At The Beginning..
Awalnya…
“Keke, kenapa tidak ikut camp?” pertanyaan tidak terduga di
Senin pagi (26/8) “orang-orang di kantor pusat semua pada ikut. Ini leadership
camp. Orang kantor juga harus tahu tentang kepemimpinan. Ini bukan buat top
manajemen saja”
“Keke, why aren’t you
participating in the camp?” that surprising question came in Monday morning
(August 26th) “the people in the head office all participate in it.
This is leadership camp. People in the office should know about leadership. It
is not just for the top management”
Saya diam-diam nyengir.
I quietly grinned.
Kata siapa saya tidak ingin ikut?
Who said I didn’t want to
come?
Tapi saya tahu, kecuali saya sakit, sulit untuk dapat ijin
meninggalkan kantor di akhir minggu.
But I knew it too well,
unless I fell ill, it is difficult to get permission to leave the office at the
end of the week.
Soalnya kesibukan justru meningkat di saat itu dan semua itu
mengandalkan kehadiran saya.
It is because work
escalates at that time and it relies on me.
Sekali pun saya bisa mengatur supaya kerjaan selesai
dari pertengahan minggu tapi ijin tetap sulit untuk keluar.
Eventhough I arrange it
to be done at the middle of the week, exit permit is something that is hard to
get.
Jadi ketika saya mengetahui tentang acara camp ini, saya
tidak menaruh perhatian sama sekali. Saya hanya melakukan apa yang di minta
oleh senior saya untuk mengirimkan daftar nama peserta dari kantor kami. Saya
tidak bertanya-tanya acara ini diperuntukkan bagi siapa saja, apakah materinya
bagus atau tidak, pembicaranya siapa. Buat apa juga saya nanya-nanya kalau saya toh tidak bisa ikutan acara itu.
So when I knew about this
camp, I didn’t put too much attention on it. I just did what my senior asked me
to do which was to send the list of people from our office that would participate in it.
I didn’t ask who could participate, would the material be interesting, who
would be the key speaker. Why should I care if I couldn't be participated in it, that what I thought.
Bahkan setelah ibu dari kantor pusat ini bicara tentang
tujuan diadakan camp ini dan bahwa orang-orang dalam posisi saya ini juga
memegang peranan penting dalam manajemen, saya tetap tidak yakin ijin bisa saya
dapatkan.
Even after the lady from
the head office told me about the reason they held this camp and people in my
position hold important role in management, I still was not convinced that I
could be given exit permit.
Saya mengenal senior saya. Beliau memang amat sangat baik
kepada saya tapi dia tetap beranggapan kantor tidak bisa dan tidak boleh
ditinggalkan sampai kadang saya mendapat kesan seakan-akan kantor akan roboh
kalau tidak ada saya. Hehe. Tapi ya begitulah, beliau punya pertimbangan dan
pemikiran yang berbeda dengan saya.
I know my senior. He is
so very kind to me but he still believes that the office can’t and shouldn’t be
left unattended. Up to a point that gave me the impression as if it would fall
to the ground if I left it. Lol. But yeah, so he has his own consideration and
mind that are so different with mine.
Jadi pagi itu saya serba salah. Ibu itu ingin saya ikut.
Penjelasannya membuat saya baru tahu bahwa camp ini akan memberi pengetahuan
yang baik dan berguna untuk saya. Tapi saya tahu kalau saya yang bicara pada
senior saya, saya tidak yakin beliau akan memberi ijin untuk saya mengikutinya
karena acara itu dilangsungkan hari Jumat dan Sabtu. Akhir minggu.
I was put in difficult
situation that morning. The lady wanted me to come. Her explanation made me
realize that the camp would give me good and useful knowledge. But I knew if I
talked this to my senior, I wasn’t sure he would give me the exit permit
because the camp would be held on Friday and Saturday. At the end of the week.
“Bu, ibu mau ga bantuin saya?” akhirnya saya memutuskan
untuk bicara sejujurnya “kalau saya yang ngomong, pak … (nama senior saya)
kemungkinan besar tidak akan ijinin saya pergi. Ibu tolongin bujuk si bapak deh
ya”
“Ma’am, would you please
do me a favor?” I decided to tell her the truth “if I talk to Mr. … (my
senior’s name), he would likely not going to give me the exit permit. So would you please persuade him?”
Ya, soalnya kalau saya yang bicara, ada kemungkinan senior saya akan
berpikir atau mengira bahwa itu adalah keinginan pribadi saya. Bahwa saya
mencari-cari alasan supaya bisa ikut atau sekedar untuk jalan-jalan di akhir
minggu.
