Scrap Stuff :
The Fears
The Friends
The Place
The E.T.
The Artificial Tooth
Hal-Hal Kecil:
Ketakutan-Ketakutan
Teman
Tempat
Mahluk Halus
Gigi Palsu
Ini catatan yang ke 10 dan yang paling akhir dari Leadership
Camp.
This is the 10th
and the last note on Leadership Camp.
Hal-hal lain yang saya dengar, lihat, rasakan dan pikirkan
selama mengikuti Leadership Camp biarlah menjadi rahasia hati saja.
Mudah-mudahan tidak terlupakan.. hehe.. karena daya ingat saya juga tidak
terlalu panjang.
Other things I heard,
saw, felt and thought during Leadership Camp better remain as the secret of my
heart. Hopefully I don’t forget them.. lol.. because I have a short memory.
Hal pertama yang tidak boleh dilupakan dari Leadership Camp
ini adalah kecemasan saya tentang tiga orang teman sekamar saya yang semuanya
adalah orang-orang yang sama sekali tidak saya kenal ternyata sama sekali tidak
perlu saya cemaskan.
The first thing that
should not be forgotten from Leadership Camp is about my worries about my three
roommates who were all strangers to me, well, I shouldn’t worry from the first
place.
Pada waktu itu saya senewen membayangkan saya harus tidur
sekamar dengan orang yang saya tidak kenal. Orang-orangnya seperti apa, itu
yang bikin saya senewen. Soalnya kan tidak enak kalau harus berada sekamar
dengan orang yang tidak menyenangkan.
At that time I was
nervous about sharing room with strangers. What kind of people are they, was
what making me felt un-easy. It wouldn’t be fun to be in a room with unpleasant
people.
Beda dengan anggota rombongan saya. Biar pun masing-masing
punya sifat atau kebiasaan yang tidak terlalu menyenangkan bagi yang lain, tapi
setidaknya kami sudah saling kenal cukup lama dan cukup baik sehingga rasanya
lebih aman dan nyaman berada bersama dan berada di antara mereka.
It’s not the same thing
about my own group. Though each of us have annoying characters or habits but at
least we have known long and well enough that it feels safer and more
comfortable to be with and being with them.
Tapi kita tidak boleh lari dari tantangan.
But we can’t run
away from challenge.
Terlalu lama berada di lingkungan yang aman dan nyaman juga
tidak baik buat perkembangan emosi, kemandirian dan kedewasaan.
Spending too much
time in safe and comfortable zone is not good for emotional growth,
independency and maturity.
Takut boleh tapi jangan lari apalagi menghindari tantangan.
It’s okay to feel
scared but don’t run, let alone avoiding the challenge.
Seorang teman saya mengeluh tentang rasa kesepian. Tapi
ketika saya menyarankannya untuk mencari kegiatan di luar kantor, dia menolak.
A friend of mine
complained about feeling lonely. But when I suggested her to join some
activities out of work, she refused.
Dia takut.
She is scared.
Dan ketakutannya untuk pergi sendiri, ketakutannya pada
tempat atau orang yang tidak dikenalnya memenjarakannya.
And her fear to go
by herself, her fear being in a place that is foreign to her or be with
strangers imprisoned her.
Sayangnya kami tinggal di dua negara yang berbeda. Kalau
berdekatan sih, pasti akan saya geret-geret dia ikut kegiatan saya atau
sering-sering saya ajak jalan.
Too bad we live in
two different countries. If we lived close, I would drag her along in my
activitiy or I would ask her out often.
Saya terlahir dengan bakat alami sebagai seorang pencemas.
Terlalu banyak mikir, kata Andre. Timbang sana, timbang sini. Ujung-ujungnya
jadi ragu, takut dan cemas sendiri.
I am a person who
worries constantly, being born with it. Think too much, said Andre. Too many
considerations. Eventually they all led to doubt, fear and worry.
Tapi dari dulu saya beruntung mendapatkan teman-teman yang
punya sifat serba kebalikan dari saya. Mereka ceria, spontan, punya banyak
kegiatan dan populer. Mereka menulari saya dengan banyak hal positif.
However, I am
blessed to have friends who have opposite characters. They are cheerful,
spontaneous, have many activities and popular. They have given me many positive
things.
