-Kamu adalah pahlawan bagi dirimu
sendiri-
Senin (18/11) mau tidak mau saya harus kembali ke ginekolog.
Bulan Juli terakhir kali saya berobat kesana.
in the gynecologist waiting room |
Saya tidak pernah berharap akan kembali tapi obat saya
hampir habis sementara menstruasi saya (yang sudah berjalan selama 8 hari) dari
semalam keluar amat sangat banyak.
I never
wished to go back to him but I was running out of the meds while my
menstruation (the has been gone for 8 days) was increased in volume since the
night before.
Saya sedang berharap-harap menstruasi keparat ini bisa
berhenti sendiri seperti yang terjadi pada bulan September.
I was
hoping this darn menstruation would stop on its own as it was in September.
Tapi hormon-hormon sedang menggila.
But the
hormones were going wild.
Dan badan saya juga makin lama terasa makin tidak karuan
karenanya.
And my body
went crazy as well because of that.
Minggu (10/11) iseng-iseng saya minta di ukur tekanan darah
saya. Seminggu sekali tempat kerja saya ada pengukuran tekanan darah gratis.
Fasilitas yang hampir tidak pernah saya pakai. Dalam setahun paling banyak
mungkin hanya 2 kali saya minta di tensi.
I asked for
my blood pressure to be checked on Sunday (Nov 10th). My work place
provides free blood pressure check-up once a week. A facility I rarely took
advantage. I had it like 2 times at max in a year.
95/70
Duile.., pikir saya dalam
hati. Kaget. Kagak salah ngukur lu? Masa sih segitu rendahnya tensi
gue...
Whatta.., I thought in my surpriseness. Are
you sure you’ve got it right? It couldn’t be that low…
110/80
Tekanan darah saya memang rendah. Segitu itu sudah prestasi.
Biasanya mentok di angka 100/70. Tapi setelah hormon dan menstruasi saya
berhasil dijinakkan, selama beberapa bulan tekanan darah saya berhasil bertahan
di angka 110/80.
So my blood
pressure is low. That is an achievement to have it on that scale. It usually
stuck at 100/70. But once my hormone and menstruation were tamed, for few
months my blood pressure was able to stay at the scale 110/80.
Jadi anjloknya jauh banget kan. Pantas saja hari Minggu pagi
itu saya bangun dengan rasa badan melayang. Sama sekali tidak terlintas dalam
pikiran kemungkinan itu karena tensi saya turun drastis.
So it went
down drastically. That explained why that Sunday morning I woke up feeling like
floating. It didn’t cross my mind that it probably caused by my blood pressure
that dropped down.
Ujung-ujungnya hari Minggu siang saya pulang dengan hati
kebat kebit. Takut nungging di jalan.. hehe.. soalnya dulu saya pernah beberapa
kali pingsan gara-gara tekanan darah mendadak anjlok. Pada waktu itu saya tidak
berasa badan sakit, tidak ada pusing.. tapi tiba-tiba.. brukkk.. semua gelap..
nah, ga lucu dong kalau saya pingsan di jalan..
It ended up
with me went home with weary heart on that Sunday afternoon. Just hoped I
wouldn’t have black out on the street.. yeah, I had few experience when my
blood pressure suddenly dropped down. At those time I didn’t feel unwell, I had
no dizzy.. but out of the blue.. I had black out.. so it wouldn’t be fun if it
happened on the street, right?..
“Vitamin ga diminumin?” Andre berkaok-kaok.
“Did you
take the vitamin?” Andre quacking.
Hari-hari selanjutnya saya dijejali dengan 3 macam vitamin.
Dari dia, dari ayah saya dan dari teman saya.
The days
after that I was stuffed with 3 kinds of vitamin. From him, from my father and
from my friend.
Untung saya tidak jadi OD (overdosis) vitamin.. hehe..
Pretty
lucky I didn’t have vitamin OD (overdose) .. lol..
