Pelukan dari orang terkasih memberikan ketenangan pada jiwa
yang gelisah.
A hug from loved
one calms the restless soul.
Saya sedang menuliskan soal di buku Dite, seorang murid yang
ikut les bahasa Inggris di rumah saya, ketika Dio, adiknya, yang berdiri di
belakang saya tiba-tiba saja merangkulkan kedua lengannya di leher saya.
I was writing
some English drills on Dite’s book, a boy who is in my house for his English
tutoring, when Dio, his younger brother, who stood behind me suddenly put his
arms around my neck.
Dia memeluk saya..
He hugged me..
Saya mengelus tangan-tangan kecilnya. Merasakan aliran cinta
melalui pelukan itu. Alangkah sederhananya. Tapi betapa kuatnya dampak yang
diberikannya.
I caressed those
small arms. I felt love through the hug. So simple. But so strong was the
impact.
Selama 6 tahun saya menjadi guru taman kanak-kanak,
pelukan-pelukan kecil seperti ini mengisi hari-hari saya.
For 6 years
working as kindergarten teacher, these kinds of hug filled my days.
Ada pelukan sambil lalu saat saling mengucapkan ‘selamat
pagi’.
There were slight
hugs as we greeted ‘good morning’ to each other.
Ada pelukan gemas melihat rupa, kelakuan atau perkataan
anak-anak kecil itu yang serba spontan dan lugu.
There were
smitten hugs seeing their looks, attitude or the words they said, spontaneous
and naïve ones.
Ada pelukan saat kami sedang bermain.
There were hugs
when we were playing games.
Ada pelukan untuk menyatakan terima kasih, pelukan diiringi
derai air mata menyatakan penyesalan, pelukan yang mengatakan penghargaan,
pelukan untuk menenangkan hati yang sedang takut atau gelisah.
There were hugs
as ways to say thank you, hugs with teary eyes saying I am sorry, hugs to
express gratitude, calming hugs for the weary ones.
Bahkan ada pelukan tanpa tujuan. Murid-murid kecil saya itu
sering sekali tiba-tiba lari mendatangi saya dan langsung memeluk saya
erat-erat. Untuk kemudian mereka lari lagi keluar atau kembali meneruskan
kegiatan apa pun yang sedang mereka lakukan.
There were even
hugs that simply hugs. My little students liked to come to me and just hugged
me tightly. After that they ran outside or continued the whatever activities
they were having.
Saya pun kadang memberikan pelukan tanpa tujuan seperti itu. Ketika seorang murid saya tidak bisa juga mengerti alfabet yang sedang saya ajarkan, saya langsung menggendongnya dan memeluknya. Tepat di depan 15 teman-teman sekelasnya yang melongo tapi kemudian tertawa geli.
I myself
sometimes gave this kind of hug. When a child in my class could not understand
the alphabets that I was teaching, I hold him up and hugged him. Right infront
of his 15 classmates who stunned to see what I did but then chorus in laughter.
Urusan peluk memeluk bukan cuma dilakukan oleh anak-anak saja, keakraban antar sesama rekan guru pun tidak jarang dieskpresikan melalui pelukan.
It did not go just for the kids. We, the teachers, expressed our closeness with a hug.
Bahkan dengan orang tua murid-murid pun, saya dan mereka tidak ragu untuk merangkul atau memeluk. Ah, keakraban yang selalu saya rindukan.
The closeness I had with the parents of my former students made us never felt hesitate to give a hug. I miss it. I truly am.
Lepas dari pekerjaan sebagai guru taman kanak-kanak, kehidupan saya banyak berubah. Beberapa hal membaik tapi ada yang tidak.
After no longer
worked as kindergarten teacher, my life changed a lot. Some get better, others
don’t.
Yang saya anggap sebagai kemunduran adalah kehilangan
pelukan penuh cinta yang diberikan penuh keluguan dan spontanitas.
What I consider
as a big loss is not having those loving, spontaneous and sincere hugs.
Dalam dunia kerja di luar pekerjaan sebagai guru, tidak ada
lagi pelukan sebagai ungkapan rasa terima kasih, penyesalan, penghargaan atau
kebahagiaan. Karena orang dewasa mengganti pelukan dengan kata-kata atau amplop
berisi uang.
At work place, if
you are no longer a teacher, you find that no hugs to say thank you or as ways
to express gratification, apology or happiness. Grownups change hugs with words
or money in the envelope.
Ya, demikianlah tidak mungkin juga berharap rekan kerja atau
atasan kita akan memeluk untuk menyatakan rasa terima kasih, permintaan maaf
atau sebagai ganti penghargaan. Setidaknya hal demikian tidak lazim terjadi di
negeri asia yang masih menganggap atasan sebagai junjungan, ketakutan adanya
salah paham bagi yang di peluk atau untuk yang melihatnya sampai kepada alasan
agama tertentu yang melarang orang berlainan jenis kelamin untuk bersinggungan
secara fisik, apalagi dengan cara berpelukan.
Yep, it is nearly
impossible to expect our colleague or boss to hug to express their thank you,
apology or gratitude. At least it is not common in Asia that still regard boss
as semi god, the fear of creating misunderstanding for the person who is hugged
or people who witness it, up to certain religion that forbid opposite sex to
have physical touch, a hug is definitely unimaginable.
