Menjadi tua bisa diibaratkan buah yang matang di pohon.
Bukan matang yang dipaksakan dengan cara di petik ketika masih muda dan lalu di
peram dengan berbagai cara dengan tujuan mempercepat pematangan.
Getting old
is like a fruit that is ripened on the tree. Not forced to ripe by plucking
them when they are half ripe and then wrap them with something or put them into
something to make them ripe faster.
Buah yang matang di pohon rasanya lebih manis.
The fruit
that is ripened on the tree tastes sweeter.
Menjadi tua seharusnya tidak menjadi hal yang menakutkan.
Ageing is
not suppose to be scary.
“Gue sudah tua sekarang, Ke” demikian mantan pacar saya
berucap ketika kami dan beberapa teman lainnya bertemu belum lama ini “gue
sudah ga kayak dulu lagi waktu kita masih jalan bareng”
“I am old
now, Keke” my ex-boyfriend said that when we along with our other friends met
recently “I am not the same person I was when we were together”
Saya bahkan tidak mengerti kenapa dia menjawab pertanyaan
saya ‘gimana kabarnya elu sekarang’ dengan perkataan demikian.
I don’t
even understand why he answered my question ‘dude, what’s up?’ with those
lines.
“Terus kenapa?” saya mengamatinya.
“So what?”
I looked at him closely.
Ya, dia bukan lagi seorang pemuda berusia 30an. Sekarang dia
berkacamata, rambutnya beruban, masih kurus walau tidak sekurus dulu dan mulai
tampak gurat-gurat di kulit wajahnya.
Yeah, so he
is no longer a man in his 30s. He wears glasses now, his hair is graying, he is
slim though not not as skinny as he was and there are lines on his face.
Secara keseluruhan dia terlihat ok saja buat saya.
To me, he
is generally looking ok.
Masih tampan. Dia memang seorang yang tampan. Dulu dengan segala
kemudaannya tapi sekarang ketampanannya berbeda. Tampan oleh karena kematangan
yang dia dapatkan dari berbagai macam pengalaman hidup. Dan buat saya, hal ini
malah membuat daya tariknya semakin kuat.
Still good
looking. He is always been a good looking guy. In the past it was the good
looking of a young man. It is different now. He is a good looking out of his
maturity. Matured by life experience. And I found him more attractive.
Haha. Andre bisa mengomel kalau dia membaca ini. Saya
bertemu dengan mantan pacar saja sudah bisa membuatnya murang-maring apalagi
kalau dia membaca tulisan saya tentang bagaimana saya melihat mantan pacar saya
sekarang menjadi lebih tampan.
Haha. Andre
would grumble when he read this. It would drive him crazy knowing that I met my
ex-boyfriend. How would it make him feel if he read what I just wrote that I
found my ex looking more attractive now.
Tidak, sayang, saya memang melihat dia lebih menarik tapi
saya tidak tertarik untuk ber-CLBK (cinta lama bersemi kembali) dengannya. Kami
mendapatkan satu kesempatan untuk menjalin cinta tapi kami sama-sama tidak
cocok satu dengan lainnya dan hubungan itu berakhir. Apakah kami akan
mencobanya lagi sekarang? Ah, belum tentu juga sekarang kami bisa cocok.
Saya hanya tertarik untuk mengutip perkataannya tentang
menjadi tua. Kata-katanya, nada suaranya dan ekspresi mukanya saat mengatakan
hal itu memberi kesan seakan menjadi tua adalah hal yang patut disesali atau
sesuatu yang tidak diinginkan.
My interest
is just to quote him about ageing. His words, his tone and his expression when
he said it gave me the impression as if ageing is something he regrets or an
unwanted thing.
Bulan Agustus ini saya sedang tertarik untuk membuat tulisan
bertemakan keluarga. Dari mulai anak, pasangan, orang tua dan kakek nenek.
This August
it drew my writing to be focused on family. It started with children, spouse,
parents and grandparents.
Dulu dalam satu bulan saya menulis tanpa tema. Saya menulis
saja tentang hal apa pun yang mampir ke otak. Tapi kemudian pelan-pelan dan
tanpa direncanakan ide-ide tersusun berdasarkan tema.
In the past
I wrote anything I wanted in my monthly journal. No theme. I just wrote
anything that came in my head. But later, slowly and unplanned the ideas formed
under themes.
