Lampu diruangan itu sudah saya matikan.
I turned off the light in
the room.
Hanya ada sedikit cahaya masuk melalui celah-celah jendela.
There was only a scarce
light came through the closed window.
Dengan hati-hati saya membaringkan diri di lantai, di atas
pembaringan buatan saya
I carefully lied myself
down on the floor, on my own version of bed.
Sendirian. Sudah hampir jam 10 malam.
Alone. It was nearly 10 pm.
Saya menghela napas. Hari yang panjang dan malam
yang luar biasa.
I sighed. What a
long day and one hell of a night.
Di luar masih terdengar suara ramai anak-anak sekolah. Entah ada acara apa di sekolahan itu. Tapi bukan itu saja yang bikin saya belum bisa tidur. Ada banyak hal dalam
pikiran saya.
There were noise of the students. I wondered what did they do in their school at this hour. There were too many things on my mind.
Jam 10 malam hp saya berdering.
At 10 pm my cellphone rang.
“Gimana acaranya?” tanya Andre.
“How was it?” asked Andre.
“Oh, surga dan neraka” jawab saya.
“Oh, it was heaven and
hell” I replied.
Saya dengar dia tertawa.
I heard him laughed.
“Menyenangkan dan juga menyebalkan?”
“So it was fun and also
sucks?”
Saya tertawa “Ya” dan saya ceritakan hal-hal yang terjadi
beberapa jam sebelumnya pada hari Sabtu malam itu (21/9).
I laughed “Yes” and I told
him the things that happened few hours ago on that Saturday night (Sept 21st).
“Itu kan tidak bisa diperkirakan” hibur Andre setelah
tawanya reda “Dan bukan salah siapa pun. Yang penting kita bersyukur saja atap
itu tidak roboh ketika ada banyak orang”
“It is an accidental thing”
Andre soothed me after his laugh ceased “It wasn’t anyone’s fault. Let’s just be
glad the roof didn’t fall off when there were many people down there”
“Gimana urusan kamu?” tanya saya mengganti topik karena saya
tidak sedang ingin bicara tentang peristiwa-peristiwa itu “Kamu sudah ketemu
dengan orang-orang yang mau kamu temui itu?”
“How about yourself?” I
asked, changing the topic because I didn’t want to talk about those things
“Have you met the people you wanted to meet?”
“Ya, semua sudah beres”
“Yes, everything has been
taken care”
“Sekarang kamu ada dimana?”
“Where are you now?”
“Di mobil. Di jalan tol ke Bogor”
“In the car. At toll road to
Bogor”
“Cepat betul?” saya kaget.
“So soon?” I was surprised
“Memangnya kamu kira saya bakal balik jam berapa?”
“What time did you think I
would go back?”
“Saya kira lebih malam karena kamu mungkin pergi makan atau
nongkrong ke pub sama mereka”
“I thought it would be
later because you went out to dinner or hang out at a pub with them”
“Makan sih sudah. Tadi di ajak jalan tapi saya bilang saya
mau pulang saja”
“We did have dinner. And they
asked me out but I said I better go back to Bogor”
“Kenapa kamu tidak pergi sama mereka?”
“Why didn’t you go with
them?”
“Ya mana enaklah ga ada kamu”
“Yeah, it wouldn’t be fun
without you”
“Ah, dulu-dulu waktu kita terpisah, kamu di Seattle dan saya
di Bogor, berbulan-bulan kita tidak ketemu dan selama itu kita masing-masing
jalan dengan siapa pun yang ngajak jalan”
“Oh, come on, when we lived
separately, you were in Seattle and I was in Bogor, we didn’t meet for months
and during those time each of us went out with whoever asked us”
“Tapi tetap aja kan rasanya beda”
“But still it felt
different”
Ya, itu benar. Tapi bukan berarti kita jadi berhenti
bergaul. Lagi pula, masing-masing kita pasti punya teman gaul atau teman
nongkrong yang enak.
Yes, that is right. But it
doesn’t mean that we stop socializing. Beside, each of us has buddies or cool
friends to hang out with.
Kami masih mengobrol tentang hal-hal lain setelah itu tapi
saya memikirkan tentang perkataannya tadi.. dia ogah pergi nongkrong bareng
teman-temannya itu hanya karena saya tidak ada.
We talked about many other
things but I kept thinking about what he told me earlier.. that he wouldn’t go
hang out with his friends just because I wasn’t there with him.
Sehari sebelumnya saya memberitahu Andre kalau hari Sabtunya
saya ada acara di tempat kerja. Jadi hari itu dia tidak usah menjemput saya
dari kantor karena kalau acaranya sampai malam maka ada kemungkinan saya akan
menginap saja di kantor.
I informed Andre that I had
this event at the office on Saturday. So he didn’t have to pick me up at the
office because if I’d spend a night there if it was too late for me to go home.
Justru saat memberitahunya itulah dia baru mengatakan bahwa
dia sebetulnya berencana akan ke Jakarta hari Sabtu sore dan ingin saya ikut.
Only after I told him that
I knew that he planned to go to Jakarta on Saturday afternoon and wanted me to
come with him.
Wah, berat juga pilihannya.
Tough choice.
Hati saya tentu saja lebih berat milih untuk pergi dengan
Andre. Tapi saya sudah terlanjur bilang iya pada teman saya saat di ajak ikut
dalam acara persekutuan pemuda.
