Ibu saya pernah bercerita dulu ibu mertuanya pernah heran
ketika mendengar dia mengucapkan terima kasih pada ayah saya yang melakukan
atau memberikan sesuatu.
My mother told
me how her mother inlaw was once surprised to hear she thanked my father for doing or
giving her something.
Itu karena keluarga dari pihak ayah saya tidak terbiasa
untuk saling mengucapkan terima kasih.
That is because
the family from my father’s side not used to say thank you among themselves.
Berbeda dengan ibu saya yang dibesarkan dengan segala tata
aturan gaya Belanda yang ketat.
It is so much
different with my mother who was raised under a strict Dutch manner.
Lalu bagaimana dengan saya? Oh, saya punya gaya tersendiri.
How about me?
Oh, I have my own style.
Kalau ke orang luar tentu saja sesuai dengan tata krama,
saya mengucapkan terima kasih.
To people, I use
the standard manner of saying thank you.
Tapi kalau ke orang tua atau ke Andre, saya punya cara khusus
yang tidak selalu lewat ucapan terima kasih.
But to my parents
or to Andre, I have my own special way which is not always saying thank you.
Kemarin ini, ketika dia menjemput saya..
Yesterday, when
he picked me up..
Hidung saya langsung mengendus bau sedap begitu saya naik ke
mobilnya. Hmm.. kok sepertinya saya kenal bau ini.
I smelled
something yummy once I got in his car. Hmm.. I thought I knew that smell..
Ada bungkusan kantong plastik di kursi belakang.
There was a
plastic bag on the back seat.
“Apa itu?” tanya saya.
“What have you
got there?” I asked him.
Dia cuma senyum-senyum.
He just smiled.
Saya mengambil bungkusan plastik itu, membukanya kotak
didalamnya… dan memekik senang ketika melihat isinya.. martabak. Bukan
sembarang martabak. Ini martabak kesukaan saya.
I took that
plastic bag, opened the box in it.. and squealed in delight when I saw what
inside of it.. martabak. Not just any martabak. It was my
favourite one.
“Kapan kamu ke jalan Minangkabau? Dari bandara mampir ke situ?”
“When did you go
to Minangkabau street? Straight from the airport?”
Dia cuma tersenyum.
He just smiled.
Saya meletakkan kantong plastik itu di jok belakang lalu
saya memeluk lehernya dan menghujaninya dengan ciuman.
I put the
plastic bag on the back seat before I hugged his neck and kissed him again and
again.
“Hei! Saya belum mandi” dia tertawa “Biasanya kamu ogah cium
saya kalau saya belum mandi”
“Hey! I haven’t
bathed” he laughed “You wouldn’t kiss me before I took a bath”
Saya tertawa “Biasanya sih gitu. Tapi omong-omong, kamu bau, ih.. tadi
ngerokok ya?”
I laughed “I
usually do. By the way, you smell, dude.. you smoked, didn’t you?”
“Siapa suruh cium saya” dia ngakak.
“Shouldn’t kiss
me then” he laughed it hard.
“Ya, ini perkecualian deh.. buat martabaknya”
“Yeah, so this
is an exception.. for the martabak”
Dia tersenyum, menarik saya dan mencium saya.
He smiled,
pulled me closer and kissed me.
“Terima kasih kembali” bisiknya di telinga saya.
“You're welcome”
he whispered in my ear.
Pada orang tua saya pun kadang saya mengucapkan terima kasih
atau menyatakannya lewat pelukan atau ciuman.
I express my
gratification to my parents by saying thank you or through hugging or kissing.
Pada orang luar, saya cenderung lebih formal, kaku dan
membatasi diri.
My way to say
thank you to people who are not my parents and Andre tend to be formal, stiff
and distanced.
Kalau ke ‘adik’ saya atau beberapa teman dekat, saya akan
menambahkan ucapan terima kasih dengan kadang menonjok pelan bahu atau lengan
mereka, kadang dengan menepuk tangan mereka.
But to my
‘brother’ or few closed friends, I say thank you and also patted their shoulder
or arm, sometimes patted their hand.
Saya bukan orang yang senang di cium atau mencium orang-orang yang tidak dekat dengan saya. Jadi saya merasa kikuk kalau ada yang
mencium saya untuk mengucapkan terima kasih atau selamat ulang tahun. Karena
buat saya, ciuman hanya untuk mereka yang amat sangat dekat dan istimewa bagi
saya.
I am not really
into giving or accepting kisses from people who are not closed with me. I feel
awkward when someone kisses me to say thank you or to wish me a happy birthday.
