Gampang-gampang tapi bikin puyeng.
Easy but also a bit confusing.
Prosedurnya gampang;
Simple procedure;
I. Ambil 1 lembar Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan
1 lembar surat pernyataan di informasi (gratis)
I. Take the Indonesian
Travel for Indonesian Citizen Form and Statement Letter from the information
(free of charge)
II. Setelah Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan surat
pernyataan di isi, lampirkan dengan;
II. Fill the Form and Statement Letter, attached them with;
a. 1 Lembar fotocopy KTP (ukuran setengah halaman kertas
A4).
a. 1 Copy of ID
card (half size of A4 paper).
b. 1 Lembar fotocopy KK.
b.
1 Copy of Family Registration Card.
c. 1 Lembar fotocopy Akte Lahir.
c. 1 Copy of
Birth Certificate.
Mereka yang berstatus belum menikah hanya perlu melampirkan
tiga macam dokumen itu. Untuk yang sudah menikah, lampirkan juga surat nikah.
* Jangan lupa membawa
dokumen aslinya karena harus ditunjukkan ketika menyerahkan berkas-berkas ini
pada petugas di loket 1, 2 atau 3.
* Don’t forget to bring the original
documents as they have to be shown to the officer in counter 1, 2 or 3 when you
submit them.
III. Ambil nomor antrian.
III. Take queue ticket.
Tempat pengambilan nomor antrian ada di sebelah kiri, tidak
jauh dari pintu masuk (lihat foto). Biasanya ada petugasnya. Tinggal kasih tahu
saja ke petugas itu, keperluannya untuk apa.
The place to take
queue ticket is at the left, not far from the entrance door (see
photo). An officer is usually stand there. Just tell him what is your purpose
of visit.
Nomor antrian dibedakan dengan kode;
Queue number is
coded;
A => untuk pembuatan paspor baru atau perpanjangan
paspor.
A => for new
passport applicant or passport renewal applicant.
Hari Senin, 23 September 2013 saya mendapat nomor antrian
A070. Itu artinya saya adalah orang ke 70 yang mengajukan pemohon pembuatan
paspor baru atau perpanjangan paspor.
On Monday, September 23rd, 2013 my queue number was A070. It means I was the 70th
person applying for new passport or to get passport renewal.
F => untuk membayar biaya pembuatan paspor baru atau
perpanjangan paspor.
F => to make
payment for getting new passport or passport renewal.
Hari Selasa, 1 Oktober 2013 saya mendapat nomor F020. Itu
artinya saya adalah orang ke 20 yang akan melakukan pembayaran biaya untuk
pembuatan paspor baru atau perpanjangan paspor.
On Monday, October 1st, 2013 my queue number was F020. It means I was the 20th
person who was there to pay new passport or passport renewal expenses.
IV. Loket
IV. Counter
Loket 1, 2 dan 3 (lihat foto) untuk;
Counter 1, 2 and 3 (see photo) are for;
a. Khusus untuk yang mendapat kode antrian A.
a. For people who
get A code on their queue ticket.
2. Loket-loket ini bukan untuk melakukan pembayaran.
2. These counters
are not payment counters.
3. Anda menyerahkan 1 lembar Formulir Surat Perjalanan RI
untuk WNI, 1 lembar surat pernyataan berikut lampiran-lampirannya kepada
petugas di loket 1, 2 atau 3.
3. Hand over your
1 sheet of Indonesian Travel for Indonesian Citizen Form, 1 sheet of Statement Letter
along with the attachment copies of documents to the officer in counter 1, 2 or 3.
* Petugas di loket 1,
2 atau 3 akan minta anda menunjukkan dokumen asli (KTP, KK, Akte Lahir, Surat
Nikah, Ijasah) serta paspor lama yang asli untuk mereka yang mengajukan permohonan perpanjangan paspor.
* The officer in counter 1, 2 or 3 will ask you to show him the original documents (of ID Card,
Family Registration Card, Birth Certificate, Marriage Certificate, Diploma) along with the original old passport for passport renewal applicants.
