Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, December 31, 2014

Facebook

Di antara sekian banyak sosial media, Facebook masih tetap memiliki tempat tersendiri di hati dan kehidupan banyak orang.

Among the many social media, Facebook remains to hold its own place in the heart and lives of many people.

Dan seperti inilah Facebook di mata saya;

And these are how I see facebook;

Facebook menjadi media untuk menemukan kawan-kawan lama.

Facebook is a media to find old friends.

Lewat Facebook, saya menemukan mantan teman-teman sekelas di kampus sehingga hubungan kekawanan dan komunikasi yang sempat terputus selama sekian tahun bisa kembali terjalin.


Through Facebook I found old friends from college so the friendship and communication which were broken for years can be re-open and renewed.

Beberapa tahun lalu saya bahkan sempat ber-reuni dengan dua orang teman tersebut.

Few years ago I had sort of a reunion with two of them.

Lewat Facebook juga saya menemukan teman-teman yang dulu sekantor dengan saya.

It was also through Facebook that I found my former colleagues.

Kami juga sempat mengadakan reuni beberapa tahun lalu.

We have had reunions few years ago.

Selain itu saya juga berhasil menemukan beberapa orang teman pena saya lewat Facebook.

Beside that I also found few of my former penpals through Facebook.

Tapi saya belum berhasil menemukan teman-teman dari masa sekolah di SD, SMP dan SMA.

But I haven’t found former friends from elementary school, junior highschool and highschool.

Mungkin mereka memakai nama yang berbeda di Facebook atau mungkin mereka tidak punya akun di Facebook.

Maybe they have different name on Facebook or maybe they don’t have Facebook.

Apa pun sebabnya, kesimpulan saya, beberapa orang ditakdirkan untuk ditemukan kembali sementara yang lainnya memang tidak untuk ditemukan.

Whatever the reason is, I conclude, some people are meant to be found while others are not.

* * * * *

Facebook menyatukan.

Facebook unites.

Hubungan kekawanan dan keluarga bisa dipersatukan lewat Facebook.

Friendship and family can be united through Facebook.

Kita boleh berbeda kota, berbeda peran, status dan pekerjaan tapi di Facebook semua itu tidak lagi menjadi hal yang utama karena yang dipentingkan adalah saling bertukar kabar lewat status atau berbagi info, saran, nasihat dan memberikan dukungan.

We can live in different city, have different roles, status and work but in Facebook the whole thing is not primary because what important is to swap news through statuses or sharing information, suggestion, advice and give support.

Facebook tidak mengenal batasan umur, etnis, agama, kebangsaan, strata sosial atau pendidikan. Facebook menyatukan semuanya itu karena Facebook hanya mengenal dua kategori; teman atau publik.

Facebook is free boundary. No limitation on age, ethnic, religion, nationality, social status or education degree. Facebook unites them all because Facebook defines people into two categories; friend or public.

* * * * *

Facebook = jurnal.

Facebook = journal.

Facebook menjadikan dirinya sebagai catatan harian terbesar di dunia ini karena didalamnya kita menulis tentang hal-hal yang membuat kita tersenyum dan menangis, tertawa dan memaki.

Facebook makes itself as the biggest diary in this world because in it we write about the things that make us smile and cry, laugh and cursing.

Facebook juga menjadi tempat pencatatan tentang kelahiran, kematian, pernikahan, perceraian, jatuh cinta, pacaran, pertunangan dan berakhirnya suatu hubungan.

Facebook has also become a place to note on birth, death, wedding, divorce, falling in love, be in a relationship, engagement and end to a relationship.

* * * * *

Hanya di Facebook kita dapat berperan bagaikan juri dalam kontes seperti American Idol atau British Got Talent ketika kita menganalisa, mempertimbangkan dan menilai orang yang tidak kita kenal yang mengajukan permintaan perkawanan.


Only in Facebook we can play a role like a jury in a contest such as American Idol or British Got Talent when we analyse, consider and judge strangers who send us friend request.

Hanya di Facebook kita dapat membanting pintu kekawanan di depan muka seseorang bila kita tidak lagi menyukainya atau menganggapnya merugikan diri kita.

Only in Facebook we can slam the door of friendship infront of somebody’s face when we no longer like him/her or consider that person brings no good to us.

Dalam kehidupan di luar Facebook, hal itu tentunya tidak bisa dengan mudah kita lakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu tapi di Facebook, seorang yang paling lembut pun dapat memutuskan kontak kekawanan dan bahkan memblokir siapa saja yang diinginkannya.

Outside Facebook, it is something we can’t freely do for some consideration but in Facebook, even the most gentle person can unfriend somebody and even blocked him/her.