Because for me, a kiss is only given to or by closed people.
Yah, ada banyak cara untuk mengucapkan terima kasih. Ada
yang mengucapkannya melalui kata-kata, ada yang dengan pelukan atau ciuman, ada
yang memakai kartu atau sms, ada yang dengan cara berbuat baik, ada yang
memberikan uang atau hadiah, dll.
There are many
ways to say thank you. Some say it, others express it through hug or kiss,
write card or text, returning the favor, giving money or present, etc.
Tapi ada dua pengalaman saya yang berhubungan dengan
pengucapan terima kasih yang diluar kebiasaan.
But I have two
experience about this saying thank you stuff which is a bit unusual.
Yang pertama terjadi hari Minggu lalu. Seorang pembicara
dari atas podium memanggil saya khusus untuk mengucapkan terima kasih.
The first
happened last Sunday. A speaker asked for me from the podium just to thank me.
Karena saya tidak berada diruangan itu dan juga tidak ada
diruangan sebelah maka pembicara itu akhirnya mengumumkan saja dari atas podium
tentang ‘jasa baik’ saya selama satu minggu sebelumnya.
Since I wasn’t
in that room and not in the adjoining room either so he spoke it from the
podium about my ‘good deeds’ in the week following to his visit to give the
speech in my work place.
Saya sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini
karena tidak seorang pun menceritakannya.
I knew nothing
about this as no one told me about it.
Beberapa orang yang bertemu dengan saya hanya mengatakan
“Ke, kamu dicari pembicara tadi” tanpa memberi penjelasan lebih jauh sehingga
saya pikir mereka sedang bercanda dan karenanya tidak saya tanggapi.
Some people who
met me just said “Keke, the speaker was asking for you” without further
explanation so I thought they were joking and thus I ignored them.
Baru sore harinya setelah saya berada di rumah, saya
mengetahui perkaranya dari cerita ayah saya.
Not until I got
home in the afternoon and heard what my father told me, did I know what it was all about.
Saya heran. Saya pikir apa istimewanya?
I shrugged it off. What
is so special about it.
Menghubungi pembicara adalah bagian dari pekerjaan.
Contacting the
speaker is part of my work.
Saya harus memastikan setiap pembicara sudah mengetahui
topik dan materi yang akan disampaikannya, bahwa dia tahu arah ke tempat ini,
bahwa dia tahu susunan acara, bahwa ketika dia akan memakai LCD maka benda itu
sudah siap untuk dipakai, bahwa kalau dia akan menginap maka akomodasi tersedia
untuknya.
I have to make
sure that every speaker knows the topic and speech material, that he/she knows
the route to this place, that he/she knows about the program, when he/she needs
to use LCD, the stuff is ready to be used, if he/she wants to stay over then
accommodation is arranged for him/her.
Jadi, apa istimewanya?
So, what is so
special about it?
Setelah dua tahun bekerja disini, entah berapa banyak
pembicara telah saya hubungi. Jadi semua itu adalah pekerjaan rutin.
I don’t know how
many speakers I have contacted in during my two years working in this place. So
it is all simply routine.
Saya tidak menganggap diri saya sangat berjasa ketika semua
beres. Orang mau ingat untuk terima kasih, ya sukur.. tidak pun, saya toh tidak
akan mati karenanya..
I don’t consider
myself as a hero when things go smooth. If people want to thank me, good.. if
not, it wouldn’t kill me..
Dengan kecenderungan manusia untuk lebih memperhatikan
kekurangan sesamanya membuat saya menganggap wajar saja bila mereka lupa
mengucapkan terima kasih atau menyatakan penghargaan tapi tidak lupa untuk
mencela, mengkritik atau mengomeli saya.
Knowing it too
well how human tend to focus on their fellow human’s weaknesses make me go easy
when they forget to thank or appreciate me but not forget to scold, criticize
or yell at me.
Yang penting bagi saya adalah segelintir orang-orang
terdekat yang saya tahu benar-benar tulus dan murni mencintai saya dan yang
sangat saya cintai.
What matters to
me is the few closest people whom I know sincerely love me so much and whom I
love so much.
Pengalaman kedua terjadi sudah agak lama tapi masih tetap
dan akan tetap saya ingat.
The second
experience happened a long time ago but still and will always stay fresh in my
memory.
Sebelum saya menceritakan peristiwa apa itu, saya pernah
beberapa kali melihat tayangan di televisi tentang penyelamatan pada hewan.