4. Setelah berkas di terima dan ok semua, petugas akan memberikan selembar kertas (lihat foto) yang harus dibawa ketika datang lagi untuk melakukan pembayaran, foto dan wawancara. Waktunya adalah 3 (tiga) hari setelah tanggal anda memasukkan berkas permohonan berikut lampiran-lampirannya.
4. Once the
officer accepted your submitted document, he will give you a sheet of paper (see
photo) that you should bring when you come to make payment, photo taken and for
interview. It is 3 (three) days after the date you submit your documents.
Gampang? Ya, iya.. apalagi karena sudah membaca keterangan
yang saya tuliskan dengan rinci seperti di atas itu.
Easy? Yes, of
course.. especially after you read the information that I wrote in detail as
you can see it on the above.
Tapi tidak seperti itu yang saya alami dan rasakan ketika
tiba di kantor imigrasi hari Senin (23/9).
But it wasn’t
that easy when I arrived at Bogor immigration office on Monday (Sept 23rd).
Pertama, karena terakhir kali saya datang ke tempat ini
adalah saat saya membuat paspor untuk pertama kalinya dan kejadiannya itu 5 tahun yang
lalu.
First is because
the last time I went there, it was 5 years ago when I applied to get a
passport.
Jangankan prosedurnya, letak kantor imigrasinya saja saya
lupa-lupa ingat sampai hampir salah turun kalau tidak karena sopir angkotnya
menurunkan saya di tempat yang tepat dan bahkan menunjuk bahwa dari tempat saya
turun itu kantor imigrasi sudah terlihat. Saya tinggal menyeberang dan berjalan
sedikit.
Let alone the
procedure, I had hard time remembering the exact location of that office that I
would get off at the wrong stop if the driver didn’t drop me at the right place
and told me the immigration office isn’t too far away, I could even see its location as it is just a
short distance away. All I should do was crossed the street and took a short
walk.
Kedua, saya tidak tahu menahu soal ambil nomor antrian.
Petugasnya tidak ada. Tulisan keterangan tentang pengambilan nomor antrian juga
tidak tercantum di tempat yang mudah terlihat, tidak di buat dengan tulisan
besar atau dengan warna mencolok.
Second is, I had
no idea about taking queue number ticket. There was no officer in sight. The
signage is not placed in a visible place, not using big or bright color fonts.
Jadi dengan pede saya langsung melenggang ke loket paling
ujung kanan. Bertanya pada seorang petugas di sana yang dengan tegasnya
menjawab ‘ke informasi’ sambil menunjuk ke arah kanan. Tidak menyebutkan sama sekali tentang pengambilan nomor antrian.
So I walked
straight to the right counter. Asked the officer there who firmly said ‘to the
information’ as she pointed to the right. No word about taking the queue ticket first.
Dan jangan membayangkan yang namanya bagian informasi menempati
ruangan tersendiri.
And don’t picture The Information section has its own place in a separated room.
Bagian informasi hanyalah secuil tempat di pojok kanan
ruangan, dengan meja counter panjang, dua orang petugas dibelakang meja counter itu, 3 kursi di depan meja counter dan orang yang ada keperluan dengan bagian informasi harus
berdesakan di situ karena didepannya sudah berjejeran kursi-kursi bagi pengunjung.
Information
section is just a tiny space at the right corner of the room, with long desk, 2
officers, 3 chairs and people jammed in a space that is just about my body’s
wide as infront of it are chairs for the waiting people.
Rasanya saya tidak ingat melihat apa ada plang atau tempelan
bertuliskan ‘Informasi’ di tempat itu.
I don’t think I
remember ever saw a signage ‘Information’ above or on the wall at that corner.
Begitu saya menyatakan kepentingan saya, petugasnya
mengambil Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI dan Surat Keterangan, meminta
fotocopy KTP, KK dan Akte Lahir lalu menanyakan nomor antrian saya.
Nomor antrian??
Nomor antrian apa? Dimana ngambilnya?
Queue ticket?? What queue ticket? Where can I
get it?