* * * * *

Facebook menjadi lokasi untuk berdagang.


Facebook is a marketing site.

Facebook menjadi media pemasaran dari mulai baju sampai ke deterjen.

Facebook has become marketing tool from clothes to detergent.

Facebook adalah agen yang memasarkan berbagai bakat, kemampuan dan minat.

Facebook is a marketing agent that sells various talents, abilities and interest.

Facebook menawarkan segala macam produk, yang murah sampai yang tidak terjangkau, dari yang umum sampai ke jenis penyedia teman kencan.

Facebook offers many kind of products, the cheap to the unaffordable price, from the common stuff to the lady or gent escort business.

* * * * *

Facebook menjadi ajang orang berpolitik.

Facebook has become a place for people to do politics.

Memberikan dukungan dan mencerca pihak lain menjadi satu bagaikan garam dan gula dalam penggorengan.

Supporting and attacking other party are mixed in one like salt and sugar in the frying pan.

Facebook adalah pusat demokrasi.


Facebook is the center of democracy.

Facebook ditakuti oleh negara-negara yang menganut faham anti demokrasi.

Facebook is feared by anti democracy countries.

Facebook di pandang dengan tatapan curiga dan antipati oleh mereka yang berfaham konservatif, otoriter dan fanatik.

Facebook is viewed with suspicion and antipathy by the conservative, authoritative and the fanatics.

* * * * *

Facebook dapat menjadi tempat yang tidak aman.

Facebook can be an unsafe place.

Orang-orang dengan masalah pribadi, dengan kondisi kejiwaan, tingkat kedewasaan dan kebijaksanaan yang berbeda-beda berkumpul di Facebook.

People with personal issues, having different mental condition, different level maturity and wisedom gather in Facebook.

Di Facebook, kita dapat terkesan oleh ketulusan orang yang belum pernah kita temui dalam kehidupan nyata.

In Facebook, we can be impressed by a person’s sincerity, a person whom we have never met in real life.

Tapi di Facebook juga, kita bisa terheran-heran atau mungkin prihatin melihat kontradiksi dalam diri seseorang. Di satu sisi, nyaris tanpa pertimbangan dia membagikan bagian-bagian dalam kehidupannya yang sebetulnya masuk dalam territorial sangat pribadi dan kemudian dia menunjukkan ketidaksukaannya ketika dia melihat orang mulai berkasak-kusuk tentang kehidupan pribadinya. Dia yang membuka pintu, tapi dia marah ketika angin berhembus masuk.

But in Facebook, we can be amazed or have concern on seeing contradiction in a person. In one side, almost without considering this person shares parts in her life which actually should be in her private territory and then she shows her upsetness when she sees people start to fuss over her private life. she opens the door but she gets angry when the wind blows in.

* * * * *

Facebook adalah berkah tapi bisa menjadi kutukan. Semua tergantung dari kita untuk mempergunakannya dengan baik.

Facebook can be a blessing but it can be a curse. It depends on us to make good use of it.

Memiliki Facebook dapat disamakan seperti memiliki seekor banteng.

Having Facebook can be illustrated as owning a bull.

Mempergunakan Facebook bagaikan menaiki banteng itu.

Using Facebook is like riding the bull.

Kendalinya ada di tangan kita.


We have the control.

Kita bisa memakainya seharian sampai lupa waktu, kita bisa memakai kata-kata sopan atau kata-kata kasar, kita mempergunakannya dengan hati yang bersih atau penuh dengan maksud-maksud tersembunyi.

We can on it all day until we lost ourselves in it, we can use proper words or nasty ones, we can be on it with pure heart or carrying hidden intentions.

Ketika kita mempergunakan Facebook, kita harus siap dengan segala konsekuensi baik dan buruknya.


When we use Facebook, we must be prepared with its good and bad consequences.

Saya mengilustrasikannya seperti menaiki banteng. Ketika banteng itu melemparkan kita sampai jatuh lalu berbalik untuk menyerang kita, apakah kita akan mengamuk? Bukankah kita sendiri yang memilih untuk menaikinya?

I illustrate it like riding a bull. When the bull throw us to the ground and turn to attack us, would it drive us mad to it? we choose to ride it, right?

Ketika kita berbagi isi hati, ketika kita menuliskan keluh kesah dan menyatakan beban dalam hati lalu kemudian berbalik marah pada mereka yang merespon dalam bentuk gunjingan atau yang menghujani kita dengan berbagai pertanyaan .. bukankah kita sendiri yang memberikan bahannya? Haruskah kita marah kalau hal seperti itu terjadi?

