Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Friday, March 30, 2012

(Berdiri) Di Pihakmu / Stand By Your Side

I cry and you comfort me
I’m lost & you hear my scream

…. Gonna stand by your side now
Let me kiss all your tears away
You can stay in my arms now
And I know I can make you believe again

I walk but you can run through fire
I search for reason baby you inspire
I know somebody hurt you
& I know you really need a friend
You can take my hand

When you feel you like you can’t go on
Don’t you know that you never walk alone
You live in me

…. I’m gonna stand
Stand by your side now..
… see you smiling, smiling again…


Saya menemukan lagu ini ketika sedang browsing lagu-lagunya Celine Dion. Kata-katanya tidak terlalu berkesan bagi saya sampai suatu ketika saya mengalami keadaan yang menekan saraf.

Tepat di saat saya merasa sangat sendiri, terpojok dan tidak memiliki siapa pun yang bisa diandalkan (kecuali Tuhan tentunya), saya kaget juga melihat bahwa hal itu tidak sepenuhnya benar.

Saya bukanlah seorang yang terlahir dengan membawa sifat tegar dan tabah. Justru sebaliknya. Saya mellow, cengeng, gampang putus asa, sering depresi, bahkan di masa kanak-kanak, remaja dan masa muda dulu saya juga seorang yang sangat pemarah, cepat tersinggung dan juga pendendam.

Lewat perjalanan waktu yang puanjaaaang dan melalui pengalaman yang buanyaaaaak naik turunnya, banyak dari sifat-sifat itu yang sudah terkikis dan bahkan hilang, berganti dengan sifat-sifat baik seperti misalnya saya menjadi lebih sabar, tahan banting dan pemaaf.


Tapi di sisi lain waktu dan pengalaman yang segudang itu juga membuat saya tidak mau bergantung secara emosional kepada siapa pun.

Karena itu ketika ada masalah atau cobaan, saya selalu berpikir saya membawa diri sendiri dengan hanya Tuhan dan orang tua yang berdiri di pihak saya. Itu pun kadang kelihatannya Tuhan tidak peduli atau orang tua tidak bisa mengerti sepenuhnya masalah atau beban saya sehingga saya tidak terlalu menuntut mereka untuk bisa secara sempurna berdiri di pihak saya tepat di saat ketika saya membutuhkan mereka.

Jadi pikir saya, kalau ke Tuhan dan ortu sendiri saja saya punya pandangan seperti itu, bagaimana menurut anda pandangan saya tentang orang lain?

Tapi beberapa tahun yang lalu teman karib saya dari jaman kuliah di Perbanas mengontak saya. Kami terpisah menjalani kehidupan masing-masing sejak lulus tahun 1994. Tapi komunikasi tetap berjalan melalui telpon. Bahkan setelah saya pindah ke Bogor tahun 1998 hubungan pertemanan kami bisa tetap terjalin. Sebetulnya dia satu-satunya teman dari Perbanas yang tetap kontak dengan saya sementara hubungan dengan teman sekelas lainnya bisa dikatakan terputus sampai 2011 ketika saya mencari mereka melalui facebook.



Nah, beberapa tahun lalu itu teman karib saya ini menghadapi krisis dalam pernikahannya. Dia merasa demikian depresi sehingga ingin bunuh diri. Hubungan kami hanya bisa dilakukan melalui surat dan telpon karena dia tinggal di Jakarta dan saya di Bogor. Saya tidak bisa mengunjunginya karena pada waktu itu saya masih bekerja sebagai guru yang tidak memiliki hari libur.

Walaupun begitu kehadiran seseorang yang menaruh perhatian dan simpati rupanya mampu memberikan semangat kepada teman saya ini sehingga dia mampu bangkit dan dengan doa serta iman kepada Tuhan membuat pernikahannya membaik. Kami sama-sama lega dan bersyukur tentunya.

Lalu datang masa-masa gelap bagi saya. Orang tua saya bergantian sakit. Sakit yang menakutkan. Menyedot seluruh emosi saya. 

Nah, mengikuti prinsip saya yang tidak mau bergantung dalam hal apa pun pada manusia manapun membuat saya berpikir ini adalah perkara saya. Hanya Tuhan yang berdiri di pihak saya. Itu pun rasanya Tuhan seperti sangat jauh. Jadi saya agak kaget juga ketika teman karib saya itu yang berganti peran menjadi orang yang mendukung saya dari belakang. 

Krisis demi krisis dalam kehidupan masing-masing justru membawa hubungan persahabatan kami ke tingkat yang lebih tinggi karena kini kami tidak lagi merasa hanya sebagai teman tapi juga memiliki rasa ikatan persaudaraan.

Rasa persaudaraan bisa timbul di antara orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan. Ini terjadi saat hubungan persaudaraan dengan anggota keluarga / kerabat sendiri tidak memuaskan. Itu yang dialami oleh teman karib saya. Sedangkan saya karena tidak memiliki saudara kandung sementara famili dari pihak orang tua tidak terlalu dekat dengan saya oleh karena berbagai alasan.