Petugas informasi menunjuk tempat dimana saya harus
mengambil nomor antrian. Jiah! Siapa kira itu buat ambil nomor antrian. Orang
yang baru pertama kali datang atau baru pertama kali datang dan sedang
buru-buru pasti tidak akan memperhatikan.
The information
officer pointed at the place where I could get queue ticket. Heck! Who
would guess that thing is where I should take queue ticket. People who come
for the first time to this place and happen to be in a rush wouldn’t spot it.
“Berkas ibu ada dimana?” tanya petugas di depan komputer
merangkap mesin untuk mencatat dan mengeluarkan kertas bernomor antrian.
“Where is your
document?” asked the officer who stood infront of the computer and the queue ticket machine.
Nah, lu nanya,
cing?, kata saya dalam hati. Sewot. Tadi
pas gue masuk, kemana lu?. Sekarang elu nanya berkas gue ada dimana.
Hell, you asked me, I raised that question in my heart.
Tension raised. Where the hell were you
when I came in? and now you asked me where the hell is my document?
“Tuh” kata saya sambil menunjuk petugas informasi yang saya
titipi berkas saya.
“There” I said,
pointing at the information officer whom I left my document.
Hehe. Yah, aslinya saya seorang pemarah dan tidak sabaran.
Baru 5-6 tahun terakhir ini saja saya lebih bisa menguasai emosi.
Lol. Well, I am a
short tempered and impatient person. It is only in the past 5-6 years that I am
able to control my emotion.
Tapi toh ada saat-saat dimana kemampuan saya mengendalikan
diri jadi longgar yaitu ketika saya capek, tidak sehat, stress, ngantuk atau
sedang tegang.
But there are
times when my self control is loosened and it is when I am tired, unwell,
stressed, sleepy or intense.
Dan pagi itu saya sedang senewen berat.
And that morning
I was nervous like hell.
Kira-kira sebulan sebelumnya saya tiba disana belum jam 8
dan pendaftaran sudah di tutup. Saya tahu mereka menjatah hanya 150 orang
sehari. Tapi saya tidak duga kalau orang sudah datang sebelum jam 7 pagi untuk
mengambil nomor antrian.
The officer wrote the time & number of applicant accepted in a day |
About a month ago
I got there before 8 am and the registration was already closed. I knew they
accept only 150 applicants in a day. But I didn’t know people have lined to get
queue ticket since before 7 am.
Jadi hari itu saya berangkat dari rumah jam 6 pagi. Aduh
gobloknya, saya lupa itu hari Senin dan hari Senin dimana-mana jalanan macet.
Tapi yang paling bikin saya juling adalah di lampu merah dipertigaan jalan Manunggal, Tentara Pelajar dan RE
Martadinata dan diperlintasan kereta api di jalan Pemuda. Gile, macetnya ga
bergerak!
So I left home at
6 am. Stupid me, I forgot it was Monday and the street is jammed every Monday.
But the ones that drove me crazy were at the traffic light intersection of Manungal street, Tentara Pelajar street and RE Martadinata
street and another on the railway at Pemuda street. It was jammmmmed!
Begitu turun dari angkot, saya nyeberang dan langsung lari
menuju kantor imigrasi. Untung saja kemana-mana saya selalu bersepatu kets dan
membawa ransel. Ada untungnya juga jadi perempuan tomboy. Hehe.
Once I got off
the car, I crossed the street and ran to immigration office. Lucky me to always
wear sneakers and bring backpack. That is a great thing being a tomboy. Lol.
Kalau ibarat mesin, wah, mesin saya masih ngebul banget saat
saya masuk ke kantor imigrasi. Jangan heran kalau kemudian saya jadi gampang
sewot. Hehe.
If I were a
machine, I were so freaking boiling when I entered the immigration office. No
wonder I found myself easily lost my temper. Lol.
Jam 7.15 pagi. Saya mendapat nomor antrian 70!
It was 7.15 am.
My ticket showed I was the 70th on the row.
Wah, kayaknya orang yang dapat nomor antrian 1 mungkin sudah
nongkrong disitu dari subuh kali ya… hehe…
Man, I think the
person who got the first on the line has probably been there since dawn.. lol.