Jadi kalau punya teman yang kelihatannya pemalu, pendiam,
minder atau bawaannya ragu atau takut melulu, jangan dijauhi. Karena mereka
membutuhkan orang-orang yang bisa menolong merubah atau setidaknya mengurangi
sifat-sifat itu.
So if you have
friends who look shy, quiet, having problem with their self confident or who
always have self doubt or restless about stuff, don’t shunned them away.
Because they need people to help them change or at least minimize those
characters.
Yah begitulah, jadi setelah berada dalam kamar, saya menyadari
bahwa ternyata 3 orang yang menjadi teman sekamar saya adalah orang-orang yang
menyenangkan.
And so after being
in the room that I realized my three roommates were actually nice people.
Seorang diantaranya adalah seorang ibu yang sangat ramah.
Kami mengobrol seakan-akan telah kenal sangat lama.
One of them was a
very friendly lady. We talked as if we were two long time friends.
Yang lain adalah seorang ibu yang beberapa jam sebelumnya
mengobrol dengan saya saat makan siang! Jadi ketika melihatnya masuk ke kamar,
saya langsung tertawa antara lega dan juga geli memikirkan betapa konyolnya
saya sempat mencemaskan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu saya cemaskan sama
sekali.
The other one is a
lady who few hours earlier chatted with me during lunch! It is why when I saw
her entered my room, I spontaneously laughed out of my relief and feeling so
silly for worrying over things that I shouldn’t even worry at all.
Yang seorang lagi kira-kira sebaya dengan saya, sama
tomboynya dengan saya dan rasanya sih belum berkeluarga seperti saya juga
sehingga gaya kami berdua kira-kira sama.
The last person is
about my age, just as tomboy as myself and I think she hasn’t married so we
both were alike.
Bersama dia jugalah, saya mencuri waktu untuk melihat kolam
renang. Kami berdua pastilah sudah langsung berenang sekali pun malam itu hujan
dan udaranya dingin. Sayangnya dia tidak
bawa baju renang.
It was her that I
sneaked out to check out the swimming pool. We would go for a swim, despite it
rained and freezing that night, if not because she didn’t bring her swimsuit.
Hal kedua yang harus di catat adalah seandainya teman yang
biasanya selalu ikut dalam kegiatan-kegiatan di luar kantor seperti ini, tidak
bisa ikut.
The second thing
that I should note is I wished a friend who usually came along in such
activities, couldn’t come.
Dia adalah teman rumpi. Teman dengan siapa saya bisa
menertawakan hal-hal konyol, teman untuk curhat dan teman yang bisa diajak
kabur dari kegiatan ketika rasa bosan melanda. Dan kalau kami kabur, kami pasti
berfoto-foto. Itu sebabnya foto Leadership Camp jadi kurang banyak.
She is a friend in
arm. Someone whom I could laugh over silly things, someone I could share the
secrets in my heart and someone who wouldn’t mind to be asked to get away when
boredom strike. Whenever we sneaked out, we would go out and took pictures. It
explaines why I didn’t make too many pictures in this Leadership Camp.
Jadi rasanya agak aneh juga berada di sana tanpa teman saya
itu.
So it felt kind a weird
to be there without that one particular friend.
Hal ketiga adalah MDC adalah tempat penginapan yang lumayan
baik. Kamarnya bagus. Makanannya enak. Pelayanannya juga cukup bagus. Bersih.
Barang-barang aman di tinggal di dalam kamar.
The third is that
MDC is quite a good inn. The room is nice. Good food and service. It is clean.
We can leave our things safely in the room.
Sayangnya kurang luas. Kurang banyak fasilitas untuk bermain
bagi anak-anak dan hiburan untuk orang dewasa.
Too bad the compound
is not wide. There are not enough space for children’s playground and less
entertaining area for adult.
Kalau buat orang yang ingin suasana tenang, tempat ini
cocok.
It is suitable for
those who look for peace and quiet place.
Saya sendiri menolak ketika Andre menanyakan apa saya mau ke
situ lagi bersama dia. Masih lebih mending di villa temannya yang suka kami
kunjungi dan inapi. Karena di villa itu ada kolam renang, lapangan tenis,
ayunan, perosotan dan kebun.
I said no when Andre
asked if I would spend a night there with him. His friend’s villa that we used
to visit and stay is much better because it has a swimming pool, a tennis
court, a swinging, a sliding and a garden.
