Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, April 5, 2017

Well Done, Kids

Memasuki semester kedua ini saya mulai menggeber anak-anak TK B karena harus membekali mereka dengan perbendaharaan kata-kata dalam bahasa Inggris sebelum mereka lulus TK dan melanjutkan ke SD. 

This semester I started to push the children in B class (the class for the 5-6 year olds) harder as I have to work on their English vocabulary before they graduate and enter elementary school.

Targetnya seratus kata. Entah bisa tercapai atau tidak. Soalnya dengar-dengar semester ini berakhir bulan Mei. 

The goal is one hundred words. I don't know if I can achieve it or not. I heard this semester will close in May.

Asal sebagian besarnya sudah tercapai sih lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.

If I can make most of it then it is better than none. 

Setiap Selasa saya datang untuk mengajar bahasa Inggris di kelas TK A dan TK B.

Every Tuesday I come to teach English in A class (for the children aged 4-5 years old) and in B class.

Khusus untuk kelas TK B saya memberikan mereka lima kata dalam bahasa Inggris untuk dihapalkan dan Selasa berikutnya saya memberikan mereka test untuk mengetahui apa mereka telah menghapalkannya.

Every Tuesday I give them five English words to be memorized and the next Tuesday I ran a test to see if they have memorized those words.

Sejak awal saya mengajar di TK tahun 2005 sampai 2011 lalu berlanjut kembali sejak September 2016, saya memberikan insentif untuk anak-anak TK B yang ulangan bahasa Inggrisnya mendapat nilai 80-100.  

From the first time I taught in kindergarten in 2005 to 2011 until my return to that post since September 2016, I give B class children incentive to those who get 80-100 score on their English test.

80-90 mendapat bintang perak.

80-90 rewarded with silver star.

100 mendapat bintang emas.

100 gets gold star.

Empat minggu kemudian saya menghitung berapa banyak bintang-bintang itu dan memberikan hadiah berdasarkan banyaknya bintang yang mereka peroleh.


Four weeks later I count how many of those stars and give them presents on the amount of stars they have earned.

Kenapa saya mau berpayah-payah melakukan hal itu dan mengeluarkan dana pribadi untuk membelikan mereka hadiah?

Why would I do that and spend my own money to buy them presents?

Saya ingin memberikan mereka rasa bangga atas hasil kerja mereka.

I want to give them the feeling of pride for their own work.

Saya terlalu sering melihat orang tua dan guru harus memaksa anak untuk belajar. Anak itu sendiri tidak mengerti kenapa dia harus bersusah payah belajar. Kenapa dia harus berjuang supaya lulus ujian dan bisa naik kelas.

I have seen it too often how parents and teachers have to force children to learn. The children themselves don't understand why do they have to study hard. Why do they have to struggle in order to pass the exam and get to higher grade.

Karena itu banyak anak melihat belajar sebagai beban. Kewajiban yang menyebalkan dan bahkan menakutkan. Sesuatu yang mereka lakukan bukan untuk diri mereka. Di mata mereka, mereka tidak merasakan kegunaan belajar dan merasa tidak mendapat keuntungan dari hasil belajar itu.

That is why many kids see studying as a burden. A suck obligation and even it is seen as terrifying. Something they do not for themselves. In their eyes, they don't feel the benefit of studying nor gaining anything out of it.

Kita sering mengatakan belajar supaya jadi pintar tapi anak-anak itu sebetulnya tidak terlalu peduli tentang kepintaran. Mereka hanya ingin mendapat pujian, pengakuan dan perhatian. 

We often say study makes you smart but those kids are actually don't care about being smart. They just want praise, acknowledgement and attention.

Jadi ketika saya memberikan mereka PR lima kata dalam bahasa Inggris, saya tidak mengumbar kata-kata; "kalian harus belajar supaya kalian pintar". Tidak. Saya mengatakan pada mereka; "Kalau kalian belajar dan bisa mendapat nilai ulangan 80, 90 atau 100, saya akan memberi kalian bintang dan setelah tabel bintang ini penuh saya akan memberikan kalian hadiah".



So when I give them five English words as their homework, I do not tell them; "you need to study to make you smart". Nope. I tell them; "if you study and you can get 80, 90 or 100 score on your test, I give you stars and after this star chart full I will give you presents".

Anak-anak itu ingin mendapatkan bintang dan karenanya mereka mau bersusah payah belajar.



Those kids want to get the stars and so they are willing to study hard.

Dengan cara ini saya menanamkan dalam diri mereka pengertian dan prinsip bahwa kalau kamu menginginkan sesuatu, kamu sendirilah yang harus berusaha untuk bisa mendapatkannya.



This way I instilled in them the understanding and principle that if you want something, you have to work to earn it by yourself.

Ketika mereka mendapatkannya, mereka akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan mengerti ini adalah hasil dari kerja keras mereka sendiri.


  

When they earn it, they will feel satisfaction, pride and understand that it is the outcome of their own hard work.

* * * * *

Hadiah

The Presents

Yah, jangan membayangkan hadiahnya sepeda atau sepatu roda... hehehe.. 

Well, it's not like I'm giving bicycle or roller skates... hahaha..

Kecil, unik dan berguna.








Small, unique and useful.

* * * * *

Mana bintang saya?

Where's my star?

Dalam pengalaman saya mengajar, baru kali ini ada anak TK B yang mendatangi saya dan 'menagih' bintangnya.

In my teaching experience this is the first time a B class student came to me to collect his star.

Saya sudah menerangkan aturan main bahwa hanya mereka yang mendapat nilai 80 sampai 100 yang mendapat bintang tapi dia tetap ngotot minta bintang.


I have explained the rule that only those who get 80 to 100 score earn the stars but he still insisted.

