Departing Day
Hari Keberangkatan
Panasnya udara Bogor justru menolong saya untuk bangun lebih
pagi pada hari Jumat (30/8).
The heat
in Bogor helped me to wake up earlier on that Friday morning (August 30th).
Jam 4 pagi mendadak saya terbangun. Gila, gerahnya ga
kira-kira!
I woke up
at 4 am. Man, it was so hot!
Badan, baju dan rambut saya basah keringat. Jiah! Mana bisa
saya tidur lagi dengan keadaan begitu.
My body, t-shirt
and hair were all wet out of sweat. Geez! How could I go back to sleep?
Jadi saya bangun. Mandi.
So I got
up. Took a bath.
Tapi gara-gara bangun kepagian itu, saya malah jadi punya
banyak waktu. Semua saya kerjakan tanpa terburu-buru.
Waking up
that early has infact given me plenty of time. So I didn’t have to do
everything in a rush.
Jam 6 pagi saya berangkat ke kantor.
I left to
the office at 6 am.
Lagi-lagi untung saja saya bangun kepagian yang membuat saya
dapat berangkat lebih awal karena pagi itu jalanan sedikit macet. Yang biasanya
hanya butuh waktu 15-20 menit dari rumah ke kantor, pagi itu menjadi lebih dari
30 menit.
Once again
I was lucky to get up that early because it made me left to work early, and
what do you know, the traffic was a little jammed. It usually takes 15-20
minutes to get to the office but that morning it took more than 30 minutes.
Tapi ya tetap saja saya sampai di kantor lebih awal dari jam
yang saya targetkan.
Still I
was a head of my own expected time to get at the office.
Belum ada seorang pun yang datang.
No one was
there.
Beberapa menit kemudian satu per satu berdatangan.
Few
minutes later one by one came.
Jam 7.15 sudah ada 11 orang. Rombongan kami berjumlah 12
orang. Siapa yang belum datang ya?
There were
11 people gathered in the office at 7.15 am. There should be 12 people. Who
hasn’t come?
Dan saya baru sadar, senior saya belum ada!
And I
suddenly realized, my senior hasn’t come yet.
Waduh, kenapa ya? Beribu kemungkinan terpikirkan karena
kemarin sebelum pulang beliau masih mengingatkan hari ini kami akan berangkat
jam 7.30 pagi. Pasti ada yang tidak beres.
What is
it? Lots of maybes came to my mind because yesterday he was the one who
reminded us that we would leave at 7.30 am. Something must be wrong.
Rasanya tidak mungkin beliau lupa hari ini ada acara
penting.
It would
be impossible for him to forget this important event.
Aduh, gimana kalau beliau tiba-tiba tidak enak badan atau
sakit?
Geez, how
if he felt unwell or got sick?
Atau di jalan terjadi sesuatu pada dirinya?
Or something
happened to him while he was on the way to the office?
Saya sedang berpikir-pikir untuk menelponnya ketika seorang
teman yang sudah saya anggap sebagai adik masuk ke ruangan saya.
I was
thinking about calling him when a friend whom I have considered as a brother
came to my room.
“Macet, kak” kata ‘adik’ saya yang rupanya baru saja
menerima berita dari senior saya.
“He got stuck
in the traffic, sis” said my ‘brother’ who obviously just been informed by my
senior.
Beberapa menit kemudian datanglah beliau. Mukanya agak merah
karena mungkin senewen atau sempat di buat stress dengan kemacetan. Tapi saya
lihat matanya bersinar gembira dan saya nyengir jadinya. Bahkan macet pun tidak
mengurangi kegembiraan dan semangat kami semua.
He came
few minutes later. His face was a bit red, probably out of the stress after got
stuck in the traffic jam. But I saw his eyes shone with happiness and I
grinned. Traffic jam wouldn’t make us less happy and discouraged.
Tapi begitu berada di dalam mobil senior saya.. yah, si babe
mutar musik yang mendayu-dayu lagi…
But once I
got in my senior’s car.. oh no, he played that same slow music again..
Sambil menyembunyikan senyum, saya mengeluarkan earphone
dari ransel saya. Dari pada telinga saya garing dengar musik super duper slow
begitu mendingan saya mendengarkan musik saya sendiri di hp.
I hid my
smile as I took my earphone from my backpack. I would rather listen to my own
music from my cellphone than to have his super duper slow music tortured my
ears.
