Mendiang putri Diana dari Inggris pernah hampir membatalkan
pernikahannya dengan pangeran Charles. Satu dari beberapa alasannya adalah
karena dia melihat tidak adanya kesamaan antara dirinya dengan mantan suaminya.
The late
princess Diana from England was nearly calling off her wedding with prince
Charles. One of her reason is she saw nothing in common between herself with
her former husband.
Ada kesenjangan yang sangat besar akibat perbedaan umur 12
tahun itu.
The 12 years
age difference brought huge gap between
them.
Kesenjangan ini membuat tidak adanya kesamaan dalam
kepribadian, minat, gaya hidup, cara berpikir sampai ke orang-orang yang
dijadikan teman oleh mereka masing-masing.
The gap made
them had nothing in common in their personalities, interests, life style, way
of thinking up to the people they each chose as their friends.
Pangeran Charles pada dasarnya adalah seorang yang serius,
perasa dan pemikir. Orang-orang yang dipilihnya sebagai teman adalah mereka
yang sebaya atau yang lebih tua yang tentunya punya kesamaan dengan dirinya.
Selain itu sudah menjadi pembawaannya untuk bersikap dan berpikir seakan
dirinya lebih tua dari umurnya.
Prince
Charles basically is a serious, sensitive person who is also a thinker. He
chooses his peers or older ones who are just like him. Beside that it has
already his nature to behave and think beyond his years.
Sementara putri Diana seorang yang masih terhitung remaja
saat itu… masih ingatkah anda bagaimana rasanya ketika masih remaja?
While
princess Diana was just a teenager at that time… still remember how it was when
we were teenagers?
Lugu, menggandrungi bintang film atau penyanyi remaja,
senang menggosipi teman atau lawan jenis, lebih suka membaca novel teenlit,
menyukai musik pop, selalu bersama-sama dengan teman se-genk, pergi
bersama-sama mereka ketika belajar, latihan olah raga, nonton, mutar-mutar di
mall, mudah tertawa tapi juga mudah tersinggung.
Naive,
idolizing teen movie stars or singers, like to gossip friends or opposite sex,
prefer to read teenlit novels, like pop music, having a bunch of close friends
and would do things together with them from studying, sport practice, going to
the movie, hang out at the malls, easily laughed but also easily had bad tantrum.
Ketika bersama dengan pangeran Charles dan teman-temannya,
putri Diana merasa mereka melihatnya sebagai anak bawang, pembicaraan mereka
tidak bisa dimengerti dan diikutinya sehingga semua itu membuatnya bosan.
Mungkin karena dia masuk ke dalam dunia suaminya dalam usia
terlalu muda.
Maybe it is
because she was too young when she entered her husband’s world.
Yah, bayangkanlah ketika kita berusia 18-19 tahun dan
berpacaran dengan orang berusia 30an yang keseriusannya melebihi umurnya.
Sebaik apa pun orangnya, akan ada hal-hal yang membuat dia tampak dominan atau
mengintimidasi dan akhirnya membosankan.
Just imagine
if we were in our 18-19 years of age and we dated someone in his 30s who is a
serious type and goes a head of his years. No matter how kind he is, there must
be things about him that makes him looks dominant or intimidating and at the
end making him looks boring.
Tapi bagi saya, orang-orang yang lebih tua justru membuat
saya merasa aman.
But for me,
older people make me feel safe.
Mereka memiliki emosi yang lebih stabil, kendali diri lebih
baik, lebih berpengalaman, lebih ngemong dan bisa melindungi sehingga semua itu
membuat saya merasa aman dan nyaman.
They have
stable emotion, better self control, more experienced, caring and protective.
Those qualities make me feel safe and comfortable.
Tapi biar pun begitu, belum pernah saya punya pacar yang usianya jauh di
atas saya. Mungkin karena saya tahu saya tidak akan bisa bebas sebebas-bebasnya
bila ada bersama dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari saya.