Beberapa bulan lalu ibu dari murid les saya tanpa direncanakan menceritakan tentang masalah yang dihadapinya di rumah. Dari sini kemudian terungkap rupanya ada masalah dalam pernikahannya.

Saya tidak tahu berapa bulan atau tahun dia menghadapi permasalahan tersebut. Tapi selama itu dia tidak pernah berhenti berdoa, berusaha dan meyakini bahwa satu hari nanti akan ada jalan keluar serta pertolongan bagi masalahnya itu. Namun semuanya itu tidak datang dalam sekejap. Ada selang waktu sekian bulan atau sekian tahun sebelum doa, usaha dan keyakinannya itu terjawab.

Saya tahu benar tentang masa penantian. Menunggu di tengah masalah yang menekan perasaan betul-betul memakan syaraf. Ketika dia menangis saat berdoa bersama dengan saya dan orang tua saya, sesuatu menyentakkan perasaan saya;

“ Berdirilah di sisi seseorang tepat di saat orang itu mengalami masa sukar dalam hidupnya “

Karena kita semua tahu bagaimana rasanya pada waktu semua terasa gelap dan kita seperti ditinggalkan sendiri..

* Pernikahan ibu itu secara luar biasa dipulihkan Tuhan. Dia dan keluarganya sedang dalam proses penyatuan kembali. Kami sangat bersyukur dan gembira karenanya.

Lalu bagaimana dengan saya? Yah, Tuhan agaknya mempertemukan saya dengan orang-orang yang tepat untuk menjadi saudara di kala susah dan senang. Saya tentu saja bersyukur walaupun.. mm.. prinsip saya untuk tidak bergantung pada siapa pun tetap saya berlakukan dalam hidup saya. Namun yah, kita tidak bisa hidup selamanya sendiri. Ada saatnya di mana kita membutuhkan orang lain atau orang lainlah yang membutuhkan kita.
___________________________________________________________

I found that song when I was browsing Celine Dion’s song. I didn’t pay too much interest on the words not until I went through some trying time.

Right at the time when I though I was left all alone and cornered without anybody to rely or trust (except God) that I realized it was not true.

I wasn’t born to be someone who is tough. On the contrary. I am meek by nature, easily crushed. Back then in my teen it was added by bad temper.

Through a very long years and long experience I was changed. Lots of those bad characters were gone. I have gained lots more positive ones in change.

But those long years have made me learned not to depend emotionally with anyone. When I am in hardship I instill in myself the belief that only God and my parents who are on my side. Still there were times when I thought they couldn’t really understand my feelings and so I thought they too failed to become my shield.

So if I could have that kind of thought about my own parents and God, what would be my thought about other people?

But few years ago my bestfriend in college had crisis in her marriage. It was so bad that she either thought of leaving her kids with her husband or committed suicide.

We went to our own separate lives after graduating college in 1994. Then my parents and I moved to Bogor, making the gap between us grew even wider (I lost contact with our classmates not until 2011 when I found them through facebook). But she turned to me when she was in her lowest situation and I just couldn’t let her drowned.

We wrote to each other. Phone calls were made back and forth. We couldn’t visit each other due to situation. I practically had no holiday when I was working as kindergarten teacher while she stuck with the kids and an impulsive husband.

But the knowledge of someone who cares have slowly taken her out of depression and her marriage situation too improved.

Then it came my turn to have gloomy phase in my life when my parents took turn in getting ill.

Living under the principle that my problem is mine and that only God who really understands though it looked like God wasn’t there for me, I was ready to face it all alone so I was surprised to find that my college best friend took turn to stand by my side.


Crisis by crisis have surprisingly taking our friendship into higher level as we are not only friends. We are sisters.

Someone can feel this kind of family attachment with other people who are not related by blood because his or her own family or relatives can not fulfill his or her needs. In this case, it is the need to have someone or people who can support in time when one feels vulnerable. My best friend in college & also in present time has that kind of situation with her family and relatives. Me on the other side forced to become an only child in the family who for some reasons can’t find any bonding with my relatives.

Few months ago a mother of my tutoring student told me about her domestic situation. It revealed about her marital problems.

I don’t know who many months or years she had that problem but one thing for sure she never gave up praying, believing and trying to find help. Although it finally paid off but the time of waiting is definitely the hard one to deal.

I know too well about waiting period. It could eat your nerve. When she cried while we all prayed for her, something smacked me;

“ Stand by someone’s side when the person is having hardship meant the world for him or her “

Because we all know how it felt when everything seemed dark, cornered or being left alone.

* the marriage of my tutoring student’s parents has then being restored miraculously by God. They are even being tied so close as a family now. We couldn’t be more happier and grateful for that.

As for me, well, God has sent me the right people to be by my side in dark and light time. I am gratefull for that though still very much walking with my principle of not relying on other people in any kind of situation in my life. But the fact is we can’t live on our own. We need other people or it is other people who need us to rely on.

No comments:

Post a Comment