United We Stand
Bersatu Kita Teguh
Dari sekian banyak materi yang disampaikan oleh pembicara
dalam acara Leadership Camp ini, saya menyimpulkannya dengan kata-kata di atas.
Of all the many
stuff given by the speaker in this Leadership Camp, my conclusion is written in
the above words.
Tempat kerja seperti sebuah kapal.
Workplace is like a ship.
Kapal yang membutuhkan banyak orang untuk membuatnya bisa
bergerak, berfungsi dan mencapai tujuan.
A ship that needs
people to make it moves, function and reaches its destination.
Karena itu setiap orang yang berada di kapal itu memiliki
arti penting. Yang seorang bisa saja lebih pintar dari yang lain atau lebih
berpengalaman tapi bukan berarti dirinya menjadi yang paling hebat atau yang
paling utama.
Therefore
everyone on board holds important role. One maybe smart than the other or more
experienced but it is not making him or her as the great one.
Hal-hal seperti ini sering terlupakan.
These stuff is
sometimes forgotten.
Kita menganggap posisi, tingkat pendidikan, pengalaman,
otak, kontribusi, penghasilan dan keberhasilan menempatkan kita lebih tinggi,
lebih kuat, lebih unggul dan lebih hebat dari yang lain.
We assume that
our position, level of education, experience, brain, contribution, income and
success put us higher, superior and almighty than the others.
Akibatnya sulit untuk menghargai, bersikap rendah hati,
tidak merasa terintimidasi dengan kelebihan, kemampuan atau prestasi orang
lain, cenderung berpikir dangkal, menilai segala sesuatu hanya dari kulit luar,
sulit menempatkan diri dalam posisi orang lain karena hanya mau menerima
hal-hal dari sudut pandangnya atau pengertian sendiri.
The result is
hard to have appreciative attitude, low profile, not feeling intimidated when
by other people’s abilities or achievement, tend to have shallow mind, skin
deep judgement, hard to put in other people’s position because just want to see
things from own’s point of view or understanding.
Saya tidak mengarang semua ini. Semua yang saya tuliskan di
atas didasarkan dari pengalaman bekerja, berteman dan bergaul dengan banyak
orang.
I don’t made up
this stuff. Everything I write above is taking from my experience working,
making friends and socializing with lots of people.
Bisakah sebuah kapal berlayar hanya dengan seorang kapten?
Can a ship sails
with only a captain on board?
Sekali pun kapalnya dilengkapi dengan mesin-mesin tercanggih
yang bisa bekerja sendiri dan si kapten seorang jenius tapi bisakah kapal itu
berlayar hanya bermodal itu saja?
Though the ship
is equipped with sophisticate machines that can work by themselves and a genius
captain but tell me can it sails with only them on board?
Sebuah kapal membutuhkan pemodal, kapten, juru mudi sampai
ke tukang pel.
A ship needs its
financier, captain, helmsman to the cleaner.
Semua adalah posisi penting.
Every post is
important.
Semua punya peranan yang penting.
Everyone holds
important role.
Semua saling membutuhkan.
Everyone needs
each other.
Ketika saya berhenti bekerja dari taman kanak-kanak dimana
saya bekerja sebelum bekerja di tempat kerja sekarang ini, saya tidak
melakukannya karena saya bosan menjadi guru, tidak karena saya capek berurusan
dengan anak kecil, bukan karena gajinya yang kecil, sekolahnya se-upil, nyempil
paling ujung di kompleks perumahan yang jauh dari pusat kota.
When I resigned
my job in the kindergarten before I work in this place, I didn’t do that
because I was bored working as a teacher, not because I was tired working with
children, nor because of the small amount of salary, neither because it is a
tiny kindergarten, located in an end corner of a housing complex far from
downtown.
6 tahun saya bekerja di sana dengan segala kebahagiaan,
semangat dan dedikasi yang tidak didasari oleh uang, jabatan atau penghormatan.
For 6 years I
worked there with all the happiness, enthusiasm and dedication that was not
moved by money, rank or respect.
6 tahun saya bekerja di sana atas dasar rasa cinta saya
kepada anak-anak.
For 6 years I
worked there for the love I had for the children.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dan memuaskan dari pada
melihat mereka bertumbuh tidak hanya menjadi anak-anak yang pintar tapi
terutama menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik.
Nothing made me
more happy and satisfy than to see them grew not only into smart children but
mostly into better characters.
Saya tidak peduli apakah mereka ingat atau tidak kepada
saya, apakah mereka berterimakasih atau tidak, apakah mereka memberi hormat
atau bersikap cuek setiap kali mereka bertemu dengan saya setelah mereka tidak
lagi bersekolah di taman kanak-kanak itu, karena memang bukan itu yang saya
cari dan juga bukan yang saya butuhkan.
I don’t care if
they remember me or not, whether they will thank me or not, would they pay
respect to me when they meet me after they graduate from that kindergarten or
they would ignore me, because those are not the things I seek nor do I need.