Hal ke-empat.. saya dan teman sekamar saya penasaran ingin
tahu dimana kolam renangnya. Jadi setelah makan malam, kami berdua menyempatkan
diri untuk mencari kolam renang itu.
The fourth thing
is.. me and my roommate were curious about finding the swimming pool. So after
dinner we went out to find it.
Tempatnya ternyata di bagian belakang. Untuk mencapai tempat
itu kami harus menyusur jalan setapak yang tidak lebar sehingga hanya cukup
untuk dilalui satu orang dan menaiki undakan sementara lampu-lampu penerangan
kurang banyak.
It is located at the
back of the inn. To get there we had to walk on footpath that is not wide so it
can only walk by one person and climbed up few steps while the lights were few.
Ketika kembali dari sana, saya berjalan di belakang
sementara teman sekamar saya di depan. Kami berjalan sambil asyik mengobrol.
On our way back, I
walked behind my roommate. We chatted along the way.
Ketika menuruni undakan, saya agak tertinggal karena
penerangan kurang di tambah dengan undakan yang basah serta licin karena saat
itu hujan gerimis serta mata saya yang minus membuat saya ekstra hati-hati.
I was left behind
when I was walked down the steps. I slowed down out of walking carefully down
the wet and slippery steps. It was drizzling and the lighting was blur, not to
mention my farsighted eyes made me thought I’d better walk extra careful.
Tidak jauh dari undakan itulah tiba-tiba saya merasa seperti
ada orang berjalan membuntuti saya. Padahal saya yakin betul hanya kami berdua
yang pergi melihat kolam renang dan disana pun tidak ada yang sedang berenang.
Not far from that
steps I suddenly felt like someone walked behind me. I was certain we were the
only ones who went to see the swimming pool and there was nobody there.
Teman sekamar saya sementara itu berada sekitar sepuluh
langkah di depan saya. Dia tidak menyadari kalau saya tertinggal karena saya
dengar dia masih mengoceh tentang hal yang sedang kami obrolkan setelah kami
puas melihat-lihat kolam renang.
In the meantime my
roommate was about ten steps ahead of me. completely unaware that I was left
behind because I heard her talked about the things we were chatting when we
left the swimming pool.
Saya ingin tertawa juga, geli melihatnya bicara sendiri tanpa
menyadarinya.
I wanted to laugh seeing
her talking to herself without her realizing it.
Belum sempat saya berseru memanggilnya, saya mendengar suara
derak seperti ada orang sedang bergerak dan berjalan di belakang saya.
Before I could call
her out, I heard a crack as if there was someone moving and walking behind me.
Penasaran, saya menoleh ke belakang… dan tidak melihat
siapa-siapa..
Curious, I looked
back.... and saw nobody..
Selama beberapa detik, saya berdiri diam. Memperhatikan
sekeliling. Sampai melihat ke deretan tanaman dan pepohonan. Ya, kalau bukan
manusia mungkin hewan.
I stood quietly for
few seconds. Looked around. Even to the plants and trees. Yeah, if it was not
human, probably an animal.
Saya memasang telinga. Tapi yang saya dengar adalah suara
desau angin, jangkrik, kodok dan dengung entah mesin apa dari dalam kotak tidak
jauh dari tempat saya berdiri.
I listened
carefully. But what I heard were the sound of the wind, cricket, frog and a
humming of some machine from the nearby box.
Saya berkesimpulan saya mengada-ada saja atau memang tadi
ada mahluk E.T. yap, saya menjuluki E.T. untuk mahluk kasat mata.
I concluded that I
mistakenly thought I heard and felt someone was behind me or there was an E.T.
That is how I called the sort of creature.
Saya punya banyak pengalaman bertemu dengan mahluk E.T.
Tidak benar-benar pernah melihat karena mereka muncul dalam mimpi atau ketika
pikiran saya sedang kosong.
I had few experience
with this E.T creature. I didn’t really see them with my eyes because they only appeared to me in
dreams or when my mind was empty.
Beberapa tahun lalu sore-sore ketika sedang berjalan pulang
melalui jalan yang sepi, tiba-tiba saja saya merasa ada yang berpegang
erat-erat ke pinggang saya dari belakang. Pegangan itu baru terlepas setelah
secara spontan saya berkata ‘lepasin!’.
