Ketika sedang mandi hari Sabtu malam itu (21/9) saya melihat ada
sedikit bercak darah.
I was taking a bath
that Saturday night (Sept 21st) when I saw a small blood spot.
“Aduh, jangan sekarang dong” pikir saya cemas.
“Geez, not now” I
thought nervously.
Malam itu saya menginap di kantor dan selain itu saya punya
rencana untuk mengikuti beberapa kegiatan yang akan diadakan minggu berikutnya.
I
spent a night at the office that night and beside that I had few plans to do on
the next week.
Jadi nanti saja deh menstruasinya, setelah semua urusan
kelar.
Setahun lalu siklus dan volume menstruasi saya mengalami
gangguan. Tiba-tiba saja keluar sangat banyak dan nyaris tidak mau berhenti.
Terjadinya tanpa tanda-tanda dan berlangsung berbulan-bulan.
Last year my
menstruation cycle and volume were having some abnormality. Its volume
increased sharply and nearly unstoppable. It happened without prior signs and
it went for months.
Saya hanya mengatakan hal ini pada orang tua saya dan pada
seorang teman di tempat kerja, orang yang sangat saya percaya.
I told this only to
my parents and a trustable friend at work.
Saya sengaja merahasiakan kondisi saya selama 8 bulan itu
karena tidak mau menciptakan kehebohan.
I
kept it a secret that for 8 months I was not in good condition because I didn’t
want to create such a fuss.
Saya tidak mau orang berpikir saya sakit sehingga tidak
mampu beraktivitas dengan normal.
I
didn’t want people thought I was ill and that I couldn’t do my activities normaly.
Saya tidak mau harus memberi keterangan. Karena selama 8
bulan itu saya tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam tubuh saya.
I
didn’t want to explain. For 8 months I myself didn’t know what has been going
on inside my body.
Saya tidak mau mengeluh. Keluhan hanya menambah ketakutan
dan kecemasan saja. Tidak akan merubah situasi.
I
didn’t want to whine. Whining would just add more fear and worries. Wouldn’t
change the situation.
Saya tidak mau orang mengkhawatirkan saya. Itu sebabnya saya
bahkan tidak memberitahu Andre sampai akhirnya dia tahu sendiri setelah membaca
catatan-catatan saya dalam blog ini.
Yang terjadi selama kurun waktu 8 bulan itu adalah saya dan orang tua saya nyaris putus asa karena obat seperti tidak bisa
menghentikan apalagi menormalkan mensturasi ini.
What happened in those 8 months is me and my parents were desperate
because medicine seemed unable to stop, let alone, to normalize it.
5 bulan lalu kondisi saya memburuk. Ginekolog kedua yang saya
temui juga memberi diagnosa yang jauh dari membesarkan hati ketika dia mengatakan kalau obat yang
diberikannya tidak bisa menghentikan pendarahan maka ada kemungkinan penyebabnya adalah tumor atau gejawal awal kanker rahim.
5 months ago it got
worst. The second gynecologist whom I went to, gave bleak prognosis when he
told me that if the medicine he gave me unable to stop the bleeding, it might
be caused by tumor or early sign of uterus cancer.
Proses kesembuhannya berjalan sangat lamban. Ya, itu menurut
perasaan saya.
The healing process
went so very slow. That is how I felt.
Tapi menstruasi itu berhenti sejak 17 Juli.
But it stopped since
July 17th.
Saya sempat senewen ketika mengikuti Leadership Camp tanggal
30-31 Agustus. Karena sebulan lebih sudah lewat dan menstruasi saya masih
berhenti. Tapi kan gawat kalau dia memilih muncul tepat di saat saya sedang
asyik-asyiknya mengikuti acara Leadership Camp.
I was nervous when I
went to Leadership Camp on August 30th-31st because it
has stopped for more than a month. It certainly would be a disaster if it chose
to come at the time when I was in the middle of enjoying Leadership Camp.
Tapi ternyata tidak. Heh, selamatlah saya. Aman tentram dari
awal sampai akhir acara.
But it didn’t. I was
so saved. From start to the end of the camp.
Tanggal 17 September lewat. Kalau mens saya berhenti tanggal
17 Juli, berarti sudah 2 bulan dia berhenti.
September 17th
passed quietly. If my menstruation stopped on July 17th, it means it
has stopped for 2 months now.