I prefer to go with Andre,
of course but I have said yes to my friend when he asked me to join the youth
fellowship.
Saya juga mau ikut acara ini karena saya tahu ‘adik’ saya
dan istrinya akan datang.
I agreed to join this event
because I knew my ‘brother’ and his wife would join it too.
Mereka berdua, saya dan teman saya.. kami berempat.. sudah
lama ingin pergi bareng. Tapi rencana dan keinginan belum jadi-jadi juga.
The two of them, I myself
and my friend.. the four of us.. have been wanting to have a get away together.
But the plan and wish are not yet come to true.
Yang paling mendekati perwujudan adalah ketika kami ikut
Leadership Camp. Tapi di sana kami terpisah-pisah. Teman saya sibuk sebagai
anggota panitia sementara kami yang lain sibuk dengan acara Camp. Itu pun kami
ditempatkan dalam kelompok yang berbeda.
The closest is when we all
went to Leadership Camp but we were scattered once we got there. My friend was busy being member
of the camp’s committee while the rest of us were busy with the camp’s
activities and we were put in different groups.
Lalu ketika ada acara ke Melrimba, lagi-lagi kami tidak bisa
pergi berempat karena istri ‘adik’ saya sakit.
And came the event to
Melrimba Garden, but once again the four of us couldn’t go there together
because my ‘brother’s’ wife fell ill.
Jadi saya ingin bisa kumpul dengan mereka dan saya juga
ingin nongkrong bareng dengan mereka yang datang pada acara ini.
So I wanted to get together
with them and to hang out with those who came in this fellowship.
Tentu saja rasanya berbeda dengan kalau saya jalan dengan
Andre. Tapi bukan berarti saya harus selalu jalan dengan dia atau saya jadi
tidak menikmati saat-saat ketika saya bersama dengan orang-orang lain.
Sure it feels different
with the time spent with Andre. But it doesn’t mean that I should only go out
with him or that I wouldn’t enjoy my time with other people.
Punya hubungan jarak jauh memang tidak mudah. Tapi juga
tidak rumit kok.
It’s not easy to have long
distance relationship. But it is not complicated either.
Saya malah merasa lebih senang dengan jenis hubungan
seperti itu karena hidup berjauhan membuat saya merasa lebih bebas menjadi diri
sendiri karena pada dasarnya saya bukan orang yang senang di kekang.
Personally, I perefer to
have that kind of relationship because living separately allows me to be able
to be completely myself as basically I am a free spirit.
Saya tidak suka dibuntuti. Saya tidak nyaman kalau di tanya
kemana saya mau pergi, untuk urusan apa, pergi dengan siapa, pergi atau pulang
jam berapa.
I dislike to be followed. I
find it uncomfortable to be asked where do I want to go, what purpose, with
whom I go, what time do I leave or get back.
Jadi, saya tidak akan tahan kalau punya teman dekat yang
selalu mau tahu urusan saya atau selalu ingin bersama dengan saya.
So I can’t stand to have
someone close to me who wants to know my every move or wants to be with me all
the time.
Dan saya menerapkan kecuekan saya pada Andre. Misalnya saja,
ketika tahu dia sedang dalam perjalanan kembali ke Bogor saat menelpon saya,
saya kaget. Saya memperkirakan dia akan pulang lebih malam karena asyik
nongrong sama teman-temannya itu. Saat itu sudah jam 10 malam tapi saya
memperkirakan dia mungkin akan balik ke Bogor pada tengah malam atau lebih
larut lagi.
And I go easy on Andre. For
example, when I knew he was on the way back to Bogor at the time he called me,
I was surprised. I thought he would get back later for spending the night with
his friends. It was 10 pm but I expected him to return to Bogor by midnight or
later than that.
Orang lain mungkin uring-uringan kalau pasangannya kelamaan
nongkrong sama teman-temannya. Atau malah marah kalau pasangannya tidak pergi
dengannya.
Other people would go crazy
when their spouses spend hours hanging out with their friends. Or go mad when
their spouses don’t go with them.
Saya justru mendorong dia untuk pergi dengan teman-temannya
itu setelah urusan kerjaan kelar karena saya pikir saya kan tidak bisa bermalam
minggu dengan dia jadi kenapa dia tidak boleh pergi bersenang-senang bermalam
mingguan dengan teman-temannya?
I even encouraged him to go
with his friends after their were done with their work stuff because I thought
I couldn’t spend that Saturday night with him so why couldn’t he had fun
spending the night with his friends?
Kami memang lebih suka jalan berdua tapi hal seperti itu
hanya bisa dilakukan kalau Andre sedang berada di Bogor. Tapi itu juga bukan
harga mati. Kalau terjadi halangan tentu saja kami terpaksa tidak bisa jalan
bareng.
We prefer to go together,
just the two of us, but it can only be done when Andre is in Bogor. Still, it
is not an absolute thing. Something can still come up that prevent us from
going out together.
Andre merasa nongkrong dengan teman-temannya masih kurang
asyik tanpa kehadiran saya.
Without me, Andre found it
less fun to hang around with his friends.
Dan satu dari sekian banyak hal yang membuat saya agak susah
tidur adalah saya berpikir ketidakhadirannya di sisi saya sekali pun saya
sangat menikmati acara BBQ dengan teman-teman saya.
And
one of the many things that made me unable to fall to sleep that night is the
thought of his absence though I did enjoy barbecuing with my friends.
No comments:
Post a Comment