Few years ago, in
the afternoon as I was walking home on a quiet road, I felt as if someone hold
my waist tightly from behind. It was gone when I spontaneously said ‘let go!’.
Saya tidak takut dengan mahluk E.T. mana pun.
I am not afraid of
any E.T. creature.
Buktinya beberapa jam setelah peristiwa di dekat kolam
renang itu, saya menyelinap keluar dari aula. Sudah jam 9 malam dan saya capek
sekali. Jadi saya memutuskan untuk tidak mengikuti acara terakhir dan sendirian
kembali ke kamar. Selama setidaknya satu jam saya sendirian di kamar. Sedikit pun
saya tidak merasa takut.
In fact, few hours
after that incident near the swimming pool, I sneaked out the hall. It was 9 pm
and I was exhausted. So I decided to skip the last program and went by myself
to the room. I was there alone for at least an hour. I felt no fear.
Saya lebih takut pada manusia karena dengan segala kemampuan
pikiran dan fisik yang dimilikinya, manusia dapat menjadi lebih jahat terhadap
sesamanya dari pada mahluk E.T. (kecuali kalau mahluk E.T. itu merasuki manusia dan mulai berbuat jahat).
I fear my fellow
human being more because with all the mind and body, they can do more evil
toward others than those E.T. (unless the E.T. possess a human being and start to do evil things).
Yang kelima adalah hal lucu yang tidak terduga. Berawal
ketika tengah malam saya terbangun dan pergi ke kamar mandi untuk pipis.
The fourth is
unexpected funny thing happened. It happened when I woke up at midnight and
went to the bathroom to take a pee.
Ketika sedang mencuci tangan, saya melihat gelas berisi air
dan sikat gigi.
As I was washing my
hands, I saw a glass filled with water with a toothbrush on it.
Aneh, pikir saya, apa teman sekamar saya ada yang lupa buat
buang air sikat gigi?
That’s odd, I
thought, did my roommate forgot to throw away of that water after brushing her
teeth?
Saya mengangkat gelas itu, berpikir untuk membuang airnya
dan meletakkannya di tempat yang aman supaya tidak terkena cipratan air kalau
ada yang cuci tangan.
I took the glass,
wanting to throw away the water and put it in a safe place so when someone
washes her hands the sprinkle water wouldn’t get into that glass.
Tapi saya melihat sesuatu di dasar gelas itu.
But I saw something
at the bottom of that glass.
Apa ya itu? Saya memincingkan mata.
What is that? I
looked closely.
Astaga! Itu gigi! Ada gigi di dalam gelas itu!
WTF! It was a tooth!
There was a tooth in that glass!
Perlu waktu beberapa detik sebelum saya menyadari bahwa itu
adalah gigi palsu.
It took few seconds
for me to realize that it was an artificial tooth.
Dan saya tertawa.
And I laughed.
Teman sekamar saya memang ada dua yang sudah berumur tapi
saya tidak menduga seorang dari mereka memakai gigi palsu.
Two of my roommates
were senior ladies but I never thought one of them wore artificial tooth.
Saya tertawa sendiri di kamar mandi, di tengah malam, ya,
tidak berani keras-keras karena tidak mau membangunkan yang lain.
I laughed in the
bathroom, in the middle of the night, well, I laughed quietly for not wanting
to wake the others.
Aduh mak, saya tidak bisa berhenti tertawa.
Man, I couldn’t stop
laughing.
Makin lama, malah semakin lucu rasanya karena saya membayangkan
apa jadinya kalau saya langsung membuang air di gelas itu ke dalam kloset?
Waduh.. bisa-bisa gigi palsu orang ikut nyemplung di dalam kloset.. saya bisa
disumpahin pemiliknya. Hehe. Belum lagi membayangkan kejijikan saya kalau harus
mengobok-ngobok kloset untuk mengambil gigi palsu.
The more I thought
about it, the funnier it felt especially when I thought what would happen if I
just throw the water on the watercloset? Man.. the artificial tooth would go
straight into the watercloset.. its owner would kill me. Lol. Not to mention
how disgusting it would be if I had to take it out of the watercloset. Yikes!
Dan saya tertawa sampai sakit perut.
And I laughed it
hard until it hurt my stomach.
Seru kan pengalaman saya..
What an experience
did I have..
Dan hampir saja saya tidak jadi ikut acara Leadership Camp
ini.
No comments:
Post a Comment