Bagaimana dalam keadaan panik, kesakitan karena terluka atau bingung, hewan itu
malah menjadi liar dan menyerang atau bahkan melukai penolongnya.
Before I write
what was the experience, I have watched footages on tv about animal rescue. How
in state of panic, pain out of injuries or confusion made the animal went wild and attacked or even injured the rescuer.
Pengalaman kedua saya kalau bisa digambarkan ya seperti itu.
Niat saya baik mau menolong orang tapi yang saya dapatkan malah orang itu
mengomeli saya.
I would picture
my second experience like that. I had every good intention to help someone and
I got him yelling on me.
Kenapa demikian? Karena saya menghubunginya pada waktu yang
tidak tepat. Ketika dia sedang menghadapi masalah dan dia melemparkan
kekesalannya kepada saya yang sama sekali tidak tahu menahu tentang sikonnya
dan bahkan tidak ada hubungan sama sekali dengan sikonnya itu.
How is that so?
Because I contacted him exactly at the wrong time. He was having a problem and
he threw his upsetness to me who knew nothing about his situation and had
nothing to do with his situation either.
Untung saja saya tidak lepas kendali sekali pun dalam hati
saya merepet dengan segala kata makian yang paling indah.
Glad I didn’t
lose my self control though deep down I swore with every cursing words you
couldn’t think of.
Beberapa hari kemudian orang itu datang untuk minta maaf
pada saya. Menjelaskan situasinya dan berkali-kali minta maaf.
Few days later
that man came to apologize to me. He explained the situation and said sorry
again and again.
Yang dia dan orang lain tidak ketahui adalah bahwa sejak
hari itu, saya tidak lagi peduli apakah orang akan mengucapkan terima kasih
pada saya atau tidak.
What he and
other people don’t know is ever since that day, I no longer care if people
would thank me or not.
Bahwa sejak hari itu, ketika saya melakukan tugas, maka itu
adalah tugas. Pekerjaan. Hal yang rutin. Perasaan saya hanya saya libatkan
ketika tugas atau pekerjaan itu ada kaitannya dengan orang-orang terdekat yang
saya sayangi dan yang menyayangi saya.
Ever since that
day, when I do my job, it is pure just doing a job. Work. Routine stuff. I only
involve my heart when that task or work involves the closest people whom I love
and love me.
Oh, tapi lewat postingan ini saya ingin berterima kasih pada
mereka yang setia, yang hanya kadang-kadang membaca blog saya ini atau yang kebetulan baru menemukannya.
Oh, but through
this post I want to thank those who read my posts regularly, just
occasionaly drop by or just found this blog.
Saya telah menulis tentang banyak hal. Ada yang membuat anda
tersenyum, tertawa, mengerutkan kening atau menggelengkan kepala ketika anda
berpikir bahwa tulisan-tulisan saya menghibur, lucu, membingungkan atau
memprihatinkan.
I have written
about many things. Some made you smile, laugh, frown or shake your head when
you thought my stories entertaining, funny, confusing or bring concern.
Hanya di dalam blog ini saja saya bisa sepenuhnya menjadi
diri saya setelah sepanjang hari saya menjadi seperti yang diinginkan,
diharapkan atau diminta oleh orang-orang disekitar saya.
Only in this
blog I can be completely myself after spending a day being somebody required,
hoped or asked by the people around me.
Hanya dalam blog ini saja saya bisa menuangkan apa pun yang
ada dalam pikiran dan hati saya tanpa harus menjaga perasaan orang lain, tanpa
harus berpura-pura segalanya baik-baik saja, tanpa harus merasa takut di
sensor.
Only in this
blog I can share whatever I have in my mind and heart without have the
obligation to think about other people’s feeling, without have to pretend that
everything is okay, without fearing any censorship.
Saya berterima kasih pada nasib karena membuat saya terlahir di negeri ini karena disini ada demokrasi sehingga saya dapat bebas ‘bersuara’. Tidak semua negara memiliki demokrasi.
Pret, bahkan tidak semua rumah, sekolah dan tempat kerja memiliki demokrasi.
I am thanking the fate for being born in this country that has democracy so I have the freedom to speak out my voice. Not every
country has democracy. Hell, not all household, school and work place have democracy.
Saya memilih membebaskan diri melalui tulisan-tulisan saya.
I choose to free
myself through my writings.
Dan saya menghargai, berterima kasih pada mereka yang
menyukai tulisan-tulisan saya, walau tidak selalu harus menyetujui buah-buah
pikiran saya.
No comments:
Post a Comment