When we share the things in our hearts, when we write about our burden and disclose it only to turn mad at those who respond it in the term of gossiping or to those who ask us many questions.. aren’t we the one who give them the material? Should we then be upset when it happens?

Facebook ada di tangan kita. Tapi ingatlah bahwa di tangan kita pula dia bisa memberikan hal baik atau hal tidak baik.

Facebook is in our hands. But remember this, it is also in our hands that it can give us good or bad things.


Sunday, December 21, 2014

Mirror, Mirror On The Wall

Sebagian besar dari kita ber-selfie di depan kaca. Entah itu kaca di kamar mandi, di kamar tidur, di toilet umum, di mall, sampai mungkin juga di kaca spion.. hehe..

Most of us do selfie infront of the mirror. Whether it is the mirror in the bathroom, in the bedroom, in public restroom, in the mall, up to the rearview mirror.. lol..

Saya yang tidak suka narsis pun akhir-akhir ini mulai ikut-ikutan selfie di depan kaca karena ketularan si Desi.. hehe.. eh, ada tekniknya lho untuk mengatur posisi badan, muka dan hp supaya bisa menghasilkan foto selfie yang bagus.


I, who am not too fond of narcissism, have start to take selfie photos lately, a contagious thing I got from Dessy.. lol.. well, there is a technique to position the body, face and cellphone to make good selfie photo.

Begitu semua ok, saya lupa menyetel ekspresi muka sehingga awalnya kelihatan serius banget..


When everything was in the right position, I forgot to smile so in the beginning I looked so serious in my selfie photos..

Sekalinya saya sudah berhasil untuk senyum dan pasang muka santai, posisi tangan saya yang memegang hp bergeser sehingga saya harus mengaturnya lagi..

Once I have succeededly put a smile and relax face, my arm that held my cellphone came out of position so I had to reposition it again..

Hadoohhhh.. rasanya kok lebih gampang motretin orang lain dari pada motretin diri sendiri..

Arrrrggghhhh.. howcome it seemed easier to take people’s photos than to take my own selfie..

Tapi toh saya berhasil juga menghasilkan foto-foto selfie yang rada.. yah, lumayan.. hehe..


However, I made some selfie photos which are.. well, not so bad.. lol..

Cuma ya karena kurang nyaman dan kurang mahir motretin diri sendiri, saya memilih untuk nebeng selfie dengan orang lain saja. Yang paling sering adalah dengan Desi.

But since I feel uncomfortable and not good in taking selfie, I prefer to join other’s selfie. Mostly with Dessy.

Kalau saya menginap di kantor, saya pasti tidur di kamar Desi dan coba tebaklah apa yang dilakukan oleh dua orang yang sama kocaknya saat berdua berada dalam kamar dan belum bisa tidur? Yah, kalau tidak ngobrol dan bercanda, apalagi kegiatan kami kalau tidak ber-selfie ria?.. hehe..


When I spent a night at the office, I slept in Dessy’s room and guess what two people who have same sense of humor did at night, in the room when none felt sleepy? What else we did beside chatted and joked? Yep, taking selfie photos.. haha..

Sekali waktu acara selfie kami jadi berantakan karena dia tidak bisa konsen gara-gara melihat saya, yang nebeng selfie dibelakangnya, berpose dengan berbagai gaya konyol.. wakakak.. dia pun terguling-guling menertawakan saya..


Once our selfie time gone wrong because she couldn’t focus when she saw me, who was behind her, put many silly poses.. lol.. she had a great laugh..

Sewaktu kami berdua ber-selfie dengan ibu Martha, berbagai pose menghasilkan berbagai kelucuan. Foto di bawah ini misalnya, sebelum menghasilkan posisi ini berapa kali kami tertawa karena topi saya nyaris mencolok mata atau hidung ibu Martha.. hehe.. dan Desi beberapa kali menjatuhkan diri di kasur karena tidak bisa menahan tawa melihat gaya kami berdua.


When the two of us took selfie photos with Mrs. Martha, our poses resulted in merry laughter. The above photo for example, before I came up with this position we had quite a laugh when seeing my eyes nearly poked Mrs. Martha’s eyes or nose.. lol.. and several times Dessy fell herself to the mattress, laughing hard, when she couldn’t hold her laugh seeing our silly poses.

Ber-selfie berempat di depan kaca mungil? Hasilnya.. “Jelek ah, masa muka aku cuma separoh yang keliatan”.. hehehe..


The four of us took selfie photo infront of small mirror? The result.. “Noo, where’s the other half of my face go?”.. hahaha..