Hari Sabtu itu ada sedikit bercak darah tapi dia baru keluar
hari Minggu sore setelah saya berada di rumah dan itu pun juga sangat sedikit
serta hanya keluar selama tidak sampai 24 jam.
There was a small
blood spot on that Saturday but it came out on Sunday afternoon when I was
already at home. It was just a little and lasted for less than 24 hours.
Lega juga saya karena hari Senin (23/9) saya pergi ke kantor
imigrasi untuk mengurus perpanjangan paspor saya yang jatuh temponya bulan
April 2013.
Nothing could be so
relieving because on Monday (Sept 23rd) I went to immigration office
to have my passport extend. It was due on April 2013.
Gara-gara urusan menstruasi keparat itu, perpanjangan paspor
jadi mulur 5 bulan. Untungnya peraturan perpanjangan memberi waktu 6 bulan.
That darn
menstruation made me unable to extend my passport. It has been delayed for 5
months. Luckily the term gives 6 months interval after due date.
Kesehatan saya membaik sejak bulan Agustus tapi karena sibuk
dan capek membuat saya tidak bisa mengurus perpanjangan paspor.
My health improve
since August but I was busy and exhausted so I wasn’t able to take care my
passport extension.
Tapi bulan ini mumpung saya tidak sibuk, tidak punya rencana
kemana-mana, badan sangat sehat dan lagi ambil cuti, tidak boleh saya tunda
lagi.
This month, while I
am not busy, I don’t have any plans to go anywhere, I am so healthy and I took
my leave, I shouldn’t delay it anymore.
Yah, saya tetap berharap menstruasi ini dapat kembali normal
seperti sebelumnya. Bahwa saya tidak lagi memerlukan obat untuk
menghentikannya.
Yeah, I keep my hope that
it can get back to normal just like it used to be and I no longer need any
medicine to stop it.
Saya akan lebih berbahagia kalau menstruasi ini tidak usah
muncul-muncul lagi selamanya.
It will even make me
more happy if this menstruation stops forever.
Selama 2 bulan ini kesehatan saya membaik. Kekuatan tubuh
saya juga membaik. Saya bisa kasak-kusuk tanpa dibayangi oleh sakit kepala,
badan lemas, pandangan mata saya berkunang-kunang atau tiba-tiba jadi gelap
seperti orang mau pingsan karena tekanan darah turun akibat pendarahan yang
luar biasa banyaknya.
My health has been better in the past 2 months. So does my body. I can do my activities without
being followed by headache, dizziness or faintness for losing too much blood.
Penderitaan selama setahun berakhir juga.
A year of suffering
finally ends.
“Kamu adalah pejuang” kata Andre ketika dia membaca coret-coretan
saya saat membuat draft untuk tulisan ini “Pejuang yang berani”
“You are a fighter”
said Andre when he read my scrap notes while drafting this post “A brave one
too”
Saya tersenyum. Banyak kali saya tidak merasa berani.
I smiled. There were
so many times I felt far from being courageous.
“Kamu tahu sendiri saya terlahir sebagai seorang pencemas.
Dalam keadaan normal dan sehat saja, saya punya sejuta kecemasan. Jadi seperti
apa pikiran saya ketika menghadapi keadaan fisik yang sakit”
“You knew it
yourself that I was born as a person who worries constantly. In normal and
healthy condition, I still have a million of worries. Now what would it be like
when I was facing a sick physic”
“Tapi sekarang kan semua sudah berlalu” dia mencium saya
“Seluruh dunia dan neraka berusaha meyakinkan kamu kalau hidupmu kacau dan
sudah dekat dengan akhirnya tapi kan tidak”
“But it is now
behind you” he kissed me “The entire world and hell might try to convince you
that your life was screwed and was about to end, but it is not”
Dia memeluk saya dan meletakkan tangannya yang besar itu di
atas perut saya.
He hugged me and put
his big hand on my stomach.
“Semua yang berada di dalam sini berfungsi dengan baik dan
dalam keadaan baik” katanya lembut.
“Everything in here
is working well and in good condition” he spoke tenderly.
Saya tertawa jadinya.
It gave me the
laugh.
“Jadi mari kita punya Ruth” dia menatap saya dengan muka
serius.