Tapi vitamin secanggih apa pun tidak bisa mendongkrak
stamina badan saya karena selama seminggu itu saya bangun dan beraktivitas
dengan rasa lesu dan mengantuk. Saya sampai tidur dari jam 7 malam dan bangun
jam 6 pagi. Tidur hampir 12 jam tapi tetap saja bangun dengan rasa seperti
mengantuk terus.
But no
vitamin, no matter how powerful it is, could pump up my physical stamina
because for a week I woke up and did my activities feeling as if I ran out of
energy and felt sleepy all the time. I had even went to bed since 7 pm and got
up at 6 am. I slept for almost 12 hours and I woke up still feeling sleepy.
Yang paling parah adalah hari Sabtu (16/11).
The worst
came on Saturday (Nov 16th).
Tidak tahu kenapa hari itu saya merasa tidak tahan mendengar
suara bising.
I don’t
know why I couldn’t stand any noise on that day.
Serombongan ibu-ibu masuk ke ruangan saya.. aduhhhh… berisik
sik sik!!.. saya bisa merasakan kadar kesabaran saya menipis…
A group of
ladies came to my room.. geeezzz.. noisy noisy noisy!!.. I felt my patience
grew thin..
Saya menarik napas lega ketika mereka semua pergi.
I sighed
out my relief when they all left.
Tapi rupanya hari itu cobaannya banyak..
But that
day I must faced many hell..
“Hah? Mau latihan nanti siang? Jam berapa? Kok ga ada yang
ngomong kasih tahu saya ya?” saya kaget mendengar kata-kata teman saya.
“Say what? Will rehearse
this afternoon? What time? How come nobody informed me?” I was stung when I
heard the news from my friend.
Keluh..
Sigh..
“Tolongin gue dong” kata saya blak-blakan “Gue lagi kagak
tahan denger suara ribut. Jadi nanti kalau anggota paduan suara itu pada
datang, tolong elu giring aja masuk ke ruang latihan ya supaya jangan pada
ngubek diruangan gue”
“Could you
do me a favor, please” I spoke frankly “I can’t take the noise. So when the
choir came, could you please take them directly to the rehearsal room so they
don’t swarming in my room”
Teman saya tertawa tapi dia melakukan apa yang saya minta.
He laughed
but he did what I asked him to do.
Ha.. saya menghela napas lega. Saya bisa bekerja dengan
tenang..
Ha.. I
sighed my relief. I could do my work in quietness.
Saya sedang ditengah-tengah kesibukan ketika latihan selesai
dan karena ada keperluan.. masuklah beberapa orang ke ruangan saya.
I was in
the middle of work when they done with their rehearsal and few of them came to
my room.
Kalau masuk terus cuma duduk-duduk saja atau mengobrol
dengan suara pelan sih mending.. tapi ini gedubrak gedebruk ngurusin entah
apa..
If they
just came to have a sit or chatted quietly.. it would be so much better.. but
they were in the middle of taking care something..
Aduhhhhhh…
Arrrrggghh…
Susah payah saya mengumpulkan dan menjaga supaya konsentrasi
saya tidak buyar. Saya sedang mendiskusikan sesuatu dengan seorang senior saya
lewat telpon; saya baru menyadari saya kurang teliti sampai ada yang salah
dicantumkan (sukur-sukur senior saya itu tidak ‘berkicau’ karenanya); lalu
pekerjaan lain masih mengantri.. sementara itu badan saya lagi tidak karuan
juntrungan rasanya..
I tried as
hard as I could to gather and keep my concentration from not being fucked off.
I was in the middle of discussion by phone with a senior; I just realized I
wasn’t thorough that an information was printed incorrectly (so glad that
senior didn’t ‘sing’ because of that); I had other work quequeing.. and my body
felt like crazy..
Saya jengkel betul sampai akhirnya saya diam saja. Ogah
menegur. Enggan menyapa. Malas mengeluarkan suara. Kesibukan saya melegalkan
semua itu.
I was so
upset that I choose to be quiet. Not in the mood to greet. Reluctant to have a
chit-chat. Not moved to speak. Being occupied with work made me had the perfect
excuse.
Bahkan senior saya yang paling kocak itu pun tidak berhasil
membuat saya bersuara, walau pun diam-diam saya sempat tersenyum juga mendengar
gurauannya.