Pindahlah kami ber-selfie di depan kaca toilet yang jauh lebih besar dan lebar. “Hadeuh, kok matanya bu Martha cuma separoh?”.. hehehe..


So we went outside to take selfie infront of toilet mirror which is bigger and wider. “Noo, where’s the other half of Mrs. Martha’s eye go?”.. hahaha..

Setelah beberapa kali mencoba, berhasil juga kami membuat satu foto selfie gabungan yang bagus.


Some trial and errors later, we finally made one good selfie photo.

Jangan kira yang kami kerjakan hanya ber-selfie saja.. selfie dilakukan pada jam istirahat atau di luar jam kerja.


Don’t mistakenly assume we were just taking selfie.. it was done in our break time or outside office hours.

Tapi ada satu foto selfie kami berempat yang sempat dijadikan foto profile BB oleh Desi. Foto itu kami buat di depan kaca di toko sepatu saat kami berempat pergi shopping ke Mangga Dua di Jakarta.


But there is one of our selfie photo which was made as Dessy’s BB photo profile. It was taken infront of the mirror in shoes store when we went to Mangga Dua Jakarta.

Siapa kira foto itu jadi mengundang komentar kurang sedap dari seseorang yang kami semua kenal.

None of us ever thought it would get unpleasant comment from somebody whom is familiar to all of us.

Komen* itu ditujukan pada Desi tapi berhubung di foto itu tidak hanya muka Desi yang terpampang, tentu saja kami bertiga yang juga ada di foto itu menganggap komentar tersebut ditujukan tidak hanya pada Desi sehingga kesalnya pun jadi beramai-ramai.

That comment* was addressed to Dessy but since it is not just her face that is in that photo, the three of us who are also in that photo felt the comment was addressed not only to Dessy so it upset us all.

* Saya telah menuliskannya dalam postingan berjudul ‘Bullying’.

* I have written about in a post under the title ‘Bullying’.

Kami ber-selfie di depan cermin untuk seru-seruan saja tapi kadang kita harus berhenti sejenak di depan cermin dan melihat jauh ke dalam diri kita karena mungkin ada hal-hal tersembunyi di sana yang perlu diwaspadai atau di rubah.


It was just for fun when we took selfie photos infront of the mirror but sometimes we need to take a moment to see ourselves infront of a mirror and look deep into ourselves because who knows there are many hidden things there that needed to be taken precaution or have to be changed.

Saturday, December 20, 2014

Hey, Stop Preaching!

Lewat lagu Papa Don’t Preach, Madonna bercerita tentang seorang gadis muda, yang  mungkin masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dalam keadaan bingung dan tertekan karena hubungan dengan pacarnya telah kebablasan hingga menciptakan kehamilan.


Through her song Papa Don’t Preach, Madonna told a story about a young girl, whom I assumed is in highschool, confused and distressed for having her relationship with her boyfriend has gone too far that it makes her pregnant.

Gadis ini tahu dia telah melakukan kesalahan, dia tahu dia telah melakukan apa yang ayahnya telah nasihatkan untuk tidak dia lakukan dan dia tahu ayahnya akan menjadi amat sangat kaget, sedih serta marah kalau dia mengatakan tentang kehamilannya.

This girl knew she has done wrong, she knew she has done something which her father has told her not to do and she knew her father will be very shocked, sad and angry when she tells him about her pregnancy.

Tapi dia memutuskan untuk tetap memberitahu ayahnya. Hanya saja dia minta agar ayahnya tidak mengkhotbahinya karena yang dibutuhkannya adalah dukungan, pengertian dan nasihat.

But she decided to let him know. She just asks him not to preach on her because what she needs are support, understanding and advice.

* * * * *

Perkara khotbah ini ternyata bisa menciptakan berbagai reaksi.

Preaching can create many reaction.

Khotbah yang luar biasa bisa merubah hati dan hidup banyak orang.

Powerful preaching can change many people’s hearts and life.

Tapi bukan berarti setiap khotbah bisa memberikan hasil positif sekali pun hal-hal yang dikhotbahkan adalah benar.

But it doesn’t mean every preaching can give positive outcome though it speaks about good things.

Saya mengambil ilustrasi dari lagu Madonna untuk memberi gambaran tentang bagaimana mengkhotbahi orang (walau pun tujuannya baik) memerlukan akal budi dan kebijaksanaan supaya penyampaiannya dilakukan dengan cara, pada waktu dan sikon yang tepat.

I used Madonna’s song as an illustration to give the picture about how preaching to somebody (though it is well meant) needs common sense and wisedom to make it done in the right way, in right time and in right situation.