However, I have
never had any boyfriend who is much older than me. Maybe because I know that I
can never be as free as I can be when I am with them.
Karena bagaimana pun juga orang secara alami akan berubah
menjadi lebih kalem begitu usianya bertambah.
Because
people become calmer when they get older. It is natural.
Andre, misalnya, 1-2 tahun terakhir ini saya perhatikan
menjadi kurang berminat untuk dugem. Kalau pun kami pergi clubbing, paling
hanya sampai jam 12 malam. Capek, alasannya. Nanti saya masuk angin kalau
begadang, dia memberi alasan lain kalau saya protes. Mengantuk, dia menambahkan
alasan terakhir yang biasanya bikin saya mengalah karena mempertimbangkan
keselamatan kami di jalan karena dia yang menyetir mobil.
Andre, for
example, I notice that in the past 1-2 years he shows less interest to go
clubbing. When we did, he would ask to leave at midnight. Tired, that was his
usual excuse. You would get sick if you stay up late, he gave another excuse.
Sleepy, was his last excuse that works all the time, all because I thought
about our safety on the road since he was the one who drove the car.
Kebalikannya dengan saya yang masih senang-senang saja pergi
dugem, melek sampai pagi, minum, dansa dan mendengar musik brang breng brong..
hehe..
On the
contrary, I enjoy clubbing, staying up late, drinking, dancing and listening to
hard beat music.
Kadang saya pikir Andre ikut clubbing karena mengikuti mau
saya atau karena dia senang bisa bertemu dengan orang-orang asing, apalagi
kalau kami sedang berada di tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh orang
asing.
Sometimes I
think Andre went clubbing just because I wanted it or because he could meet
other foreigners, especially when we were in tourism spots that are visited by
many foreigners.
Yah, saya gembira juga karena dia bisa menjadi rem
ketika saya melaju terlalu kencang dan yang tetap berakal sehat ketika saya
kehilangan arah. Karena biar pun saya punya kontrol diri yang baik, seorang
pemikir dan punya banyak pertimbangan tapi saya juga memiliki banyak semangat,
hasrat dan kegelisahan. Saya membutuhkan orang yang bisa mengendalikan,
mengimbangi dan memimpin diri saya.
Well, I
am glad that I have him who has become my break when I ran too fast and the one
with clear mind when I was losing my way. Because though I have good self
control, a thinker with many considerations but I have lots of passion, desire
and anxieties. I need someone to control, balance and lead me.
Tapi di saat lain saya menganggap ada bagian-bagian yang
membuat Andre tidak lagi seasyik dulu.
But in other
time I think in some ways Andre is not as cool as before.
Dulu dia ok saja di ajak dugem sampai pagi, tidak jarang
sampai mabok habis-habisan, tidak khawatir soal bagaimana nanti pulang karena
bisa menginap di hotel, di rumah teman atau tidak jarang malah di tidur di
mobil. Paginya pergi cari makan dan lanjut jalan-jalan. 1-2 tahun terakhir ini
dia tidak mau pulang larut malam, membatasi minum dan kalau mau jalan lagi, itu
harus dilakukan besokannya.
Few years
ago he didn’t mind to stay up late when we went clubbing, he would drink until
he couldn’t get more drunk and not worrying about how we would go back because
we would find a hotel or staying over at a friend’s place or even slept in the
car. The next morning grabbed something to eat and went travelling. In the past
1-2 years he refused to stay up late, he is watching his alcohol level and if
we wanted to go travelling, it should be done on the next day.
Kegiatan yang disukainya adalah pergi makan berdua atau
leyeh-leyeh di rumah, nonton, mendiskusikan film, buku atau berita-berita.
Jalan-jalan masih kami lakukan tapi kelihatannya dia lebih suka pergi ke tempat
yang sepi. Dengan perkecualian kalau makan, ke pantai atau mancing dengan
teman-teman kami, yang lainnya dia tolak dengan alasan pusing melihat
keramaian.