“So let’s have Ruth”
he looked serious when he stared me.
“Ruth?” saya keheranan.
“Ruth?” I wondered what he was talking about .
Andre tersenyum “Sori, saya tidak sengaja membaca catatan
harian kamu”
Andre smiled “Sorry,
I didn’t mean to read your diary”
“Catatan harian yang mana?” saya bingung “Sudah setahun ini,
sejak saya sakit, saya berhenti menulis catatan harian”.
“Which diary?” I got
confused “I have not keeping any diary for a year now since I had that bleeding”
Itu benar. Terlalu banyak ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kekecewaan, keputusasaan dan frustrasi sejak saya mengalami pendarahan selama setahun
sehingga saya berhenti membuat catatan harian karena merasa tidak ada lagi yang
perlu di catat. Buku catatan harian saya yang terakhir pun entah ada dimana
karena dalam keadaan kacau lahir dan batin, saya menaruhnya sembarangan saja.
Sejak itu pula saya hanya menulis di blog.
That is true. Too
many fear, anger, sadness, disappointment, despair and frustration since I had
that bleeding for a year made me stopped keeping a diary for feeling there was
nothing to write. I didn’t even know where did I put my last diary because I
was so physically and mentally unwell that I just put it somewhere. Eversince
that I just wrote in this blog.
“Catatan lama” Andre mengelus kepala saya “Saya tidak
sengaja menemukannya di antara tumpukan coretan-coretan kamu. Saya sedang
mencari buku kosong. Saya kira itu buku tulis biasa. Ternyata itu catatan
harian kamu. Saya tidak sengaja membaca tulisan kamu”
“Old diary” Andre
caressed my head “I accidentally found it under the piles of your scrap notes.
I was looking for a note book. I thought it was a note book. It was your diary.
I accidentally read something you wrote there”
Wah, saya lupa catatan harian mana yang dimaksudkannya.
Gee, I couldn’t
remember which diary that he was talking about.
“Saya nulis apa di situ?”
“What did I write
there?”
“Kamu nulis kalau punya anak laki-laki, kamu mau kasih nama
Joshua dan kalau punya anak perempuan, kamu namai Ruth”
“You wrote that if
you had a son, you would name him Joshua and if it was a girl, you would name
her Ruth”
Saya ngakak. Saya ingat.
I bursted out my
laugh. I remembered.
“Itu catatan lama banget, tahu” saya mengingat-ingat “Antara
tahun 2002-2003. Saya lagi pacaran sama orang Italia. Kami berdua lagi mabuk
cinta sampai berencana untuk menikah dan punya anak”
“That was ancient
note, you know” I thought back to the old time “It was in between 2002-2003. I
was dating this Italian guy. We were so madly in love that we talked about
getting married and had children”
“Tapi kamu menulis nama Joshua” Andre tersenyum “Dan anak
saya bernama Joshua, Josh. Kamu menganggapnya sebagai anakmu sendiri kan? Sama
seperti dia juga menyayangi kamu seperti dia menyayangi Mary”
“But you wrote the
name Joshua” Andre smiled “And my son is Joshua, Josh. You love him just like
your own child, right? He loves you just like he loves Mary”
“Ah, itu cuma kebetulan”
“Come on, it is just
a coincidence”
“Kebetulan atau bukan, yuk kita punya Ruth”
“Coincidence or not,
let’s have Ruth”
Saya tertawa “Itu kan keinginan 10 tahun yang lalu. Ada rentang waktu yang sangat panjang dan begitu banyak peristiwa yang bikin saya berubah
pikiran”
I laughed “It was a
wish made 10 years ago. There were 10 years in between past and present, not
to mention a lot of things happened during those years that made me changed my
mind”
10 tahun yang lalu saya bertemu dengan seorang laki-laki
sebaya berkebangsaan Italia. Kami melewatkan banyak waktu bersama-sama karena
bekerja di tempat kerja yang sama. Kami jatuh cinta dan kami bicara tentang
pernikahan serta anak.
10 years ago I met a
young Italian man. We spent lots of time together because we worked in the same
place. We fell in love and we spoke about marriage and children.
Tapi hubungan kami bubar di tengah jalan.
But we broke up
before we got even close with our plans.
