nor depressed or die. So I all I care is you do your job and do it well'. While the coworkers thought 'Either you are sick, stress or dead.. don't trouble me with any of it'.

Tapi yang ini kan katanya bergerak tidak di bidang bisnis. Selama hampir enam tahun ini kuping saya kenyang dijejali dokrin 'ini kan pelayanan'.. saya bahkan dinilai tidak memberikan contoh baik sebagai orang beragama, saya kenyang dikritik, dinasehatin sampai dimaki-maki bahwa saya ini tidak mengerti arti pelayanan buat Tuhan dst dst dst..

But this line of work is said not in business. For six years my ears have been stuffed with the docrine 'this is a service'.. I have even considered as bad example as somebody who has a religion, I am stuffed with critics, advices up to being yelled at that I didn't understand the meaning of giving service to God etc etc etc..

Apakah pelayanan kepada Tuhan hanya dilihat dari kehadiran seseorang dalam ruang ibadah untuk mengikuti ibadah? Dari besarnya jumlah uang yang diberikan atau disumbangkan? Dari jabatan dalam organisasi di tempat ibadah itu? Dari latar belakang pendidikan di bidang keagamaan? Dari kefasihan berbicara atau membahas kitab suci dari depan ke belakang?

Is the service to God seen only from the presence of a person to follow the service? From the amount of money given or donated? From the rank in the organization in worship place? From education background that majored in theology? From the ability to speak fluently about scriptures all the way from the first chapter to the last one?

Kalau memang demikian standardnya.. yah, ucapan cepat sembuh memang tidak masuk hitungan sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan yang diberikan ke sesama manusia.

If those are the standards.. well, get well soon is indeed not considered as giving service to God that given to fellow human beings.

PS; hari Rabunya.. "Gimana? Sudah sembuh?".. Wkwkwkwk.. terlambat woii.. gue sudah terlanjur tawar hati so simpan aja basa-basi itu.

PS; on Wednesday.. "How are you? Already recovered?".. Hahahaha.. it's too late.. I have had this sour feelings for you so just cut your crap.

Ini kayak sudah lihat mendung tapi tidak mau bawa payung. Di jalan kena hujan sampai basah kuyup terus dipayungin orang. Ya, percuma.. buat apa? Sudah terlanjur basah kuyup.

It's like already saw it cloudy but didn't take umbrella. Later get caught by the rain until soaking wet and then someone came with an umbrella. What's the use?..

So, intinya adalah; terlepas dari urusan Tuhan dan pelayanan, ini adalah tentang hubungan antar manusia.


So, the point is apart from the issues of God and service, this is about relationship between people.

Kecuali kita tidak tahu, tidak peduli dan tidak menyukai seseorang, kita memberikan perhatian pada orang itu sesibuk apa pun kita dan kalau pun kita lupa sehingga bentuk perhatian yang kita berikan pada orang itu jadi tertunda, kita akan menjelaskannya sambil meminta maaf dan saya yakin orang tersebut akan dapat merasakan ketulusan kita.

Unless we don't know, don't care or dislike someone, we give attention to a person no matter how busy we are and even if we forgot so we couldn't give that attention promptly, we would explain it and apologized and I'm sure that person would sense our sincerity.

* * * * * 

Mendung? Hujan atau tidak?..

Cloudy? Would it rain or not?

Seorang teman di facebook belum lama ini meninggal. Kira-kira lima minggu sebelumnya dia di diagnosa terkena kanker dan dokter memperkirakan umurnya tinggal beberapa minggu lagi.

A facebook friend has just passed away recently. About five weeks before that she was diagnosed with cancer and doctor predicted she had only weeks to live.

Keluarga, kerabat dan teman tidak mengetahui persisnya berapa minggu yang dia miliki.

Family, relatives and friends didn't know exactly how many weeks did she have.

Kematian tidak bisa dicegah tapi ketika waktu kematian telah dapat diperkirakan maka setiap detik kehidupan menjadi sangat berharga.

Death is unavoidable but when its schedule could be predicted then every second of living became precious.

Lima minggu.. teman saya itu meninggal lima minggu setelah diagnosa itu. Dia beserta keluarga, kerabat dan teman mendapatkan waktu lima minggu sebelum kematian membawanya pergi.

Five weeks.. my friend passed away five weeks after that diagnosis. She along with her family, relatives and friends got five weeks before death took her away.

Seandainya ibu saya memiliki waktu lima minggu sebelum kematian datang..

If only my mother had five weeks before death came..

Sabtu, 31 Desember 2016, jam 12 malam.. saya dibangunkan oleh ayah saya. Mama sedang terbatuk-batuk sampai susah bernapas dikamarnya. Kami segera membawanya ke rumah sakit.

Saturday, 31 December 2016, at midnight.. my father woke me. Mom was coughing and had trouble breathing in her room. We hurriedly brought her to the hospital.

"Saya tidak dengar detak jantungnya" kata dokter di UGD itu "Kita cek dengan EKG"

"I don't hear her heartbeat" said the ER doctor "We'll check with ECG"

Garis lurus..

Flat line..

Tiga jam kemudian kami kembali ke rumah dengan membawa jenasah mama.

Three hours later we got back home with mom's body.

Setelah ambulans dan satpam pergi, saya duduk di lantai, di samping jenasah mama. Saya peluk dia dan baru saat itu saya bisa menangis. 


After the ambulance and the security guards left, I sat on the floor next to mom's body. I hugged her and I could let go my cry.

Apakah yang terjadi, mama?, pikir saya. Bingung. Tidak percaya. Terpukul. Tiga jam lalu mama masih hidup. Masih terbatuk-batuk. Masih pegang tangan Keke. Masih berusaha untuk angkat badan waktu Keke bersama-sama dengan papa dan beberapa orang lainnya angkat mama untuk dimasukkan ke taxi.