Pengalaman saya bisa dijadikan contoh; yaitu ketika orang-orang di tempat kerja saya (yang peduli dan sayang pada saya) mendatangi saya dan langsung ‘mengkhotbahi’ saya.

Take my experience as an example; which happened when the people at work (who care and love me) came to me and preached on me.

Karena dilakukan dengan memakai cara yang tidak tepat, menyampaikannya pada saat yang sangat tidak tepat dan kata-katanya pun juga tidak tepat, … saya marah dan tersinggung karena saya mengganggap mereka melanggar privasi saya.


Since it used wrong method, bad timing and incorrect words, … it made me angry and offended because I felt they have crossed my privacy.

Nah, saya juga punya pengalaman bikin orang kesal ketika saya ‘khotbahi’. Itu terjadi sewaktu saya masih jauh lebih muda dan pengalaman saya belum sebanyak sekarang.

So, I have the experience of making people upset when I preached to them. it happened when I was much younger and had less experience.

Niatnya tetap baik tapi dalam kemudaan, kenaifan dan tidak berpengalaman, saya malah membuat orang kesal. Sejak itu saya berhati-hati untuk mengkhotbahi orang.. dari pada nantinya jadi tulalit.. hehe.

Well meant but in my youthness, naivety and inexperienced, I ended up making that person upset. Since then I rather not preach on people.. or I would make another error.. haha..

* * * * *

Ketika saya setuju untuk menjadi ketua persekutuan pemuda di tempat kerja saya, keputusan itu saya ambil untuk dua alasan; pertama karena selama sekian bulan tidak ada seorang pun dari anak-anak muda itu yang mau menjadi ketua dan alasan kedua adalah karena saya gemas melihat kegiatan mereka yang menurut penilaian saya kurang greget sehingga dengan menjadi ketua mereka, saya akan bisa melakukan perubahan.

When I agreed to be head of youth fellowship in my workplace, I made that decision for two reasons; first is because after months passed none of those young people wanted to be appointed as its head and reason number two is because I itched to see their activities that in my opinion is lack of breakthrough so being the head of it enable me to change it.

Tidak pernah saya bayangkan jabatan itu akan membuat saya menjadi pemimpin sharing dalam pertemuan persekutuan pemuda ini. Haih..

Never did it cross my mind that position would make me speaker in their gathering. Yay..

Kebayang ga sih, orang yang dulu pernah memilih kabur dan menutup telinga ketika dikhotbahin.. menjadi orang yang harus berkhotbah?.. hehe.. saya sendiri heran sekaligus geli..

Can you imagine it, the person who once ran off and turned deaf ear when she was preached to.. turn to become the person who preaches?.. lol.. I myself amazed and tickled by it..

* * * * *

Apa yang akan saya katakan pada anak-anak muda ini?

What would I tell to these young people?

Dua kali saya memimpin sharing. Setiap kali saya ditunjuk untuk memimpin sharing, setiap kali itu pula saya mengajukan pertanyaan tersebut pada diri saya sendiri.


I have become the sharing speaker twice. Everytime I was appointed as sharing speaker, I asked myself that question.

Tema dan materinya sudah diberikan kepada saya tapi buat saya intinya adalah ‘apa yang akan saya sampaikan pada anak-anak muda ini?’

Theme and material have been given to me but for me the whole thing is about ‘What would I say to these young people?’

Saya tidak ingin menjadi pembicara yang membicarakan tentang hal-hal omong kosong.

I do not want to become a speaker who speaks about nonsense things.

Saya tidak mau menjadi pembicara yang hanya bicara karena menunaikan tugas.

I do not want to become a speaker who is just doing her duty.

Menjadi yang tertua di antara mereka membuat saya memiliki lebih banyak pengalaman serta pemikiran yang lebih luas.

Being the oldest among them make me having more experience and broaded mind.

Yang harus saya lakukan adalah membagikannya kepada mereka.

What I should do is share those things to them.

Anak-anak muda ini memiliki enerji, semangat, ketulusan dan idealisme yang tinggi dan dapat dikatakan belum banyak terkontaminasi oleh dunia yang jahat ini. Buku kehidupan mereka belum terisi oleh banyak coreng moreng komplikasi kehidupan.

These young people have high energy, spirit, sincerity and idealism which are less contaminated by this wicked world. Their books of life are not yet filled with many scribbles of complicated life.

Ketika saya berusia 20an, bahkan 30an.. saya tidak pernah membayangkan kehidupan saya akan melewati hal-hal yang telah saya lewati.

When I was in my 20s, even in my 30s.., I never knew my life would have passed the things it has passed.

Demikian pula anak-anak muda ini.