Kenapa dalam sehari bisa sampai ada 150 orang (bahkan pasti lebih dari itu kalau
tidak dibatasi) yang mengajukan permohonan pembuatan paspor atau memperpanjang
paspor?
Why would it be 150 people (must be more than that if they don't limited the number) apply for new or renewal passport in a day?
Soalnya, tidak seperti di Jakarta yang di bagian utara, selatan, timur,
barat dan pusat memiliki kantor imigrasinya sendiri, imigrasi di Bogor cuma ada satu.
Unlike Jakarta that has its own immigration office in its north, south, east, west and central region, Bogor has only one immigration office.
Jadi, kalau sampai ke urusan paspor, orang
se-Bogor tumplek blek di kantor imigrasi ini. So, mau tidak mau harus
adu cepat datang supaya masih masuk dalam kuota 150 orang itu.
Therefore, when it comes to passport, the people in Bogor have to come to this office. Yeah so, you have no other choice than to come as early as possible so you can be included the quota of 150 people.
Kalau takut kesiangan, nah, datang malam-malam dan bikin
tenda deh di depan kantor itu.. hehe.
Afraid you can't get there early? well, get there at night with a tent so you can spend a night infront of that office.. lol.
Hari Selasa (1/10) saya datang lagi untuk membayar biaya
perpanjangan paspor saya sebesar Rp.255.000, untuk foto dan wawancara.
I returned on
Tuesday (Oct 1st) to pay Rp.255.000 fee for my passport renewal,
to have my photograph taken and for interview.
Saya berangkat lebih pagi. Sebelum jam 6. Sampai disana sebelum jam 7 tapi itu sudah dapat nomor antrian 20.
I left early.
Before 6 am. I got there before 7 am and I was the 20th on the line.
Semua berjalan lancar.
Everything went
smooth.
Sampai ketika lima jari saya di ambil sidik jarinya dengan
memakai alat khusus. Dan jari kelingking.. kiri dan kanan.. tidak terbaca
oleh sensor alat tersebut.
Up to when my
five finger prints were taken using this sophisticate gadget. My left and right
pinkies were not detected by the gadget's sensor.
“Apa karena kelingking saya kekecilan ya?” tanya saya, setengah serius, setengah bercanda. Teman
saya dulu pernah mengatakan jari saya kelingking semua karena ukuran jari-jari
saya yang kecil.
“Is it because
they are too small?” I wondered, half joking, half serious. A friend of mine was once said that all of my
fingers are pinkies because they are small.
Tapi ketika wawancara, saya sempat kesal karena petugas yang mewawancarai saya bertanya kalau saya tidak punya rencana untuk bepergian dalam waktu lebih dari setahun, buat apa saya memperpanjang paspor. Itu membuang waktu, tenaga dan uang.
Yah, judulnya sih tetap saja saya harus balik lagi buat ambil paspor yang sudah jadi itu. Tanggal 7 Oktober jam 1 siang sampai jam 3 sore.
Yep, I still have to get back there to get the new passport. On Oct 7th at 1-3 pm.
Oya, satu informasi lagi, jangan datang dengan mengenakan
celana pendek, tank top, singlet, rok mini, bersandal jepit, jangan membawa
senjata api (ya iyalah, jangankan ke kantor imigrasi, saya juga pasti melarang anda bawa senjata api kemana pun.. hehe), jangan bawa pisau dan kamera serta dilarang merokok.
Oh, one more
information, don’t come wearing shorts, tank top or sleeveless undershirt, mini
skirt, sandals, don’t smoke there and don’t bring guns (oh, of course, let alone bringing guns to immigration office, I won't allow you bring guns anywhere.. lol), don't bring knife and camera, plus it is a non-smoking area.
Saya memotret dengan kamera hp. Ya, pastilah tidak boleh
kalau ketahuan. Tapi ini untuk blog pribadi dan tujuannya untuk memberikan
informasi tentang dimana tempat untuk mengambil nomor antrian dan posisi loket
supaya orang tidak perlu mengalami kebingungan seperti yang dialami oleh saya.
No comments:
Post a Comment