The thing he
likes to do is to go just with me, either it is out for dinner or just staying home,
watching some films, discuss the film, books or news. We still make some travelling
but I notice that he prefers to go to quiet places. With exception of going to
dinner or lunch, going to the each or fishing with our friends, crowding places
are just not his option because the crowds making him dizzy.
Sejauh ini sih saya mengalah tapi kadang melakukannya dengan
setengah hati dan sambil meledeknya dengan panggilan ‘kakek’.
All
this time I make myself suited to his wishes, reluctantly sometimes as I teased him by calling him ‘grandpa’.
Saya dan Andre hanya berbeda umur 5 tahun tapi kadang seakan
ada kesenjangan yang lebih besar dari itu karena pribadi dan penampilan Andre membuatnya seakan 20 tahun lebih tua. Sementara saya kelihatan tidak seperti orang
berusia 42 dan dalam beberapa hal sikap dan pribadi saya pun masih kekanakan.
Andre and I
are just 5 years apart in age but sometimes it felt like we had a generation
gap. His personality and appearance making him look as if he were 20 year
older than me. In the meantime I don’t look like 42 and in some ways my personality and behavior are child-like.
Ada kalanya hal itu membawa dampak baik tapi kadang menimbulkan
konflik.
Those things
bring good impact but sometimes also conflict.
Ketika saya berpikir bahwa keunikan itu hanya ada dalam
hubungan saya dengan Andre, ternyata dalam keseharian saya juga menemukannya
dalam diri seorang senior saya.
When I
thought we are the only one who have such unique relationship, I found some
similarities in my senior.
Awalnya tidak terasa ada kesenjangan di antara kami karena
perbedaan usia 15 tahun. Ini karena senior saya itu bukan orang yang kaku dan
rasa humor kami pun sama.
At first
there was no sign of any generation gap between us though he is 15 years older
than me. All because he is such an easy going person and we have the same sense
of humor.
Tapi dengan berjalannya waktu, mulai kelihatan perbedaan
karena adanya jarak dalam umur. Hal ini saya sadari ketika beberapa waktu lalu saya dan beberapa
rekan menumpangi mobilnya, saya cengar cengir sendiri saat mendengar lagu yang
diputarnya. Semuanya lagu rohani dan iramanya mendayu-dayu. Haduh..
But in time
it shows the generation gap caused by our age difference. When I and few
acquaintances rode on his car some time ago, I grinned quietly when I heard the
music he played on the car. All was Christian super slow songs. Sigh..
Perjalanannya lumayan panjang.
It was a
long ride.
Bisa tidur saya sepanjang perjalanan mendengar musik seperti
itu.
I would fall
to sleep hearing such music.
Gawat, gimana dong? Belum 10 menit mendengar musik itu dan
saya sudah merasa tidak sabaran.
Man, what should I do? It was barely 10 minutes listening to that music and I grew
impatient.
Lucky me to
have my own music in my cellphone and another lucky thing is I sat all by myself at
the back row. So while they chatted, I listened to the songs in my cellphone
through the earphone. The songs are surely my taste but would make my senior’s
ears go crazy.. lol.. well because the ones I was listening are these kind of
songs.
Senior saya memang baik dan sangat menyenangkan tapi selera
musiknya betul-betul tidak nyambung dengan selera saya.. hehe.. maaf ya, pak,
kalau bapak kebetulan membaca ini.. buat saya, bapak ok banget deh kecuali
dalam hal selera musik bapak. Ya, cocok buat orang-orang segenerasi bapak tapi
tabrakan banget dengan selera musik orang-orang dari generasi saya.
Jadi begitulah, menjadi tua berarti harus siap mental pula
menghadapi kenyataan perbedaan dengan generasi yang lebih muda.
So here it
is, getting old means to have mentally prepared to face reality the differences
with younger generation.
No comments:
Post a Comment