Masalahnya anak ini nilainya jeblok terus sampai saya bertanya-tanya dalam hati apa dia bercerita ke orang tuanya tentang PR dan test bahasa Inggris karena anak seusianya masih amat sangat membutuhkan pertolongan orang dewasa untuk belajar.

The thing is this kid keeps getting bad score that it makes me wonder if he ever told his parents about English homework and test because kid his age still very much need adult assistance to study.

Ketika saya membagikan hadiah, dia mendatangi saya dan sambil mengulurkan tangan dia berkata "Mana hadiah saya? Mau hadiah"

When I gave out the presents, he came to me and as he reached out his hand he said "Where's my present? I want my present"

Saya kembali mengulangi aturan main. Sama seperti setiap kali saya membagikan bintang.


Once again I repeated the rule. Just like everytime I give the stars.

Dan dia membuntuti saya sambil mengulang-ulang kata-katanya. Kembali juga saya mengulangi aturan main yang berlaku.

And he followed me around while repeating his words. Once again I repeated again the rule.

Mungkin kalau di rumah, orang-orang akan memberikan apa yang dimintanya tapi dia harus belajar bahwa hal itu tidak bisa diberlakukan dimana-mana.

Maybe the people at home will give him what he asks but he must learn that it doesn't work everywhere.

Dia dan teman-temannya harus belajar bahwa kalau mereka menginginkan sesuatu mereka harus berusaha untuk mendapatkannya.

He and his friends must learn that when they want something they must earn it.

8 comments:

  1. Salut sama bapak ibu guru, kreatifitasnya tanpa batas. Bisa bikin media belajar yg beda2 tiap hari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak Yeni, tks sdh mampir & sdh komen. Ya, guru itu hrs kreatif :)

      Delete
  2. Waah perlu banget aku contoh untuk menerapkan yang lainnya ke anak nich. Selain pelajaran tentunya. Kreatif banget Mbak. Trus penasaran sama anak yang nilainya jeblok. Orangtuanya gak membantu atau begimana yak?

    ReplyDelete
  3. Hai mbak Faiz, tks sdh mampir & komen.

    Yap, jadi ortu & guru hrs kreatif. Cara reward ini termasuk metode yg dipakai sama para pakar pendidik, contohnya di nanny 911 (sayang sekarang sdh ga disiarin lagi di tv) bisa dilihat di youtube https://www.youtube.com/watch?v=dZd5X2MpxhQ (kalau ga bisa, kunci search: nanny 911 rewards).

    anak yg nilainya jeblok itu.. yah, saya juga penasaran. hehe.. tapi belum sempet mengadakan penyelidikan. pengennya sih ketemu langsung sama ortunya :)

    ReplyDelete
  4. Saya pernah lihat anak yg jarang diajak ngobrol oleh ortunya, salah satu efeknya anak susah dijelaskan aturan main. Kayak heran saat guru mengajak dia bicara serius.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak, aduh maaf, baru sempat direspon komennya. Ya, tidak terbiasa diajak berkomunikasi bisa menimbulkan efek seperti itu. Jadi memang komunikasi dengan anak sebaiknya jangan cuma sebatas teguran, perintah, omelan atau pujian tapi juga ada ngobrolnya :)

      Delete
  5. Saya pernah memakai metode ini untuk anak usia 4-5 tahun. Tapi ga berhasil ya. Paling cuma beberapa anak saja yg ikut. Kenapa ya. Apa karena mereka tidak tertarik dengan hadiahnya karena mereka sudah punya mainan banyak fi rumahnya.biasanya anak orang berada mainannya banyak sekali dri murah sampe yg mahal ada.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak Dwi, makasih ya sdh mampir & sdh komen. Maaf baru sempat balas hari ini. Mbak guru TK juga?

      Pendapat saya sih gini, kita sebagai guru harus menciptakan rasa bangga pada murid pada waktu dia berhasil dpt bintang. Rasa bangga itu harus kita tanamkan ke murid.

      Bintang & hadiah adalah kebanggaan & pengakuan akan kerja keras si anak dalam belajar. Jadi bukan pada bentuk atau nilai hadiahnya. Kebanggaan & pengakuan itu yg harus ditekankan krn yg kita inginkan adalah efek psikologisnya pada si anak.

      Dulu waktu saya masih sekolah, setiap kali saya dpt nilai ulangan bagus, saya kasih hadiah ke diri sendiri. Bentuk & nilainya kecil, ga mahal. Saya beli es krim atau saya beli kaset lagu dari penyanyi favorit saya. Rasa senang itu bukan krn es krimnya enak banget atau saya beli 10 kaset.. bukan itu. Rasa senang krn tahu kenapa saya traktir diri sendiri dengan es krim atau kaset.

      Di SMP dulu saya & teman akrab saya suka taruhan kalau mau ulangan. Siapa yg nilai ulangannya bagus akan ditraktir sama yg dpt nilai lebih rendah. Itu memacu semangat belajar kami. Hadiahnya paling cuma semangkok mie ayam atau es krim atau malah cuma segelas kecil soft drink yg dibeli di kantin sekolah tapi itu sdh jadi sesuatu yg bikin hati gembira & bangga banget.

      Jadi rasa bangga itu yg harus ditanamkan ke anak. So, biar pun anak punya banyak mainan dirumahnya & hadiah dari guru nilainya lebih murah, bahagianya dpt bintang & hadiah dari guru punya efek psikologis yg beda.

      Selain itu, kalau guru punya arti istimewa buat murid-muridnya, mereka bakal berasa hepi banget kalo dpt penghargaan dr gurunya itu. Kalau sdh begini, bentuk-ukuran-nilai hadiah ga terlalu penting buat mereka.

      Delete