Pagi yang cerah begini harusnya mendengarkan musik berirama
cepat seperti lagunya Fun ‘We are young’, Ne-yo ‘Beautiful monster’, Katy Perry
‘Firework’. Kemacetan pun jadi tidak terasa menjengkelkan. Perjalanan jadi
tidak membosankan.
Saya duduk di paling belakang, mendengarkan lagu demi lagu
lewat earphone, ikut bernyanyi dalam hati, menghentakan kaki dan mengetukkan
jari mengikuti irama musik.
I sat on
the back seat, listening to the songs through earphone, sang along by the heart,
tapping my feet and fingers by the rhythm.
Kalau jalan dengan Andre, kami berdua pasti sudah bernyanyi
dan bergoyang mengikuti lagu-lagu ini. Tapi berhubung ini di mobil orang lain
dan orangnya punya selera musik yang berbeda serta kelihatannya cuma saya yang
menyukai lagu-lagu model begini..
When Andre
and I are on the road, we would sing and dance along this music. But since I
was in someone else’s car whose taste in music is so different, not to mention
that it seemed I was the only one who likes these kind a music..
Hmm, bikin saya jadi kangen pada Andre..
Hmm, it
made me missed Andre..
Earphone di telinga juga menjadi alasan untuk tidak ikut
serta dalam percakapan.
Earphone
has also become an excuse to stay out of the conversation.
Bukan karena tidak ingin ngobrol tapi senior saya yang
sedang bersemangat itu menjadikan saya sebagai sasaran ledekannya.. hehe.. ya,
bukan untuk yang pertama kalinya sih. Perbedaan umur 15 tahun tidak membuat
rasa humor kami berbeda dan karena masing-masing juga tidak gampang tersinggung
membuat kami terbiasa saling bergurau dan meledek.
It was not
that I didn’t want to chat but my excited senior kept teasing me.. lol.. yeah,
it wasn’t the first time. Despite the 15 years age gap between us, it does not
make us have different sense of humor and adding with the fact that none easily
offended making us used to joke and tease each other.
Tapi hari itu saya lebih tertarik pada pemandangan sepanjang
perjalanan, pada lagu-lagu yang saya dengarkan lewat earphone dan pada hal-hal
yang ada dalam pikiran saya. Obrolan saya dengan teman yang duduk di sebelah
saya akhirnya tidak berlanjut karena senior saya rupanya menguping pembicaraan
kami dan memakai kata-kata yang saya ucapkan untuk meledek saya.
But that
day I had more interest to see the view, on my own music and on the things in
my mind. I discontinued my conversation with a friend who sat next to me
because my senior eavesdropped our conversation and used my words to tease me.
Sekitar jam 8.30 kami sampai di villa MDC. Tempatnya tidak
terlalu mengesankan, setidaknya demikianlah buat saya. Entah dalamnya.
We arrived
at MDC villa at about 8.30 am. It is not an impressing place, well at least that was what I thought. I didn’t know how
it looked like inside.
Suasananya ramai. Yang sudah datang dan yang baru datang
bertumpuk di lobi. Pusing saya melihatnya. Tambahan lagi kerumunan orang suka
bikin saya jadi agak senewen.
It was
crowded. Those who came early and those who just came, all packed in the lobby.
It gave me the dizzy. Crowds of people sometimes make me feel nervous.
Kalau saya bepergian dengan Andre, dia pasti akan berdiri
dekat saya, menggandeng tangan saya atau malah memeluk saya untuk melindungi
saya dari kerumunan orang seperti ini.
When I
went out with Andre, he would stand next to me, hold my hand or even hug me to
protect me of this kind a crowd.
Saya mengedarkan pandangan. Kemana ya senior saya? Biar pun
suka meledek saya tapi beliau selalu bersikap melindungi saya. Dan saat itu
saya memerlukan perlindungan. Tidak secara fisik. Lebih secara psikologis.
I searched
the room with my eyes. Where did my senior go? Though he likes to tease me but
he is protective toward me. And I needed protection at that time. Not
physically. More a psychological protection.
Oh, itu si bapak di sana. Tapi beliau sedang sibuk bertegur
sapa dan bicara dengan orang-orang tua yang tidak saya kenal.
Oh, there
he was. But he was busy greeted and talked with some senior people that
unfamiliar to me.
Saya mengurungkan niat untuk menghampirinya.
I changed
my mind to approach him.