So do these young people.

Segelintir dari mereka telah mengalami banyak kesukaran sejak dari usia muda. Yang lain baru mengalaminya. Sisanya bahkan belum bisa membayangkan apakah ada yang bisa menjadi lebih sukar dari apa yang mereka hadapi saat ini.

Few of them have had tough times in their younger years. Others just have gone through it. The rest can’t even imagine what possibly be worst than what they are facing today.

Kadang saya memandangi mereka, memikirkan mereka ketika saya sedang menyusun materi yang akan saya sampaikan dalam acara sharing dan bertanya-tanya apakah yang akan mereka hadapi tahun depan atau lima tahun mendatang atau sepuluh tahun kemudian?


Sometimes I looked at them, thought about them when I was working on the material I was going to tell them in the sharing and wondered what would they face next year or in another five years or ten years later?

Akankah mereka menjadi orang-orang yang lebih dewasa? Lebih tabah? Lebih sabar? Lebih bijaksana? Lebih bahagia?

Will they be more matured? Stronger? Have more patience? Wiser? Happier?

Apakah iman dan optimisme mereka akan tetap sekuat saat ini?

Will their faith and optimism remain as strong as in today?

Ataukah mereka akan menjadi lebih tua tanpa menjadi lebih baik dari diri mereka sekarang ini?

Or will they become older without become better from what they are today?

Dan kalau mereka menjadi lebih baik, apakah hal itu disertai dengan banyak kepahitan?

And if they become better people, will it come along with lots of bitterness?

Itu sebabnya saya lebih suka memasukkan lebih banyak ilustrasi dari pengalaman saya atau memakai pengalaman mereka.

It is why I prefer to use my experience or theirs as the sharing illustration.

Karena kita selalu bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.

Because we can always take a lesson from other people’s experience.

* * * * *

Berkhotbah bukanlah hal yang mudah.

To give a preach is not an easy thing to do.

Ini bukan soal cuap-cuap tentang suatu pokok materi.

It is not about bubbling over some issues.

Beberapa orang memilih untuk berkhotbah lewat lagu. Madonna melakukannya. Begitu pula penyanyi seperti Pink dalam lagu Perfect, Miley Cyrus dalam The Climb, John Mayer pada lagunya Say, Michael Bolton menyampaikannya lewat One Love.


Some people chose their preaching through songs. Madonna did it. So did Pink in her song Perfect, Miley Cyrus in The Climb, John Mayer in Say, Michael Bolton spoke it in One Love.


Pesan melalui kata-kata yang tepat, cara yang tepat dan sikon yang juga tepat akan memberikan hasil seperti yang kita inginkan.


Delivering messages using right words, right way and in right time will give expected outcome.


* * * * *

Saya punya pengalaman lain yang bikin saya berteriak ‘hei, jangan khotbahin gue!’ketika orang yang tidak saya kenal menaruh komen di sebuah postingan blog ini.

I have other experience that made me yelled ‘hey, don’t you preach on me!’ when a stranger put a comment in one of this blog post.

Tanpa salam pembuka, tanpa kata perkenalan dan tanpa penjelasan, dia langsung saja menaruh sederetan kutipan dari ayat-ayat alkitab di kotak komen.

Without greetings, no introducing and no explanation either, he put quoted verses from the bible on the comment box.

Tentu saja hal ini membuat saya heran dan kesal. Apa-apaan sih ni orang? Kagak sopan banget.

It certainly made me wondered and upset. What’s this dude want? Where’s his manner?

Saya mengirimkan respon saya melalui emailnya. Tapi sudah dua bulan berlalu dan dia sama sekali tidak membalas. Entah karena dia tidak menerimanya atau tidak pernah mengecek emailnya atau tidak punya tata krama untuk membalas email saya itu, memberi penjelasan dan meminta maaf untuk ketidaknyamanan yang telah dia berikan lewat postingannya itu.

I emailed him my response. But it has gone two months without any reply from him. I don’t know is it because he didn’t get the email or he didn’t check his emails or he doesn’t have the decency to reply my email, to explain and to apologize for the inconvenient he gave me through his post.

Patut disayangkan..

What a pity..

* * * * *

Saya lebih suka ‘berkhotbah’ lewat tulisan-tulisan saya. Mungkin karena buat saya rasanya lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk membagikan pengalaman, pemikiran dan pendapat secara tertulis.


I rather ‘preach’ through my writings. Maybe because I find it easier and fun to share my experiences, thoughts and opinions in writing.

Tapi belakangan ini karena harus memimpin sharing, saya mulai belajar untuk jadi pembicara.. pengkhotbah.. hehe..