Not even my
super funny senior could make me speak though I quietly smiled when I heard his
joke.
Tapi toh tetap saja saya merasa sebal.
But still I
felt irritated.
Saya sedang tidak ingin bicara dan tidak mau diajak
bercanda. Kenapa sih semua tidak buru-buru pulang saja?
I was not
in the mood to speak and loosing interest to joke. Why don’t you all just go
back home anyway?
Saya menggerutu dalam hati. Tapi juga merasa agak bersalah,
terutama pada senior saya itu yang lucu dan gemar meledek saya tapi juga baik
hati, yang selalu punya segudang kesabaran menghadapi segala ‘keajaiban’ saya
dan yang selalu penuh perhatian.
I grumbled.
Feeling a little guilty though, especially to my funny senior who likes to
tease me, someone nice whom always have tons of patience for me and full of
attention as well.
Di ledek seperti apa pun, saya tidak pernah marah atau
ngambek tapi payah kalau saya sedang bad mood atau ga enak bodi kayak gini..
jadi maaf-maaf saja ya, pak, Sabtu itu saya cuekin..
I never got
upset nor mad by any of his jokes or tease but not the same case when I was
having bad mood or feeling unwell like that.. so I am so truly sorry, sir, I
kind of ignored you that Saturday..
Saya heran juga sebetulnya pada diri saya. Kok sepanjang
hari itu saya tidak tahan mendengar suara ribut. Padahal biasanya saya tahan.
Saya bahkan bisa jadi sama berisiknya seperti mereka.
I was
amazed to myself. I don’t know why I couldn’t stand the noise. I usually don’t
mind it. I could even be as noisy as they were.
Sorenya… Hari Sabtu itu jalanan menuju rumah saya macet.
Sampai di rumah, saya muntah. Mabok kendaraan. Satu hal yang tidak pernah
terjadi sebelumnya.
In the
afternoon… The road to my house jammed on that Saturday. I threw up once I got
at home. Car sick. One thing that never happened to me before.
Dari sejak saya mengetahui tensi saya anjlok pada hari
Minggu (10/11) itu sampai Sabtu (16/11) ketika saya tidak tahan mendengar suara
bising dan kemudian saya muntah karena mabok kendaraan, badan saya sedang tidak
beres..
Since that
Sunday (Nov 10th) when I found out that my blood pressure dropped
sharply all the way to Saturday (Nov 16th) when I couldn’t stand the
noise and when I threw up out of car sick, my body was pretty much unwell..
Tapi hari Senin (11/11) saya tetap berangkat menuju Curug
Luhur.
But I went
to Curug Luhur (Luhur waterfall) on Monday (Nov 11th) as planned.
Sehari sebelumnya saya mengetahui tensi saya anjlok menjadi
95/70 dari yang biasanya 110/80. Dan hari Senin pagi itu udara mendung. Bahkan
sedikit gerimis.
A day
before that, I found out that my blood pressure dropped from the normal rate
110/80 down to 95/70. And it was cloudy on that Monday morning. It even
drizzled a little bit.
Apakah saya membatalkan rencana?
Did I
cancel the plan?
Tidak!
Nope!
Saya belum pernah sekali pun ke Curug Luhur. Saya tidak tahu
persisnya harus naik angkot yang mana. Saya hanya punya secuil informasi dan
itu pun samar-samar, dari seorang teman yang kebetulan bertemu saya sehari
sebelumnya dan ketika dia mengetahui saya akan ke Curug Luhur, dia menceritakan
bahwa dia pernah ke tempat itu dan memberitahu saya harus ambil angkot menuju
Ciapus dari seberang BTM.. sudah, cuma itu saja info yang saya dapatkan.
I have
never been to Curug Luhur before. I didn’t know exactly which angkot should I
take. I just had scrap information from a friend whom met me a day earlier and
once she knew I planned to go to Curug Luhur, she told me she went there before
and she just told me to take angkot to Ciapus from across BTM. That was the
only information I’ve got.
Apakah saya membatalkan rencana pergi ke Curug Luhur?