What is happening, mama?, I wandered. Confused. Couldn't believe what was happening. Shocked. Three hours ago you were still alive, mama. You were coughing. You held my hand. You tried to pull up your body when papa and I with others tried to put you in the taxi.

Sorenya saya pulang membawa kue kesukaannya. Mama begitu gembira. Kami mengobrol, bercanda. Semua baik-baik saja.

I went home in the afternoon bringing her favorite cake. She was so happy. We talked, joked. Everything looked fine.

Seandainya kami semua tahu saat hidupnya akan berakhir dalam beberapa jam lagi.. kami semua akan memakai setiap detiknya untuk berpelukan, berdoa, tidak akan mengerjakan apa pun, tidak akan tidur. Kami akan mengatakan kami menyayangimu, mama. Kita akan saling minta maaf dan memaafkan untuk setiap perbuatan, sikap dan kata-kata yang menyakitkan. Kami tidak akan berada jauh satu dengan lainnya sampai kematian itu datang..


If only we knew her life would end in few hours.. we would use every second of it to hug each other, to pray, not doing anything, not going to bed. We would tell you how much we loved you, mama. We would say sorry and forgive each other for every attitude, every word and everything that hurt you. We would not be far from each other until death came..

Ketika kita melihat awan mendung di langit, kita sering menduga-duga.. akan hujan atau tidak ya? Kita bahkan sering sok tahu.. ah, tidak akan hujan. 

When we saw dark clouds in the sky, we often wondered.. would it rain or not? We even acted like we knew it all.. nah, it wouldn't rain.

Kehidupan tidak bisa diperlakukan seperti itu. Yang muda bisa tiba-tiba meninggal, yang tua berumur panjang. Yang sehat dan kuat mendadak meninggal sementara yang penyakitan malah bertahan selama bertahun-tahun. Yang hari ini miskin, besok bisa mendapat jalan untuk menjadi tidak lagi miskin. Sementara yang hari ini hidup dalam segala kemapanan sehingga yakin hal itu akan berlangsung selamanya, namun satu peristiwa politik bisa mengguncangkan ekonomi satu negara.. membuat banyak usaha bangkrut dan banyak orang kehilangan pekerjaan.

We can't treat life like that. The young ones can die suddenly, the old ones live long. The healthy and strong ones died suddenly while others with health problems live long. The poor ones today may get way to get them out of poverty on the next day. While those who are financially well off convinced it shall last forever, however, one political incident might rock one country's economy.. sending many business into bankruptcy and leaving many people jobless.

* * * * * 

Mendung? Ah, Ga Takut..

Cloudy? Ah, Why Fear It?

Kita datang ya. Kasihan kalau orang ga mampu yang datang melayat sedikit.

Let us come there. The needy has few visitor who come to say their condolances.

Pesan whatsapp dari satu grup baru diberitahukan ke saya oleh seorang rekan belum lama ini.

A whatsapp message from a group was told to me by an acquaintance not long ago.

Bukan sekali dua kali saya bertemu dengan orang-orang yang mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan dengan tidak hanya membanggakan dirinya, jabatannya, uangnya, kepintarannya, perbuatan baiknya, keturunannya dll tapi juga dengan mengecilkan orang lain. Seakan-akan dengan membesarkan diri dan mengecilkan orang lain membuat mereka merasa diri jadi berarti.

It's not the first time I met people who gained satisfaction and happiness not only by prided on themselves, their position, money, intellegence, good deeds, breed etc but also by degrading others. As if doing those things would make them mattered.

Dulu saya kesal dan tersinggung tapi setelah ibu saya meninggal, saya pikir orang-orang ini sekarang masih membesarkan diri di depan saya tapi memang mereka pikir hari ini dan besok  keadaan mereka masih akan sama? Hari ini bisa masih hidup, besok sudah tidak bernyawa. Hari ini masih punya rumah, besok belum tentu. Hari ini ada pekerjaan, besok kehilangan pekerjaan.

It used to upset and pissed me but after my mother passed away I thought these people may boast themselves today but do they think they will have it the same today and tomorrow? They alive today, they maybe dead tomorrow. They have their houses today, tomorrow may not. Today they have jobs, tomorrow they may lost their jobs.

Orang-orang seperti itu agaknya tidak mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini. 

People like them seem do not take lesson from various events that happened in this world.

Ribuan tahun yang lalu kitab suci mencatat nasib Yusuf berubah drastis dari seorang tahanan menjadi pejabat tinggi yang berkuasa di Mesir. Sebaliknya Ayub kehilangan harta, anak-anak dan terakhir kesehatannya. Perubahan-perubahan drastis itu terjadi dalam waktu singkat, hanya satu hari.


Thousands of years ago the Scripture wrote how Joseph's fate changed drastically from a convicted man to a powerful man in Egypt. On the contrary Job lost his wealth, children and health. Those drastic changes happened in a short time, only in one day.

Di jaman modern kita bisa melihat bagaimana tsunami yang terjadi di asia tenggara merubah nasib banyak orang dan bahkan merubah satu pulau.

http://luisalmeida.web.interacesso.pt

In modern time we can see how tsunami that hit south east asia changed many people's lives and even changed one island.

Kita melihat awan mendung dan mengatakan belum tentu itu pertanda akan hujan. Pede. Tapi apakah pede kita itu yang menentukan jalannya kehidupan?

We see the dark cloud and say it doesn't mean it will rain. So full of confident. But does our confidence determines the course of life?

No comments:

Post a Comment