Tidak terencana karena biasanya suatu tema awalnya terbentuk
dari apa yang saya alami, yang saya pikirkan atau yang saya lihat di akhir atau
di awal bulan.
It goes
unplanned because a theme usually came to my mind from what I experienced,
thought or saw at the end or beginning of a month.
Dan awal bulan ini Lauren menjadi inspirasi.
And early
this month Lauren has become an inspiration.
Kemudian di bawah tema keluarga, tulisan demi tulisan pun
mengalir dengan sendirinya.
And under
the family theme, I seemed to write post by post with no difficulties.
Dari si bayi Lauren, kepada Dio dan Dite yang sudah
bersekolah di SD, kemudian pada Joan yang berada di awal masa remaja.
From Lauren
the baby, to Dio and Dite who are in elementary school, up to Joan who is in
her early teen.
Lauren yang lucu dan membutuhkan banyak pengurusan, Dio-Dite
yang penuh dengan kelincahan masa kanak-kanak, serta Joan yang sedang dalam
usia membingungkan karena separuh masih anak dan separuh lagi menjadi manusia
menuju kedewasaan.
The
adorable Lauren who needs to be fully taken care of, Dio-Dite in their
energetic youth, Joan in her confusing age as she is half a child and another
half is on the way to be a grown up person.
Kemudian ada saya, Andre dan mantan pacar saya yang
sama-sama berada di usia 40an.
Then we
have me myself, Andre and my ex-boyfriend who are in our 40s.
Andre yang menjadi jinak dan ingin berkeluarga karena merasa
usianya sudah tidak lagi muda;
Andre who
is now tamed and wanting to have his own family because he thinks he is getting
older;
Saya yang frustrasi karena melihat usia bertambah tapi
setengah dari impian serta cita-cita saya belum ada yang terwujud;
Me who is
frustrated because I am getting older and not even half of my dreams and plans
came to pass;
Dan mantan pacar saya yang sepertinya menyesali dirinya yang
tidak lagi muda.
And my ex
who seemed to feel sorry that he is no longer a young man.
Di pihak lain ada seorang kenalan yang penampilan fisiknya
sudah menggambarkan usia lanjut tapi karena merasa diri tidak menikah, tidak
beranak dan bercucu maka menolak untuk di panggil oma.
And there
is an acquaintance whose physical appearance speaks loud about her age but
since she considers herself unmarried, no children nor grandchildren making her
refuses to be called oma.
Sedangkan orang tua saya yang belum bercucu tapi sudah di
panggil opa oma menerima panggilan itu dengan kelapangan hati. Bahkan menjadi
figur opa oma malah menempatkan mereka sebagai orang tua yang di cari oleh
orang-orang muda yang membutuhkan nasihat, penghiburan dan bimbingan.
My parents
on the other hand, are not having any grandchildren but they are called opa oma
and they accept that with broad heart. The opa oma figures have even put them
as senior people seek by the young ones for advice, solace and guidance.
Menarik untuk direnungkan.
Interesting
to think about all this stuff.
Seperti melihat buah di pohon. Berawal dari bunga kemudian
menjadi buah. Pelan-pelan menjadi matang. Ketika di petik setelah matang
seutuhnya, rasanya tidak lagi tawar atau asam.
It is like
seeing a fruit on the tree. It started as a flower then it turns into a fruit.
Slowly it is ripening. When it is plucked after it ripe wholly, its taste is
not plain or sour.
Bagi saya, hal itu memberikan penggambaran tentang menjadi
tua.
To me,
ageing can be pictured like that.
Menjadi tua memang tidak selalu mudah.
Ageing is
not always easy.
Tapi itu toh tidak terjadi tiba-tiba seakan malam ini kita
tidur sebagai seorang remaja dan esok paginya terbangun sebagai orang berusia
60 tahun.
But it is
not as if it happens over night that we go to bed as teenagers and get up the
next morning as 60 years old people.
Di usia 40an sebaiknya sudah mulai mempersiapkan mental
menghadapi kenyataan bahwa hitungan umur tidak berjalan mundur. Jadi ketika
orang memanggil kita dengan sebutan opa, oma, kakek, nenek, aki, nini dsb, kita
tidak menjadi kaget atau bahkan menolak kenyataan bahwa umur dan kondisi fisik
kita memang sudah menggambarkan ke-uzur-an kita.
No comments:
Post a Comment