10 tahun lalu saya lebih naif dari sekarang, lebih
emosional, lebih punya nyali, belum banyak mengalami kepahitan hidup dan punya
penghasilan lebih besar. Saat itu saya punya keinginan besar untuk punya anak.
10 years ago I was
more naive than I am now, more emotional, had more guts, haven’t gotten through
many bitterness in life and made more money. At that time I had every desire to
have my own children.
10 tahun telah berlalu. Saya menjadi lebih tua, lebih sabar,
lebih tenang dan kehilangan nyali untuk punya anak.
10 years have
passed. I am older now, I have more patience, I am calmer and lost my guts to
have children.
“Saya 42 dan kamu 47” saya menambahkan “Berapa lama kamu
pikir masa hidup yang kita miliki? Kalau kita sakit atau meninggal sementara
anak masih kecil, siapa yang mau urus dia nantinya? Saya tidak mau memberikan
penderitaan dan kesusahan pada anak itu. Cukuplah saya yang merasakan dan
mengalami banyak penderitaan dan kesusahan”
“I am 42 and you are
47” I went on “How long do you think we will live? How if we fell ill or die
while the child is so young, who will take care him or her? I don’t want to
give pain and sorrow to that child. It is enough that I am the only one who has
been through many pain and sorrow”
“Selain itu punya anak berarti tenaga, waktu dan perhatian
saya untuk kamu akan berkurang. Saya tidak mau itu terjadi”
“Besides, having a
child means my energy, time and attention to you will not be fully. I don’t
want it to happen”
“Dan saya punya banyak keinginan, banyak cita-cita yang
belum terwujud. Sekarang saja saya sudah frustrasi karena merasa roda kehidupan
saya berputar tidak cukup cepat. Anak akan menghambat langkah saya dan saya
tidak mau ada yang menghalangi saya”
“And I have many
wishes, many plans that haven’t come true. I have already frustrated seeing how
slow the wheel of my live spins. A child will slowing me down and I don’t want
to have anyone or anything to stand on my way”
“Saya bukan orang yang terlahir untuk puas dengan siklus
kehidupan lahir-bertumbuh-menikah-beranak cucu dan kemudian mati. Saya mencari
arti kehidupan. Saya mempertanyakan kenapa saya harus ada di dunia ini”
“I am not the kind
of person who satisfy with the cycle of life of being born-grew up-got
married-have children, grandchildren and then die. I look for the meaning of
life. I have been asking the question why should I exist in this universe”
Saya menghela napas dan menatap Andre yang diam
mendengarkan. Tiba-tiba saya kasihan melihatnya.
I sighed and stared
at Andre who listened to me closely. And I suddenly felt pity for him.
“Seandainya saja saya terlahir tidak dengan memiliki
pemikiran serumit ini” saya tersenyum sambil mengelus pipinya “Seandainya saya
bahkan tidak memiliki pemikiran-pemikiran ini, mungkin.. mungkin saya akan
menjadi orang yang lebih berbahagia dan bisa bikin kamu lebih bahagia karena
saya bisa memberikan apa yang kamu inginkan”
“If I just being
born not having this complicated mind” I smiled as I caressed his cheek “If
only I don’t have these thoughts, maybe.. maybe I would be a happier person and
I could make you happier because I could give you what you wanted”
“Tapi saya perempuan keras kepala, perempuan penuh keinginan
dan impian, perempuan berjiwa bebas, perempuan yang mencari arti kehidupan,
perempuan dengan banyak gejolak di dalam dirinya, perempuan yang tidak gampang
ditaklukkan”
“But I am a stubborn
woman, a woman with many wishes and dreams, a free spirit woman, a woman who
seeks for life meaning, a woman who has many flames within herself, a woman who
is not easily being knocked out”
Ruth adalah impian dan hasrat masa muda.
Ruth was a youth
dream and passion.
Ruth hanyalah bayang-bayang di masa sekarang ini.
Ruth is just a
shadow in the present time.
Saya tidak mengerti masa lalu, tidak memahami masa sekarang
dan lebih tidak memiliki gambaran tentang masa depan.
I don’t understand
the past, don’t have the understanding for the present and more at lost about
the future.
Saya sulit untuk bisa memahami diri sendiri. Saya tidak bisa
menuntut orang lain untuk bisa memahami saya.
No comments:
Post a Comment