Jadi akhirnya saya memilih untuk tetap berada di dekat
‘adik’ saya dan istrinya. Dia memang tidak terlalu bisa memberikan rasa aman
tapi setidaknya lumayanlah berada di antara orang-orang yang saya kenali dengan
baik sementara saya dikelilingi oleh orang-orang yang hampir semuanya tidak
saya kenal. Yang saya kenal pun kelihatannya sibuk dengan kelompoknya sendiri
sehingga saya enggan untuk menghampiri.
So I
choose to stick around my ‘brother’ and his wife. He couldn’t give me the kind
of safe feeling I sought for but it wasn’t that bad because at least I was
around the people I know well in the sea of strangers. The ones I knew were in
their own group which discouraged me to approach them.
Sekali-sekali saya mengedarkan pandangan saya untuk mencari
orang-orang dari rombongan kami yang berpencaran.
Once in a
while I searched the room with my eyes to locate the people from my office that
were scattered around.
Setelah saya bertemu dan bicara dengan beberapa orang yang
saya kenal dengan cukup baik dari kantor pusat dan kantor lain, barulah saya
merasa cukup nyaman dan ini mengembalikan kepercayaan diri saya sehingga dengan
yakin saya memisahkan diri dari ‘adik’ saya.
After I
met and talked with some people from the head office and other office, people
whom I have known better, I felt at ease and this brought back my self-confident
and I separated myself from my ‘brother’.
Kami baru berkumpul kembali setelah berada di dalam ruang
aula. Hukum alam: masing-masing mencari habitatnya.. hehe.
We were
reunited when we got in the meeting room. Law of nature : we all look for our
own habitat.. lol.
Tapi itu juga tidak lama. Kami di bagi dalam
kelompok-kelompok yang berbeda. Masih untung saya bisa sekelompok dengan ‘adik’
saya dan dua orang dari kantor pusat yang sudah saya kenal dengan baik. Jadi
saya tidak merasa kagok ketika kembali dikitari oleh orang-orang yang sebagian
besar tidak saya kenali.
It wasn’t
long though. We were put in different groups. I was lucky to have my ‘brother’
and two other well known acquaintances from head office. It helped me to feel
at ease when once again I was surrounded by strangers.
Saya jadi ingat pada teman saya yang merasa sebegitu tidak
nyaman berada di antara banyak orang yang tidak dikenalnya sampai-sampai selera
makannya hilang dan sekali pun dia lebih tua dari saya tapi saat itu seakan
saya yang jadi lebih tua darinya.
It
reminded me to my friend who felt so uneasy being in the crowd of strangers
that she lost her appetite and though she is older than me but at the time it
was as if I were older than her.
Dan seperti saya, dia seorang guru.
And like
myself, she is a teacher.
Siapa pun bisa merasa tidak pede.
Anyone can
feel unconfident.
Berada di tempat tertentu, menghadapi situasi atau orang
tertentu bisa menghilangkan rasa percaya diri.
Being in
certain places, facing certain situation or people can make self-confident
disappear.
Saya dan juga teman saya mencari rasa aman dari orang-orang
yang sudah di kenal dengan baik. Tentu saja mereka yang punya sikap positif.
Me and my
friend look for safe feeling from those who we have known well. Those who
surely have positive attitude.
Perbedaan-perbedaan yang ada antara kita dengan orang-orang
itu tidak menjadi penghalang.
The
differences in us or those people won’t become barrier.
Contohnya saya dengan senior saya.
My senior
and I, for example.
Sekali pun beliau sulit memberi ijin untuk saya meninggalkan
kantor kecuali kalau saya sakit, biar pun saya selalu jadi sasaran ledekannya,
tidak peduli selera musiknya bikin telinga saya garing, adanya perbedaan usia
15 tahun, perbedaan cara berpikir, perbedaan dalam sifat dan
perbedaan-perbedaan lainnya tapi ketika saya merasa gamang, saya mencarinya
karena saya tahu beliau selalu bersikap positif kepada saya.
Eventhough
it is hard for him to give me exit permit from work unless I was taken ill, despite
that I have always become his target of tease and no matter his taste of music
torture my ears the 15 years age apart, differences in way of thinking,
characters and many other differences but I turn to him whenever I feel uneasy
because I know he has positive attitude toward me.
Satu acara memberi banyak hal untuk dipikirkan dan dijadikan bahan tulisan.
No comments:
Post a Comment