But lately by incharging as sharing speaker, I learned to become a speaker.. a preacher.. lol..

Wednesday, December 17, 2014

Goodbye XL

Mungkin sekitar tiga bulan lalu saya mulai menerapkan pola makan baru. Tidak makan malam.

Maybe it was around three months ago when I started to have new eating arrangement. Skipping dinner.

Tidak atas saran siapa pun. Tidak juga terinspirasi oleh siapa pun.

It was not under anyone’s suggestion. Nobody inspired me either.

Saya sendiri yang mulai merasa tidak enak punya badan terlalu gendut. Napas jadi pendek. Badan rasanya berat. Baju dan celana sesak.


It was I myself who felt uncomfortable to have overweight body. I had short breath. My body felt heavy. Clothes and pants became tight.

Makanan terpaksa harus dikurangi karena aktivitas fisik saya tidak lagi seperti ketika saya bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Pada waktu itu mau makan segentong pun tidak akan bikin badan jadi melar.

There is no choice than to limit the intake meals since my physical activity is no longer as much as when I worked as kindergarten teacher. At that time I could eat as much as I wanted without had to worry it would make me gain weight.

Awalnya sulit. Rasanya laparrr melulu.. hehe.. tidur dengan perut kekruyukan juga tidak enak.

It was hard at first. I felt I was hungry all the time.. lol.. I had trouble sleeping with empty stomach.

Belum lagi ayah saya dan Andre yang khawatir tekanan darah saya anjlok karena dalam keadaan normal saja tekanan darah saya rendah. Bagaimana kalau saya mengurangi makan? Ya, turun sih pasti. Kalau dulu antara 100/70 saja sudah hebat, sekarang ini bisa 95/69.

Not to mention to deal with my father’s and Andre’s concern over my blood pressure that would drop because it has already low. Eversince I am reduce the amount of my intake meals, it definitely becomes lower. 100/70 was considered achievement, these days it is at 95/69.

Karena itu saya tidak terlalu ketat pada diri sendiri. Makan malam ditiadakan tapi setelah saya sampai di rumah sekitar jam 5 sore, saya makan roti atau buah atau sayuran. Kadang semangkok mie rebus. Kadang puding. Kalau yang ada cuma gorengan seperti tahu atau pisang, ya itu saja yang saya makan.

It is why I am not hard on myself. Dinner is still banned but after I get home at around 5 pm, I eat bread or fruit or veggie. Sometimes a bowl of noodle. Sometimes pudding. If there is only fried tofu or fried banana, that’s fine with me.

Saya tidak bisa makan banyak kalau pagi. Mungkin karena masih mengantuk. Jadi yang bisa saya telan hanya nasi dan lauk sesendok. Tapi kalau makan siang, porsinya normal. Bahkan bisa banyak kalau saya sedang lapar atau setelah mengerjakan pekerjaan bersih-bersih di rumah.

I eat less in the morning. Maybe because I feel sleepy at that time so I can only have a spoon of rice and sidedish. But lunch is in normal portion. I can even eat more when I feel hungry or after doing house chores when I am home.

Nyemil? Kalau ada, ya di makan.. hehe.. kalau tidak ada, saya tidak akan sengaja nyari.

Snacking? If there is snack, I eat it.. lol.. if there isn’t any, I am not going to get it.

Saya juga tidak menjauhi es krim dan coklat. Kalau ada, ya.. saya makan. Kalau ada yang kasih, ya tidak akan saya tolak.. hehe.. kan tidak setiap hari.

I also don’t banned ice cream and chocolate. If I have them, I eat them. I won’t say no if anyone give me ice cream or chocolate.. lol.. it’s not like I have them everyday.

Yang repot kalau saya ada di rumah Andre. Dia kan tahu saya suka banget sama dua makanan itu jadi stok selalu ada dikulkasnya. Cobaannnn…

Challenge comes when I am at Andre’s house. He knows I like those two treats so he stocks them in his fridge. So tempting..

Karena tidak mau menganggap saya sedang berdiet maka saya menghilangkan hal tersebut dari pikiran saya. Soalnya kalau di anggap sebagai diet, jadi terasa seperti beban. Malah akhirnya saya jadi takut makan. Atau kalau saya makan, otak sibuk menghitung kalori yang masuk. Hidup jadi tidak enjoy kan kalau kayak gitu..

Since I don’t want to perceive this as I am dieting so I keep it off my mind. If I consider it as a diet, it would feel like a burden. At the end I would afraid to eat. And when I eat, my brain would be busy counting the amount of intake calory. It would make life less fun.