Did I
cancel the plan to go to Curug Luhur?
Tidak!
Nope!
Saya masih menstruasi dan pagi itu badan saya masih terasa
tidak fit.
I was
having my menstruation and that morning I still felt unwell.
Apakah saya membatalkan rencana?
Did I
cancel the plan?
Tidak!
Nope!
Saya berangkat dengan seluruh tekad baja bahwa saya tidak
akan dikalahkan oleh apa pun. Saya akan menemukan Curug Luhur. Dan saya akan
berhasil sampai disana.
I left with
steely will that I wouldn’t be defeated by anything. I would find Curug Luhur. And
I would get there.
Saya berangkat sendiri. Perjalanan backpacking.
I was on my
own. It was backpacking trip.
Setelah sampai di BTM, saya menyeberang jalan. Dua kali
bertanya pada supir angkot nomor 03 jurusan Ciapus dan mereka semua mengatakan
hal sama, untuk ke Curug Luhur, harus naik angkot yang di kaca depannya
bertuliskan ‘FATEN’.
I crossed
the street once I got at BTM. Twice I met 03 Ciapus angkot driver and I asked
which angkot should I take to go to Curug Luhur. Each of them told me I should
take angkot that has ‘FATEN’ sign written on the front rear.
Saya menemukan angkot itu. Dan satu jam kemudian saya sudah
berdiri di depan air terjun itu.
I found
that angkot. And an hour later I stood infront of that waterfall.
Perasaan saya bergelora oleh kegembiraan, kebahagiaan,
kelegaan dan kebanggaan.
My heart
bursted out with joy, happiness, relief and pride.
Yuhuuuuu!!!...
Yoohooooo!!!...
Saya mengangkat kedua tangan saya dan berteriak.
I raised my
hands and shouted out.
Saya telah mengalahkan fisik yang lemah, usia yang tidak
lagi muda, keraguan karena berangkat dengan hanya membawa minimnya informasi
tentang jalan menuju tempat ini dan… sendirian saya berhasil tiba disini!
I have
knocked out my weak physic, age that I consider no longer young, doubt for went
on this journey with only scrap of information about the route and… I’ve got
here all by myself!
Begitu banyak orang memiliki sejibun keunggulan. Fisik yang
kuat, usia yang muda, kepintaran, harta benda segunung dan kesehatan yang
prima… tapi melempem ketika menghadapi sedikit kesukaran, mundur ketika menemui
hambatan dan menyerah pada tantangan.
So many
people have lots of advantages. Strong physic, young age, smart brain,
mountains of treasure and top health.. but they turn weak when facing trouble,
run away when meet road block and give up to challenges.
Di depan air terjun itu saya merenungkan semuanya dan saya
baru menyadari bahwa diri saya adalah satu-satunya alasan yang membuat saya
dapat bertahan dan berhasil melewati berbagai tantangan selama satu setengah
tahun ini.
I thought
it over as I stood infront of that waterfall and I just realized that I am the
only reason that has been enabled me to stand and survive all the hardship in
the past one and half years.
Orang boleh memberikan segudang nasihat kepada diri kita,
tapi kalau diri kita tidak mau bangkit dan menjadi berani dimasa-masa sukar…,
apa gunanya semua nasihat itu?
People may
give us tons of advice but if we don’t have self-resistant toward hardship…,
would the advice give any good to us?
Kita bisa saja memiliki sejibun keunggulan dalam fisik,
otak, materi dan kesehatan tapi kalau dalam diri kita tidak ada semangat
juang.. apa gunanya segala keunggulan itu selain hanya memberi rasa nyaman yang
semu.. lalu apa jadinya kalau semua keunggulan itu tidak lagi kita miliki?
We could
have tons of advantages in physic, brain, material and health but if there is
no tough spirit within us.. what all those advantages are for than just to give
the feeling of fake security.. what would it be when those advantages are gone?
- Kamu adalah pahlawan bagi dirimu
sendiri -
- You Are Your Own Hero -
Tunjukkanlah itu pada dirimu sendiri.
No comments:
Post a Comment