Yes, I worried if I did
the talking, my senior would think or assume that it was my own wish. That I
was trying to find a way to come or to get out of the office in weekend.
“Ok, Ke” ibu itu terdengar semakin simpatik setelah
mendengar saya bicara sejujurnya “saya akan hubungi pak …”
“Ok, Keke” the lady
sounded more symphathetically after heard me talked honestly “I will call Mr. …”
Menit demi menit berlalu. Sekali pun saya sibuk dengan
berbagai pekerjaan tapi saya menantikan berita. Penuh harapan. Cemas.
Minutes passed by. Though
I was busy with lots of work but I was anxious to get the news. Full of hope.
Worry.
Entah di menit ke berapa akhirnya telpon berdering. Begitu saya angkat, suara senior
saya langsung terdengar.
I don’t know how many
minutes have passed until the the phone finally rang. It was my senior.
“Keke..” beliau lalu bicara tentang camp dan juga pengaturan
tentang kantor yang akan di tinggal selama 2 hari.
“Keke..” he started to
talk about the camp and arranged things since the office would be left
unattended for 2 days.
Yihaa!, sorak saya dalam hati. Ijinnya keluar! Setelah
pembicaraan selesai, saya meletakkan gagang telpon dan menandak-nandak sendiri
dalam ruangan saya karena lega dan gembira. Hehe. Untung saja kantor sedang
sepi. Kalau tidak pasti yang melihat akan bingung, lagi ngapain itu si Keke..
Yippee!, I exclaimed
quietly. I’ve got the exit permit! After the conversation done, I put down the
phone and started to dance around in my room out of relief and excitement. Lol.
Luckily the office was empty. If not people would be puzzled to see me, what
on earth is Keke doing there..
Senin dan Rabu saya pun ngebut menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi jatah akhir minggu.
I did the work that
usually is done at the end of the week on Monday and Wednesday.
Rabu pagi senior saya menelpon. Bingung mengatur untuk hari
Sabtu berkenaan dengan kegiatan yang biasanya dilangsungkan setiap hari tsb.
My senior called me on
Wednesday morning. He was thinking about Saturday’s usual activities.
“Kalau terpaksa tidak ada yang bisa jagain kantor hari Sabtu, yah, apa boleh buat.. daahh, Keke” ucapnya
di akhir pembicaraan. Sekali pun kami sering saling bercanda dan meledek tapi
kali itu saya sedang tidak mau bercanda dan juga tidak mau di ledek.
“If no one could cover you in the office on Saturday, then, no choice.. bye bye, Keke” he said at the end of our
conversation. Though we always joke and tease each other but that day I wasn’t
in the mood to joke nor to be teased.
Pikir saya, keterlaluan amat kalau karena perkara yang
menurut saya tidak rumet banget dijadikan alasan untuk membatalkan kepergian
saya. Dan hari itu saya tidak mau tunduk mengikuti kemauan senior saya.
I thought, it would be
outrageous that for what I considered a simple matter would be made as an excuse
to stop me from going. And that day I decided I wasn’t gonna obey my senior.
Saya memikirkan kendala di hari Sabtu itu dan menghubungi
orang-orang tertentu. Membicarakan dengan seorang dari antara mereka dan
menemukan jalan keluarnya. Dia menghubungi senior saya dan selesailah
perkaranya.
I thought about the
situation on that Saturday and called some people. I talked with one of them
and found the solution. She called my senior and the problem was solved.
Nah, pikir saya, sekarang tidak ada satu hal dan satu orang
pun yang bisa menghentikan saya.
Now, I thought, there is
nothing and no one that can stop me from going.
Saya bukan orang yang terlalu asertif. Bukan tipe ngotot.
Memilih menghindari konfrontasi. Lebih suka diam, mengalah dan tidak berkeberatan untuk membuntut di belakang orang-orang yang saya sayangi atau untuk alasan-alasan serta pertimbangan tertentu.
I am not a very assertive
person. Not a pushy. Prefer to avoid confrontation. Would rather be quiet, give in and do not mind to be a follower of the people I love or doing that for some reason or under certain considerations.
Tapi injaklah jempol kaki saya dan anda akan melihat singa
di dalam diri saya bangkit, meradang dan mengaum sekeras-kerasnya.
But step on my toe and you would see the lion in me risen furiously and roars like hell.
No comments:
Post a Comment