Saya melakukan dan memberikan yang terbaik bagi mereka.
I did and gave
the best for them.
Panas, hujan, angin, sakit, lapar, capek, cakaran anak,
tendangan, muntahan.. saya sudah menghadapi semua itu dan saya tidak menyerah,
tidak mundur sekali pun ada saat-saat saya frustrasi dan hampir putus asa.
The heat, rain,
wind, sickness, hunger, frazzle, child’s scratch, throwing up.. I had been
through all that and I didn’t give in nor retreated though there were times
when I had my frustration and desperation.
Saya berhenti karena pimpinan taman kanak-kanak itu
mengecilkan saya.
I quitted because
the head of that kindergarten be littled me.
Satu diantaranya adalah ketika saya sedang melatih anak-anak
di kelas saya menari dan tiba-tiba saja pimpinan itu masuk, tanpa basa-basi,
tanpa permisi, tanpa minta persetujuan saya apalagi minta maaf, latihan itu di
ambil alih dan saya di suruh mengawasi kelas lain yang sedang istirahat.
One among others
is when I was having the children in my class rehearsed their dancing and all
of sudden the head of kindergarten came in, no greetings, no excuse and no
apologize for interrupting, she took over it and sent me to have in charge in
other class that was having recess time.
Saya tahu dan mengakui bahwa pimpinan itu lebih senior dalam
umur, pengalaman, pendidikan dan kecerdasan.
I knew and
admitted that she is senior in age, experience, education and brain.
Saya bisa menerima bila semua itu dilakukan untuk kebaikan
anak-anak dan memberi masukan ilmu bagi saya.
I could accept it
if it was done for the good sake of the children and to pass me the knowledge.
Yang tidak bisa saya terima adalah karena lewat peristiwa
itu dan banyak peristiwa lainnya, sikap dan perkataannya menunjukkan pandangan
bahwa dirinya lebih tahu, lebih bisa, lebih mengerti, lebih tinggi, lebih
berpengalaman, lebih pintar dari yang lain.
What I couldn’t
accept is through that incident and many other incidents is her attitude and
words showed that in her perspective she knew better, she could do things
better, she had better understanding, she was superior, more experienced,
smarter than others.
Bicara baik-baik, keberatan terang-terangan, sindiran halus
sampai yang paling nyata tidak mempan.
Other teachers,
employee and I tried to talk about it, clearly protested her, allusions from
the nicest to the rude one were to no avail.
Setelah 6 tahun, akhirnya saya bosan, jenuh dan menyerah
menghadapinya.
After 6 years, I
have got bored, tired and gave up on her.
Saya telah menolak beberapa tawaran kerja yang mendatangi
saya selama kurun waktu 6 tahun itu tapi ketika datang lagi tawaran kerja, saya
menerimanya.
I have turned
down several job offers during those 6 years but when one came to me, I accepted
it.
Pengunduran diri saya adalah suatu kerugian besar bagi taman
kanak-kanak itu dan juga bagi pimpinannya karena saya telah menjadi seorang
guru yang lumayan berpengalaman dan saya tahu ada banyak orang tua murid yang
mempertahankan anaknya bersekolah di sana karena anak itu mencintai saya dan
merasa cocok dengan gaya mengajar saya. bahkan beberapa memutuskan untuk
menyekolahkan anaknya di sana karena mendengar berita dari mulut ke mulut bahwa
saya seorang guru yang baik.
My resignation
was a big loss for the kindergarten and its superior because I had become an
experienced teacher and I knew many parents kept their children there because
they liked me as a teacher, while other parents decided to enroll their
children there because of the mouth to mouth news that I was a good teacher
there.
Di hari saya mengundurkan diri, orang tua dari seorang calon
murid batal mendaftarkan anak mereka di sana karena sebelumnya mereka berharap
si anak akan masuk ke kelas saya. Sementara itu orang tua dari anak yang lain
yang sudah terlanjur mendaftarkan diri, berkali-kali menyesalkan dan berusaha
membujuk supaya saya menarik pengunduran diri saya karena mereka juga berharap
anak itu akan ditempatkan di kelas saya.
The day I
resigned, parents of a student to be changed their minds about enrolling their
child there because they were hoping the child would be placed in my class.
While other parents whose child was already enrolled regretted my resignation
and tried to make me change my mind about resigning my post as they too hoped
their child would be placed in my class.
Banyak perusahaan kehilangan orang-orang berbakat,
berpotensi, berkepribadian baik karena manusia-manusia didalamnya tidak bisa
melihat dan mengerti bahwa seperti perumpamaan kapal yang saya tuliskan di
atas, setiap orang dan setiap posisi adalah penting.
Many companies
lost their talented, potential, good personalities people because the men there
can’t see and understand that just like the ship parable I wrote above,
everyone and every position is important.
Kalau kita semua bisa mengerti akan hal tersebut maka
kesatuan akan terjalin dan kesatuan itu adalah kekuatan.
No comments:
Post a Comment