Jadi biar pun saya meniadakan makan malam tapi kalau ada acara pada malam hari yang melibatkan makan, saya tetap akan makan walau pun tentunya sambil tetap menjaga porsi.

So though I exclude dinner but when I have to attend a banquet, I would have it in moderate portion.

Sebalnya orang pasti berkomentar atau bertanya ketika melihat saya makan sedikit. Jawaban diplomatis saya selalu sama ‘tidak bisa makan banyak kalau malam’.

What annoying is to have people commented or asked when they saw my moderate eating portion. My diplomatic answer is same ‘can’t eat much at night’.

Repotnya kalau jamuan makannya tidak prasmanan karena saya pernah bertemu dengan nyonya rumah yang saking kelewat ramah, dia tidak hanya terus menerus menawarkan saya untuk ‘tambah lagi dong’, dia rajin menyendokkan makanan ke piring saya… halah.. kacau.. kacau.. mau tidak di makan, saya pantang membuang makanan.. jadi harus saya habiskan dengan hasil.. mak, jangankan untuk berjalan, untuk bangkit berdiri dari kursi saja rasanya susah karena perut saya rasanya berat sekali, napas saya sesak dan saya buang air sampai tiga kali malam itu.. hehehe..


It is catastrophic when it is not a buffet banquet because I once had a host who was being too nice that she didn’t just keep saying ‘have more’, she actually spooned more dishes into my plate.. oh no.. no.. I had no choice than to eat them all because it is forbidden for me to waste any food.. well, it resulted in left alone to walk, I hardly got off my chair because my stomach felt so heavy, I had labour breath and I pooped three times on that evening.. lol..

Tiga bulan berlalu dan badan saya menciut.


Three months passed and my body shrank.

Berbahagialah saya karena yang terutama adalah baju dan celana jadi tidak sempit lagi. Bahkan jadi kedodoran.

What a happy person I am, especially to have the clothes and pants are no longer tight. They are even loosened.

Kalau anda gendut dan anda tinggal di negara Asia, siap-siap saja kesulitan mencari pakaian ukuran besar karena orang asia umumnya berbadan kecil dan kurus.

If you are overweight and you live in Asian country, be ready to get dizzy over finding big size clothes because most Asian are petite.

Krisis moneter membuat harga berbagai barang melambung tinggi. Dampaknya sampai kepada ukuran pakaian.

Monetary crisis has resulted in prices increase. It gets to clothing size.

Dulu yang namanya ukuran XL, benar-benar XL. Besar.

Back then XL size was really XL. Big.

Setelah krismon, semua ukuran baju berubah. Yang dulunya ukuran M, dijadikan ukuran XL. Yang dulunya XL jadi XXL atau mungkin malah XXXL.


After monetary crisis, all clothing size changed. What once was M, is made into XL. While XL became XXL or even XXXL.

Beberapa kali saat saya membeli baju dan disodori ukuran XXL, saya teringat pada baju-baju ukuran XL jaman sebelum krismon. Pada masa itu rasanya ukuran XL itu sudah besar sekali dan ukuran XXL atau XXXL adalah untuk ukuran badan segede gaban.. biasanya untuk ibu-ibu paruh baya bertubuh super subur karena sudah punya anak lebih dari satu.

I have had experience when I went clothes shopping and was handed XXL, it reminded me to the clothing size before monetary crisis. At that time XL seemed so big and XXL or XXXL were for super big body. Middle aged women who have had more than one children were the ones who wore those super big sizes.

Belum lama ini saya membeli celana pendek. Ukuran M sekecil ukuran S. Akhirnya yang muat untuk saya adalah ukuran XXL. Lha, jangankan saya.., teman saya ikut bingung. Apalagi setelah melihat saya memakai celana itu.

I bought a shorts just recently. The M size is so small like S size. I finally got an XXL one. It was not just me.., a friend also puzzled. Especially after saw me wearing that shorts.

Kami berdua sama-sama berpendapat itu sebenarnya adalah ukuran M.

We both had same opinion that it is actually an M size.

Reaksi Andre menegaskan kebenaran itu. Pertama matanya membelalak ketika melihat ukuran yang tertera dilabelnya. Kemudian dia ngakak.

Andre’s reaction confirmed it. First his eyes buldging when he saw the size inprinted in the shorts tag. Only to be followed by his bursting laugh.

“Badan kamu menciut tapi ukuran celana kamu jadi XXL?” dia tergelak “Say, di negeri gue, ini sih ukuran S”


“Your body shrank but the size of your shorts are now XXL?” he laughed it out loud “Hun, back in the US, this is an S”

Hahaha..