Berlainan dengan orang-orang barat yang lebih terbuka,
spontan dan tidak terikat dengan sejuta aturan keagamaan dan tata adat seperti
orang timur.
It is so different
with the western people whom are more open, spontaneous and untied by millions
of religious rules or eastern tradition.
Misalnya saja ketika baru pertama kali bertemu dengan
Cynthia, kakak Shirley, dia menatap saya, tersenyum ramah dan merentangkan
kedua tangannya ke arah saya.
For example, when
I met Cynthia for the first time, she is Shirley’s sister, she looked at me,
smiled warmly and stretched out her arms to me.
“Kamu pasti Keke” dia langsung memeluk saya dan cup... cup..
mencium kedua pipi saya.
“You must be
Keke” she hugged me and smooch... she kissed both of my cheeks.
Demikian juga dengan teman-teman Andre. Entah yang baru
pertama kali bertemu atau yang memang sudah kenal lama, mereka pasti spontan
langsung saling memeluk dan mencium
kedua pipi. Bahkan tidak jarang yang laki-laki akan merangkul sebagai tanda
persahabatan.
It goes the same
with Andre’s friends. Whether it is the first time they met or have known long,
when they spontaneously give hugs and kiss both cheeks. It is not a rare thing
when a man puts his arm around other person’s waist or rests it on one’s
shoulder as sign of friendship.
Saya pernah punya atasan seorang Jepang yang baik hati yang menganggap saya sebagai keluarganya. Dia satu-satunya atasan yang pernah
memeluk saya ketika dilihatnya saya sedang sedih. Dia juga satu-satunya atasan
yang pernah saya peluk sambil menangis ketika kami mengucapkan selamat tinggal
saat dia akan kembali ke negerinya.
I once had a
Japanese as my boss, he was a kindhearted person who saw me as his own family.
He was the only boss that gave me a hug when he saw me sad. He was the only
boss I had ever hugged when we said goodbye as he was leaving to his country.
Sebaik apa pun atasan saya sesudah atau sebelum dia, seakrab
apa pun mereka dengan saya, sekalipun sudah seperti keluarga sendiri.., tidak
ada yang pernah memeluk saya atau yang pernah saya peluk.. karena mereka semua
adalah orang Indonesia dan orang Indonesia (orang dewasanya) terbentur banyak
alasan seperti yang saya tuliskan di atas yang membuat mereka tidak terbiasa
atau tidak bebas untuk di peluk atau memeluk.
No matter how
kind my bosses were, the ones I had before or after him, no matter how close I
was with them, eventhough we were like family.., none had ever hugged me or
being hugged by me.. because they were all Indonesian and Indonesian people
(the adults) are having too many obstacles as I wrote above that making them
not used or having the freedom to give or accept a hug.
Satu dari antara banyak hal yang saya sukai dengan kehadiran
Andre adalah bahwa ketika pulang kerja dia menjemput saya dan begitu saya
datang, dia langsung memeluk saya. Tidak peduli apakah kami berada di tempat
ramai atau dalam mobil.
One of the things
that I like from Andre’s presence is that when he picked me up from work, he
would give me a hug once I showed up. He didn’t care if we were out there among
the crowds or in the car.
“Hmm.. kamu berbau kantor” lalu dia akan menggumam demikian
sementara masih memeluk saya “gimana kerjaan hari ini?”
“Hmm.. you smell
like the office” he then murmured those words as he hugged me “so how was work
today?”
Setelah mengalami berbagai hal di tempat kerja, dari yang
rutin sampai yang mendadak muncul, yang mudah sampai yang ruwet, yang menarik
sampai yang membosankan, yang lucu dan menjengkelkan, serta menemui
manusia-manusia yang menjadi berkah atau kutukan pada hari itu, pelukan Andre
seperti melepaskan benang kusut dalam pikiran dan hati saya.
After having many
things at work, from the routine to the ones that came at short notice, the
easy and complicated ones, interesting and dull, funny and upsetting, not to
mention the people that were the day’s blessing or curse, Andre’s hug seemed
like releasing me from the twisted things in my mind and heart.
Di rumah, hanya ayah saya yang bisa saya peluk. Ibu saya
bukannya tidak mau atau tidak suka di peluk. Tapi pelukan membuat jantungnya
tertekan dan napasnya menjadi sesak. Saya tidak ingat sudah berapa tahun saya
tidak lagi memeluk ibu saya.
At home, my
father is the only one that I can hug. My mother is not disliking or avoiding a
hug. But hugging presses her heart and it effects her breathing. I can’t
remember how many years I have not hugged my mother.
Kadang ayah saya terlalu capek atau terlalu sibuk sehingga
tanpa Andre, tanpa murid-murid kecil saya, satu hari akan berlalu tanpa saya
memeluk atau di peluk seseorang.
Sometimes my
father was too tired or too busy so without Andre nor my little students, a day
would pass without me hugging someone or being hugged by someone.
Yah, mau bilang apa, begitulah itulah…
No comments:
Post a Comment